Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/288

KISAH edisi 288 (8-8-2012)

Di Bui Aku Menemukan Jalanku

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 288, 08 Agustus 2012

Shalom,

Harta dan segala kesenangan dunia tidak menjamin seseorang menemukan
kedamaian dalam hidupnya. Hanya di dalam Yesus saja kedamaian itu
dapat diperoleh. KISAH edisi 288 akan menceritakan perjalanan hidup
Douglas Norrgard dan teman-temannya, yang mencari kedamaian sejati.
Untuk mengetahui kisah selengkapnya, kami mengajak Anda untuk membaca
artikel di bawah ini. Selamat membaca.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                     DI BUI AKU MENEMUKAN JALANKU

Kami lagi asyik menghisap pipa hashish (ganja) ketika pintu kamar
hotel kami diketuk. Pipa yang kami hisap bersama masih penuh. Aku
(Douglas Norrgard), Richard, Carolyn, dan Helen saling berpandangan.
Ada rasa cemas di hati kami semua. Richard kemudian membuka pintu
setelah ia menyembunyikan pipa yang barusan kami hisap. Tetapi, itu
percuma saja dilakukan. Polisi yang kemudian masuk ke kamar kami,
dengan cepat dapat menemukannya. Kami pun digelandang ke kantor
polisi. Kami ditahan dengan tuduhan menjual obat bius di jalan-jalan
kota Madena, Italia.

Kami semua menyadari bahwa saat itu kami sedang menghadapi persoalan
besar dengan polisi Italia. Kami akan dihadapkan dengan undang-undang
negara. Entah berapa tahun kurungan harus kami jalani. Membayangkan
hal itu, aku menjadi takut dan cemas. Tapi aku sadar, bahwa aku tak
punya daya apa pun untuk menghindar dan menyelamatkan diri. Kami
tertangkap basah, sehingga tak mungkin lagi dapat mengingkari dan
mengelak dari semua tuduhan yang diarahkan kepada kami.

Beberapa waktu sebelumnya, aku baru saja menyelesaikan tugas wajib
militer di Angkatan Laut. Aku langsung pulang ke California, tempat
tinggal ketika masa kanak-kanak. Sesaat aku melibatkan diri dalam
kehidupan politik. Karena tidak puas, aku pun meninggalkannya dan
beralih dalam kehidupan keagamaan negara-negara Timur. Tetapi, hal ini
pun ternyata mengecewakan. Karena terus kecewa, maka aku mengambil
jalan pintas: obat bius! Dan aku pun terperangkap!

Mula-mula aku hanya menghisap obat bius yang tidak terlalu keras.
Tetapi, akhirnya aku pun menghisap LSD dan hashish. Memang, semula hal
itu hanyalah sekadar untuk kelepasan, bukan untuk kenikmatan. Tetapi,
ketika seorang teman menawariku untuk ke Eropa, pada saat itu aku
sungguh-sungguh sudah terikat dengan LSD secara terus-menerus. Kondisi
keuanganku sesungguhnya cukup baik. Aku memiliki sebuah mobil sport,
mobil yang banyak dirindukan mereka yang menganggap dirinya telah
sukses. Koleksi pakaianku pun banyak dan mentereng di lemari. Hanya
saja, aku selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupku. Aku
sering merasa bahwa hidup ini hampa. Setelah mengunjungi Inggris,
Skotlandia, Perancis, dan Spanyol, perjalananku berakhir di negeri
asal obat bius, Maroko. Di Maroko inilah aku mengenal Richard dan dua
kawan gadisnya, Carolyn dan Helen. Mereka berasal dari New Zealand.
Segera saja kami pun menjadi akrab dan memutuskan untuk mengontrak
sebuah rumah untuk kami tinggali bersama-sama. Pada jam-jam santai,
kami bersama-sama menghisap hashish di rumah itu.

Suatu hari, Richard mengatakan bahwa ia memunyai kawan baik di Genoa.
Temannya tersebut biasa memperdagangkan obat bius yang sudah
disamarkan, dengan membungkusnya di dalam kotak-kotak kecil dan
kemudian mencelupkannya ke dalam cokelat beku. Hashish yang sudah
disamarkan ini kemudian dikemas, kemudian dikirim ke Amerika. "Kalau
kita bisa menyelundupkan ke Genoa, kita akan mendapat untung yang
besar," kata Richard. Di Maroko, setiap kilogram hashish bisa dibeli
dengan .300 dan bisa dijual dengan harga antara .000 sampai
.000 di New York. Kami kemudian memulai perjalanan dengan truk
milik Richard. Kami bisa melewati beberapa pelabuhan tanpa mendapat
kesulitan, hingga akhirnya kami tiba di Madena, Italia.

Uang kami telah menipis, padahal kami harus membayar untuk memindahkan
truk. Semula, kami berusaha mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang.
Beberapa kenalan dan kawan pun kami telegram untuk dimintai
bantuannya, hasilnya nihil. Karena jalan buntu, kami kemudian sepakat
untuk menjual sebagian hashish yang kami bawa. Tak sukar untuk
mendapatkan pembelinya. Pemakai obat bius selalu dapat saling
berhubungan tanpa kesulitan. Kami menjualnya dengan harga miring,
sehingga banyak orang yang kemudian mendengarnya. Bahkan juga polisi!
Akibatnya, kami berempat harus meringkuk di dalam bui.

Lelaki dari "Back to Bible"

Koran-koran Italia memberitakan tentang penangkapan kami di halaman
depan koran mereka. Berita tersebut ternyata mengundang perhatian
Athur Weins, seorang pekerja di Back to Bible Italia. Ia langsung
menghubungi dan menemui kami. Sejak saat itu hingga 39 minggu
berikutnya, tiada putus-putusnya ia mengunjungi kami di penjara. Ia
selalu menghibur kami dengan kabar keselamatan. Dikatakannya pula
bahwa rekan-rekannya mendoakan kami dalam doa kelompok.

Kami berempat tidak menyukainya, lebih-lebih saya dan Richard.
Soalnya, ia selalu mengatakan bahwa kami adalah orang yang berdosa.
Pernyataan itu membuat kami resah dan tak enak. Namun, hanya dialah
yang dapat memberikan bacaan-bacaan berbahasa Inggris untuk kami.
Bacaan itulah satu-satunya alat bagi kami untuk merintangi waktu
selama kami mendekam di dalam penjara. Bacaan yang diberikannya adalah
Alkitab. Bacaan lainnya, yang disediakan pihak penjara berbahasa
Italia, dan tak seorang pun di antara kami berempat yang bisa
berbahasa itu.

Helenlah yang pertama kali menerima Kristus sebagai Juru Selamat
akibat membaca Alkitab itu. Seminggu sekali, aku mendapat kesempatan
untuk mengunjunginya. Ia mengatakan kepadaku bahwa ia telah menaruh
iman dan kepercayaannya kepada Kristus. Aku gusar sekali mendengar
perkataannya itu.

"Douglas, pertaruhkanlah kepercayaanmu kepada Kristus. Aku
sungguh-sungguh telah mendapatkan damai itu, damai yang telah kucari
bertahun-tahun lamanya," katanya. Tak bosan-bosannya Helen mengatakan
hal itu kepadaku, tetapi aku tetap menolaknya. Bahkan aku
menertawakannya. Sejak saat itu, aku memang rajin membaca Alkitab,
namun dengan tujuan untuk berusaha membuktikan bahwa apa yang ada di
dalam Alkitab adalah salah. Tetapi, kenyataan berkata lain. Alkitab
ternyata sebuah buku yang memunyai daya tarik yang sangat kuat. Aku
membaca dan terus membaca serta mengulanginya. Aku memang meluangkan
banyak waktu untuk melakukan itu.

Aku melihat Helen kini telah berubah. Ia tampak bahagia, penuh damai,
dan memiliki kepuasan batin. Pada waktu kami diperiksa di pengadilan,
aku benar-benar terpukul karenanya. Aku, Richard, dan Carolyn mendapat
pemeriksaan ketat dengan mendapat pertanyaan gencar dan menyudutkan.
Helen sama sekali lepas. Ia tak mengalami kesulitan apa-apa dalam
pemeriksaan itu.

Athur Weins tetap mengunjungi kami. Ia tetap ramah, meski kami
menentang dan membuatnya sakit hati. Weins tetap membawakan
bacaan-bacaan rohani untuk kami. Secara iseng-iseng saja kemudian aku
membacanya. Saat aku membacanya, di sampingku pasti ada Alkitab,
dengan tujuan untuk membandingkannya. Hal itu berguna untuk menyangkal
Weins apabila ia datang keesokan harinya.

Segalanya Kemudian Berbalik

Aku tak pernah dapat melakukan serangan terhadap Weins secara telak.
Justru serangan itu berbalik menghantam kami, meskipun kami sadar
bahwa hal itu bukanlah kemauan Weins. Bacaan-bacaan itu pada akhirnya
menuntunku untuk menyadari bahwa Kristus Yesus telah datang di hatiku
untuk menyelamatkan diriku yang berdosa. Aku menyerahkan diriku ke
dalam tangan-Nya dan menerima-Nya sebagai Juru Selamatku. Aku
menemukan kepuasan yang tidak terhingga di dalam Dia. Aku merasa
luruh, ikhlas, dan menyatu. Richard memerhatikan diriku dan menjadi
heran karenanya. "Apa yang terjadi denganmu, Douglas? Engkau tidak
lagi membantah pengawal. Aku tidak melihat keserakahan menyelimuti
dirimu belakangan ini. Engkau sekarang justru lebih banyak memberi.
Engkau tampak berubah!" kata Richard kepadaku.

Aku menceritakan kepada Richard tentang segala sesuatu yang telah
terjadi, tentang Yesus yang telah menjadi Juru Selamatku, dan juga
tentang buku-buku yang telah banyak menuntunku untuk menemukan hal
yang paling berharga dalam hidup ini. Richard menatapku dalam-dalam
dengan rasa tak percaya yang terpancar dari sorot matanya. Tentu saja
ia heran melihatku yang sebelumnya selalu berbicara keras kepada Athur
Weins, orang yang memperkenalkan kekristenan kepada kami, tiba-tiba
telah menjadi orang Kristen. "Sungguh menakjubkan. Ini luar biasa. Aku
yang telah begitu lama menginginkannya, tak pernah dapat memilikinya.
Engkau tahu bahwa sudah 25 tahun aku hidup dalam dunia yang penuh
lumpur ini. Aku melakukan kejahatan yang satu ke kejahatan yang lain.
Aku terlibat dalam berbagai kegiatan obat bius dari satu negara ke
negara yang lain dengan terus berkelana. Kehidupanku lenyap, juga
rumah dan keluargaku lenyap sudah. Tetapi, engkau yang selama ini
lebih gigih daripada aku di dalam menentang dan menolak Dia untuk
masuk ke dalam kehidupanmu, kini justru telah menerima Dia sebagai
Juru Selamat pribadimu. Engkau justru lebih dahulu menemukan Juru
Selamat dan Raja Damai itu!" kata Richard mirip keluhan.

"Jadi, engkau juga ingin menemukannya?" Dengan ragu Richard menatapku.
Aku mencoba menerangkan sesuatu hal tentang Allah kepadanya. Aku
mengatakan, "Allah tidak akan mengingat-ingat bentuk kehidupan kita
yang telah lalu, bila kita mau bertobat dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepada-Nya." Aku gembira bahwa Richard mau mendengarkan
kata-kataku itu. Sejak saat itu, aku membacakan untuk Richard berbagai
bacaan dari Alkitab yang dahulu diberikan Arthur Weins kepadaku.
Setiap hari, hal itu kulakukan untuknya. Richard tampak berusaha
memahami dengan sungguh-sungguh apa yang kami baca dan bahas bersama.
Semangatnya yang besar untuk dapat memahami firman Allah, ternyata
mempercepat dirinya di dalam memperoleh kepenuhan Roh.

Kami sekarang memiliki damai sejahtera yang begitu luar biasa.
Tadinya, sebelum kami menerima Yesus sebagai Juru Selamat, yang kami
pikirkan dan harapkan hanyalah bagaimana caranya dapat segera keluar
dari bui yang tembok-temboknya tebal dan dingin ini. Kami muak dan
benci bila melihat jeruji besi yang membatasi kami. Pikiran seperti
itu meracuni diri kami setiap saat. Aku sendiri dahulu bertekad untuk
keluar dari kamar-kamar ini dengan cara apa pun. Namun kini, setelah
aku bertobat, keinginan itu sudah tidak ada lagi. Kepuasan, kedamaian,
dan sejahtera yang memenuhi batinku telah mengalihkan dan menggantikan
apa saja. Aku memercayakan segala sesuatunya ke dalam tangan Allah.
Aku percaya sepenuhnya bahwa Allah yang telah memberikan kedamaian,
kepuasan, dan sejahtera yang melimpah itu, dan telah membebaskan aku
dari segala belenggu dosa, akan membebaskan diriku dari penjara pula.
Entah dengan cara bagaimana. Yang jelas, Natal pertama yang kulalui di
dalam penjara kurasakan begitu indah. Aku duduk bersama-sama saudara
seiman dengan penuh sukacita. Kurasakan kehadiran Yesus yang
sungguh-sungguh nyata dalam kehidupanku. Sehabis pesta Natal, seorang
sipir penjara datang ke selku. Ia tampak begitu ramah. "Tuan Norrgard,
Anda dibebaskan. Pergilah ke kantor untuk mengambil surat-surat
pembebasan Anda."

"Puji Tuhan!" kataku.

Kepala penjara menyalamiku ketika aku mendatangi dia. Ia memberikan
surat pembebasan kepadaku. Sesaat kemudian, aku telah menghirup udara
luar penjara. Aku merasa betapa nyaman rasanya. Segera saja aku pergi
ke Florence untuk mengambil dokumen kewarganegaraanku. Di sana, mereka
mengatakan bahwa pembebasanku keliru dan harus kembali ke penjara.
Tetapi, pada saat yang mendesak itu, seorang konsul Amerika membelaku.
Setelah melalui perundingan, akhirnya aku boleh kembali ke Amerika
asalkan aku mau menandatangani surat perjanjian. Aku wajib datang
memenuhi panggilan pada waktunya bila pengadilan banding dilaksanakan.
Dengan penuh kepercayaan kepada Kristus, surat itu kutandatangani. Aku
percaya bahwa bila Kristus telah memberikan kebebasan kepadaku, Ia
tidak akan membiarkan aku kembali ke balik tembok penjara.

Dari Italia, aku langsung ke Swiss untuk menikmati hari-hari
kebebasanku. Betapa bahagianya aku mendapatkan kebebasan. Ketika saat
pengadilan banding itu tiba, aku pun kembali ke Italia. Di sana
pengadilan menyatakan bahwa aku bebas karena aku telah cukup dalam
menjalani masa hukumanku. Richard masih harus menjalani hukumannya
beberapa waktu lagi. Ketika bertemu denganku, ia sama sekali tidak
menunjukkan kecemasan ataupun kegelisahan. Ia dengan tenang menjalani
pemeriksaan dalam pengadilan banding itu. Ketika hakim bertanya apakah
masih ada sesuatu yang ingin disampaikannya, Richard berkata, "Tuan,
semua yang disebut dalam pemeriksaan ini benar adanya. Saya memang
bersalah dan akan menerima putusan apa pun yang dijatuhkan kepadaku.
Tetapi, ada satu hal yang ingin saya sampaikan kepada Anda sekalian.
Selama di dalam penjara, saya telah menerima Yesus Kristus sebagai
Juru Selamat pribadi saya. Saya telah menjadi orang yang baru, yang
diperbarui oleh Roh Kudus. Saya telah berubah berkat penyerahan diri
saya kepada-Nya."

Aku sungguh-sungguh terharu mendengar perkataan Richard itu. Ia telah
menemukan apa yang selama 25 tahun lebih ini dicarinya. Ia juga telah
menemukan Yesus Kristus seperti yang telah aku dan Helen alami,
termasuk juga Carolyn yang menyusul kemudian. Kami merasa berbahagia
sekali karena Yesus Kristus telah membebaskan kami, bukan hanya dari
penjara manusia, melainkan dari penjara iblis dan dosa yang telah
membelenggu kami di sepanjang hidup kami yang lalu. Kini, kami adalah
manusia yang sungguh-sungguh telah dibebaskan karena kami memasrahkan
diri kami sepenuhnya ke dalam tangan Yesus Kristus, sebagai Juru
Selamat pribadi.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku: Semua Karena Anugerah-Nya
Penulis: Adhy Asmara
Penerbit: Yayasan Andi, Yogyakarta 1996
Halaman: 29 -- 38

Pokok Doa

1. Mengucap syukur karena Douglas Norrgard dan teman-temannya akhirnya
menemukan kedamaian sejati di dalam Kristus. Mereka bertobat dari
jalan hidupnya yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.

2. Berdoa untuk Douglas Norrgard dan teman-temannya, agar mereka dapat
terus memelihara imannya, dapat menjadi berkat bagi orang lain, serta
membawa mereka kepada Kristus.

3. Berdoa untuk orang-orang yang hidupnya seperti Douglas Norrgard,
agar mereka dapat dipertemukan dengan orang yang tepat, yang dapat
membawa mereka kepada Kristus.

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan
kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh
dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu." (Yohanes 14:27)
< http://alkitab.sabda.org/?Yoh+14:27 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org