Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/305

KISAH edisi 305 (5-12-2012)

Berkat yang Tersembunyi

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 305, 5 Desember 2012

Shalom,

Ketika Anda diperhadapkan pada situasi yang kurang mengenakkan, 
bagaimana respons Anda dalam menghadapinya? Apakah Anda tegar 
menghadapinya dengan sikap hati yang mengucap syukur, atau merasa 
kecewa dan mencari seseorang yang dapat disalahkan? Sebagai orang 
percaya, kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam setiap aspek hidup 
kita. Tuhan selalu memunyai cara untuk menolong dan memberkati umat-
Nya. Dia tahu apa yang menjadi kebutuhan kita. KISAH edisi Natal kali 
ini menceritakan tentang campur tangan Tuhan dalam keluarga Joel 
Chandler Harris, di mana Tuhan menyatakan mukjizat-Nya dalam memenuhi 
segala keperluan keluarga ini menjelang malam Natal .

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >


BERKAT YANG TERSEMBUNYI

Bertahun-tahun yang lalu, pada awal abad ke-20 saat saya masih kecil, 
ayah saya adalah seorang pendeta di sebuah gereja Baptis kecil di 
Eatonton, Georgia Tengah, tempat kelahiran Joel Chandler Harris --
pencipta tokoh "Uncle Remus" yang legendaris.

Kami menyukai kota itu dan orang-orang yang tinggal di situ, tetapi 
penghasilan ayah yang hanya 100 dolar sebulan diatur supaya mencukupi 
kebutuhan keluarga kami. Kami akan mengalami kesukaran seandainya 
saudara ayah, Robert, tidak mengirim cek sejumlah 500 dolar setiap 
awal bulan Desember. Dan sebenarnya, sepanjang tahun kami mengharap-
harapkan masukan tambahan itu.

Kami masing-masing mendapat sedikit bagian dari kiriman itu pada hari 
Natal. Dan, selama berminggu-minggu sebelumnya, kami telah 
merencanakan apa yang paling ingin kami beli dari pemberian itu.

Hari Natal saya yang ketujuh adalah Natal yang paling berkesan. Surat 
dari Paman Robert datang tepat pada waktunya. Seperti biasa, ibu dan 
kami, anak-anak, mengelilingi kursi ayah di dapur saat ia membuka 
sampul surat. Tetapi, kali ini tidak seperti biasanya. Ayah menarik 
napasnya dengan cepat, lalu membaca dengan suara yang bergetar, 
"George yang baik, hubungan kita sepertinya jauh sekali kalau saya 
hanya mengirimkan selembar cek pada hari Natal. Karena itu, tahun ini 
saya mengirimkan hadiah-hadiah yang saya harap dapat kalian senangi. 
Teriring kasih, Robert."

Ayah menyembunyikan kekecewaan yang dirasakannya. Ibu tidak dapat 
menahan tangisnya. Ayah memunyai iman seperti seorang anak kepada 
Tuhan untuk menyediakan kebutuhannya; dan sering kali Tuhan memakai 
ibu untuk membuat ia mengatur setiap keperluan dengan cermat, dan itu 
membantu menjawab doa-doa ayah. Tetapi sekarang, ibu sendiri 
kelihatannya putus asa.

Kiriman hadiah dari Paman Robert datang. Kami membiarkannya agar tetap 
tertutup, dan membawanya ke ruang tamu. Berhari-hari kami membicarakan 
kira-kira hadiah apa yang dikirim. Tepat pada hari Natal, pagi-pagi 
kami membuka kotak itu dengan harapan yang meluap-luap.

Dan, semua harapan kami hancur luluh! Hadiah-hadiah itu mahal-mahal 
dan bagus-bagus, tetapi semuanya tidak mengenai sasaran. Sifat saya 
agak tomboi dan saya sangat menginginkan celana pendek yang diikat 
dengan lutut -- model sportif yang diperkenalkan kaum feminis. Tetapi, 
hadiah untuk saya adalah sebuah boneka. Hadiah yang kewanita-wanitaan. 
Adik saya yang gemuk pendek, Rob, juara kelereng di kelas lima, 
mendapat sebuah teleskop.

Ayah sangat menginginkan sepatu bot untuk dipakai menghadiri upacara 
pembaptisan; hadiah yang diperoleh adalah jaket santai. Dan, itu 
menyedihkan karena selain mempunyai sedikit uang, ayah hanya memunyai 
sedikit waktu luang.

Hadiah untuk ibu juga cukup mengejutkan. Ibu menginginkan dinamo 
listrik untuk mesin jahitnya, supaya ia tidak lagi menggerakkannya 
dengan kakinya. Hadiah untuk ibu adalah tas tangan yang besar, 
mengilat, dan sangat bergaya, terbuat dari kulit buaya. Bahkan saat 
itu juga, saya dapat membayangkan ibu akan kelihatan aneh bila memakai 
tas seperti yang dibawa istri seorang pejabat bank ke gereja.

Setelah hadiah terakhir dibuka, kami duduk memangku hadiah masing-
masing dengan kertas pembungkus yang berwarna-warni di sekeliling 
kami. Kami terlalu terkejut sampai tidak dapat berkata apa-apa. 
Akhirnya, ayah berdiri.

"Fanie, anak-anak semua," katanya lembut, "Ayah tahu kita semua merasa 
Paman Robert tidak tahu apa yang kita inginkan dan harapkan pada hari 
Natal ini. Dan, bahwa ia telah mengecewakan kita. Tetapi, menurut ayah 
kitalah yang tidak mengerti. Kita semua mengenal adik laki-laki Ayah 
belum menikah. Ia tidak mendapat berkat seperti kita, yang saling 
memiliki pada hari Natal setiap tahun. Ayah yakin ia pasti merasa 
kesepian pada saat-saat seperti itu. Tetapi, ia pergi berbelanja untuk 
kita tahun ini, berusaha membayangkan apa yang diinginkannya pada hari 
Natal, seandainya ia berusia sepuluh tahun seperti Grace atau seorang 
pendeta setengah umur seperti Ayah. Ia telah memberi dengan tulus."

"Apabila kita merasa hadiah-hadiah ini berbeda dengan apa yang kita 
inginkan, kita juga dapat melihat bahwa hadiah-hadiah ini membuka 
sesuatu yang baru." Lalu, ayah merangkap sweter yang sudah pudar yang 
dipakainya dengan jaket dari brokat yang dicobanya. "Jaket santai ini 
akan mengingatkan ayah, supaya lebih banyak meluangkan waktu dari 
kesibukan ayah."

Ayah mengemukakan perubahan positif dari hadiah-hadiah itu satu demi 
satu kepada kami. "Kami harap boneka itu membuat Mildred lebih 
tertarik pada urusan rumah tangga, yang akan diperlukannya bila masa 
memanjat pohon sudah lewat. Teleskop Rob dapat mengangkat matanya dari 
pasir di tanah untuk sekali-kali melihat bintang."

Dan, sambil menoleh ke arah ibu, ayah berkata, "Fanie sayang, saya 
yakin kau akan melihat tas yang sangat bagus itu memberi sentuhan yang 
lain pada lemari pakaian yang sudah cukup suram."

Kami mulai melihat hadiah masing-masing dan pemberinya dengan sudut 
pandang yang baru. Aroma kasih memenuhi ruangan itu, kehadirannya 
hampir dapat dilihat.

Ibu mulai melihat-lihat tas kulit buaya itu dan menggambarkan 
keunikannya. "Ada lapisan kulit hijau yang halus dan sebuah sikat 
kecil berwarna kekuning-kuningan. Bahkan, ada kantong rahasia yang 
berkancing!" Ibu memasukkan jarinya ke dalam kantong itu dan 
mengeluarkan secarik kertas. Kertas berwarna hijau yang terlipat itu 
mengeluarkan bunyi gesekan kertas. Ternyata, kertas itu cek bernilai 
lima ratus dolar!

Lalu terdengar suara ayah dengan irama yang penuh dan tegas, seakan-
akan ia benar-benar mengalami keajaiban yang diharap-harapkannya. 
"Terpujilah Tuhan, sumber segala berkat!" Dan, kami semua bersyukur 
memuji Dia. Itulah Natal yang terbaik.

Diambil dan disunting dari:
Judul asli buku: The New Guideposts Christmas Treasury
Judul buku terjemahan: Kisah Nyata Seputar Natal
Penulis: Mildred Morris
Penerjemah: Christine Sujana
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1998
Halaman: 195 -- 197


POKOK DOA

1. Berdoa untuk orang-orang percaya yang berkekurangan, agar mereka 
   dicukupkan segala kebutuhannya oleh Tuhan Yesus, sehingga melalui 
   kesaksian hidup mereka nama Tuhan dipermuliakan.

2. Doakan untuk orang-orang percaya yang hidupnya berlimpah, agar 
   mereka diberi hati untuk mau berbagi kepada sesama yang 
   membutuhkan, sehingga ada kasih Kristus yang tercermin dalam hidup 
   mereka.

3. Mengucap syukur karena Tuhan senantiasa memelihara hidup anak-anak-
   Nya, sehingga dalam masa sesulit apa pun, banyak orang percaya yang 
   tetap dapat menikmati hidup dan memenuhi segala kebutuhannya.


     "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan 
           kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:19)
                < http://alkitab.sabda.org/?Flp+4:19 >


Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik 
Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org