Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/285

KISAH edisi 285 (18-7-2012)

Kekuatan Pasukan Doa: Eric dan Danell Anschuetz

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 285, 18 Juli 2012

Shalom,

Edisi KISAH minggu ini mengupas tentang kesaksian dari Eric Anschuetz,
seorang pegawai pangkalan udara milik angkatan laut di Dallas. Dia
menderita penyakit serius yang diakibatkan oleh hal sepele. Namun
dengan pertolongan Tuhan, Eric Anschuetz dapat melewati masa-masa
krisis dan mengalami pemulihan kesehatan yang cukup progresif. Ingin
tahu cerita selanjutnya, silakan baca kesaksiannya di bawah ini. Tuhan
memberkati.

Pemimpin Redaksi KISAH,
Yonathan Sigit
< sigit(at)in-christ.net >
< http://kesaksian.sabda.org/ >

           KEKUATAN PASUKAN DOA: ERIC DAN DANELL ANSCHUETZ

Pada bulan Maret 1993, Eric Anschuetz berdinas di pangkalan udara
Angkatan Laut di Dallas, negara bagian Texas. Untuk menjaga kebugaran
tubuhnya, Eric berangkat dan pulang kerja dengan mengendarai sepeda.
Pada suatu sore, langit terlihat mendung dan kelabu. Ketika ia sedang
dalam perjalanan pulang dengan mengendarai sepedanya, ia melintasi
ujung landasan pacu, tiba-tiba sebuah jet tempur F-14 seakan-akan
muncul begitu saja dari awan kelabu yang rendah.

"Pesawat itu mengeluarkan suara yang amat keras dan membuat saya
terkejut. Saya terpana melihat pesawat jet yang meluncur turun tepat
di depan saya itu, sehingga membuat saya tidak melihat arah sepeda
saya. Sepeda saya pun mengarah ke pinggir jalan dan membuat saya
terjungkal, lutut saya robek karena kejadian itu. Saya hanya mengalami
lecet-lecet, tidak ada yang parah." Sore itu Eric pun pulang, mandi,
dan mengobati luka-lukanya itu.

"Saya rasa, 1 minggu kemudian setelah peristiwa itu, saya mulai merasa
sakit. Saya kira saya mengidap flu biasa. Saya merasa mual dan
mengalami demam tinggi."

Ketika penyakitnya semakin parah, muncullah gejala-gejala yang tidak
biasa. "Punggung dan bagian atas kepala saya seperti baru saja
terbakar sinar matahari. Setelah itu, kulit di tangan saya mengelupas
-- terkelupas begitu dan kulit tangan saya berubah menjadi putih. Saya
juga mengalami diare dan muntah-muntah."

Setelah 48 jam, Eric dibawa ke rumah sakit angkatan laut. Tekanan
darahnya turun secara drastis. Pihak medis di rumah sakit itu
mengobati gejala flunya dan membolehkan Eric pulang, setelah tekanan
darahnya stabil. Mereka juga mendorong Eric untuk kembali ke rumah
sakit jika ia tidak merasa lebih baik keesokan harinya.

Namun, gejala yang dialami Eric justru semakin parah. Danell,
istrinya, merasa bahwa ia harus membawa Eric ke rumah sakit. "Hari
Sabtu pagi itu, ketika kami bangun, Eric masih tetap sakit," ujarnya.
"Ia tidak dapat makan apa pun dan terus muntah. Ia tetap mengalami
demam dan menggigil. Ia seperti bukan dirinya. Saya bersikeras bahwa
ia harus dirawat di UGD. Sementara kami dalam perjalanan ke rumah
sakit, Eric mulai meracau. Ia seperti mengalami penyakit flu dan
dehidrasi yang amat parah."

Penyakitnya ini juga memengaruhi indera penglihatannya. Danell tidak
tahu bahwa tubuh suaminya sedang dalam tahap untuk mati. Petugas medis
di ruang UGD melakukan beberapa tes dan merasa bahwa kondisi Eric
semakin serius, kemudian mereka merujuknya kepada ahli penyakit
infeksi. Danell bersiap-siap untuk kemungkinan yang terburuk.

"Kemudian dokter spesialis itu keluar dari UGD dan memberi tahu saya
bahwa ia menduga Eric mengalami "Toxic Shock Syndrome" [Sindrom TS,
ed.). Ia mengalami gagal hati, gagal ginjal, dan organ di sekitarnya,
sehingga kulitnya pun turut mengalami gangguan. Hari itu juga Eric
masuk ke bangsal perawatan intensif dan keadaannya semakin buruk."

Sindrom TS biasanya dialami oleh wanita. Penyakit ini dimulai dengan
sebuah infeksi yang kemudian mematikan tubuh seseorang perlahan-lahan,
organ per organ. Itulah sebabnya, kulit Eric terkelupas dan indera
penglihatannya semakin berkurang. Tenaga medis di tempat itu mengambil
kesimpulan bahwa Eric mendapatkan infeksi itu ketika ia terjatuh dari
sepedanya.

Pada hari Selasa, kesempatan Eric untuk sembuh semakin mengecil.
Danell menelepon temannya yang juga seorang dokter, dan temannya itu
langsung membuat riset mengenai kondisi Eric dan datang untuk
memeriksanya. Dokter muda itu dan tunangannya, yang adalah seorang
ahli jantung, masuk ke ruang perawatan untuk melihat kondisi Eric.

Ketika mereka keluar dari ruang perawatan itu, mereka menuju ruang
tunggu untuk memberi tahu Danell. Yang disampaikan mereka kepada
Danell bukanlah sebuah kabar baik. Linda memandang saya dan berkata,
"Eric benar-benar sakit, Danell." Saya berkata, "Aku tahu ia
benar-benar sakit. Linda, semua orang di sini tidak ada yang mau
memberitahuku tentang apa pun."

Linda memandang tunangannya dan menggelengkan kepalanya, kemudian
memandangku lagi dan berkata, "Danell, aku rasa jika kondisi Eric
tidak mengalami kemajuan dalam 2 jam ke depan, ia tidak akan selamat.",
2 jam setelah Linda dan tunangannya pergi, Eric mengalami "cardiac
arrest". Paru-parunya tidak berfungsi sama sekali. Ia mengalami gagal
ginjal dan kulitnya semakin terkelupas. Jantungnya berhenti.

Danell menyadari bahwa jika tidak terjadi suatu mukjizat, maka Eric
akan mati, jadi ia pun memulai suatu gerakan rohani. Saat itu keluarga
ini memiliki jaringan doa yang besar di negara itu, yang berdoa untuk
Eric. Danell juga memberi tahu persekutuan "Order of Saint Luke" yang
mengadakan doa semalaman untuk Eric.

"Ada seorang pria yang tidak mengetahui keadaan Eric, tapi ia merasa
terpanggil untuk pergi ke kapel dan berdoa untuknya," ujar Danell.
"Ketika ia sampai di gereja, ia baru tahu tentang krisis yang dihadapi
Eric."

Ada pula yang mengadakan doa rumah sakit. Beberapa orang berdoa di
kapel rumah sakit itu. Malam itu, benar-benar ada pasukan pendoa yang
berdoa untuk Eric.

Sejalan dengan doa yang semakin kuat, begitu pula kondisi Eric.
Setelah Eric dipulihkan dari "cardiac arrest" semalam, kini Eric
mengalaminya untuk kedua kalinya. Saat itu tak nampak harapan apa pun.
Danell tidak dapat bergantung kepada apa pun, kecuali kepada imannya
sendiri. Lewat air matanya, Danell memohon agar Tuhan memulihkan
suaminya. Doa yang sama itu juga dinaikkan seluruh pendoa yang
tersebar di penjuru negeri itu.

Tengah malam, hari itu, Danell mulai melihat mukjizat Allah. Setelah 3
jam sejak "cardiac arrest" yang kedua, Eric terbangun dengan Danell di
sampingnya.

"Saya ingat bahwa saya terbangun tengah malam," ujar Eric. "Saya ingat
Danell ada di sana dan memeluk saya sambil berkata, `Sekarang semuanya
akan baik-baik saja, semuanya akan baik-baik saja.` Saya berpikir, apa
maksudmu? Di sebelah saya ada seseorang dari gereja yang berlutut
sambil doa, dan saya berpikir, apa yang sedang dilakukannya? Tiba-tiba
orang itu berkata, `Ini adalah mukjizat!` Dan saya berpikir, apanya
yang mukjizat? Saya benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi."

Eric berhasil melewati saat-saat yang paling berbahaya dan mulai
menjalani pemulihan. Setelah malam itu, Eric kembali tak sadarkan diri
selama lima hari, namun sejak saat itu semuanya terlihat sangat jelas
bahwa ia akan baik-baik saja.

Minggu berganti minggu, semua orang mulai takjub akan pemulihan Eric.
Para dokter percaya bahwa Eric akan membutuhkan "dialysis" (cuci
darah) untuk beberapa bulan ke depan, bahkan mungkin akan selama
setengah tahun. Tetapi ternyata Eric hanya memerlukan dialysis selama
24 hari. Ia didiagnosis tidak akan dapat pergi bekerja selama 8
minggu, tetapi Eric sudah dapat kembali bekerja walaupun hanya untuk
setengah hari setelah sebulan saja.

Danell -- sekarang adalah seorang dokter -- masih terkagum-kagum
dengan penyembuhan total dari suaminya. Mereka berkata bahwa ginjal
dan hati Eric tidak akan dapat berfungsi normal lagi, tetapi
kenyataannya ginjal dan hatinya dapat kembali normal. Begitu pula
dengan paru-parunya yang kini dapat berfungsi secara normal. Sekarang
tidak ada noda di foto X-Ray. Jantungnya juga kembali normal.
Baru-baru ini Eric mengikuti tes "cardiac stress" -- hasilnya,
jantung Eric 100 persen normal. Hal yang sangat jarang terjadi!

Danell merasa bahwa ia mendapatkan pelajaran rohani yang luar biasa
dari penyakit yang diderita suaminya. "Saya pikir, pelajaran yang
paling penting dari semua ini adalah bahwa saya harus menyerahkan
kendali sepenuhnya kepada Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan berkuasa
penuh. Saya adalah seseorang yang cenderung ingin memegang kendali.
Sekarang, saya adalah seorang dokter karena saya ingin mengendalikan
situasi, saya selalu ingin mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya
ingin menerima hasil seperti yang saya inginkan."

"Yang Tuhan ajarkan melalui banyak orang yang saleh saat peristiwa itu
adalah bahwa saya harus menyerahkan Eric ke dalam tangan-Nya, dan
menyadari bahwa kehendak-Nyalah yang harus terjadi dan saya harus
menerimanya, apa pun kehendak itu. Belajar untuk bersandar kepada
Tuhan dan tetap berpegang kepada-Nya, apa pun yang terjadi adalah
sebuah hal yang besar bagi saya."

Eric berkata, "Tuhan telah menyadarkan saya bahwa Ia adalah pribadi
yang dekat dengan kita. Di mana pun kita berada, Dia akan berada di
sana dan akan selalu memegang kendali." (t/Yudo)

Diterjemahkan dari:
Judul buku: In the Hollow of His Hands
Judul asli artikel: Eric and Danell Anschuetz: The Power of a
                    Praying Army
Penulis: Gorman Woodfin
Penerbit: Multnomah Publishers, Inc.; Sister, Oregon. 2001
Halaman: 47 -- 51

Pokok Doa

1. Mengucap syukur karena Tuhan sudah memberikan mukjizat kesembuhan
kepada Eric Anschuetz, karena tanpa pertolongan Tuhan, dia tidak akan
dapat bertahan dengan penyakitnya yang sudah begitu parah.

2. Berdoa untuk orang-orang yang saat ini juga mengalami penyakit
serius seperti yang dialami oleh Eric Anschuetz, agar mereka diberi
iman yang kuat dan mengalami mukjizat kesembuhan.

3. Berdoa untuk diri kita masing-masing, agar kita diberi hikmat oleh
Tuhan untuk belajar memerhatikan hal-hal kecil dan sering kali
dianggap sepele, agar nantinya itu tidak menjadi bumerang bagi diri
kita sendiri.

"Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan
kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan
kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah."
(Yeremia 33:6) < http://alkitab.sabda.org/?Yer+33:6 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
Tim editor: Davida Welni Dana, Novita Yuniarti, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org