Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/274

KISAH edisi 274 (2-5-2012)

Bencana Tsunami Membawa Saya Kepada Yesus

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 274; 2 Mei 2012

Shalom,

Tak peduli latar belakang seseorang bukan dari keluarga Kristen, dia
tetap berhak atas kasih Yesus. Jika dia beriman kepada Kristus dan Roh
Kudus menjamahnya, Tuhan pun bisa memakainya menjadi alat-Nya. Anda
bisa membaca kisah pertobatan seorang korban tsunami yang terjadi di
Indonesia beberapa tahun lalu di edisi kali ini. Dengan memahami
pergumulannya dalam mempertahankan iman Kristen, kiranya kita selalu
diingatkan untuk tetap memegang teguh iman kita kepada-Nya. Tuhan
memberkati.

Redaksi Tamu KISAH,
Mahardika Dicky Kurniawan
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                BENCANA TSUNAMI MEMBAWA SAYA KEPADA YESUS

Saya (P) anak kelima dari sebelas bersaudara. Saya lahir di salah satu
kota di pulau Sumatera, pada tanggal 25 September 1969. Saya berasal
dari keluarga bangsawan, dan sebelum mengenal Kristus, saya adalah
seorang agama lain yang taat. Saya selalu mengikuti kegiatan ibadah
bersama keluarga saya. Sewaktu saya lahir, orang tua saya pernah
bernazar untuk membuat sebuah tempat ibadah, dan membangun sebuah
tempat bagi murid-murid untuk belajar mengenai agama di desa I.

Sebagai anak seorang anggota TNI, saya mendapat didikan yang cukup
keras dari orang tua saya. Saya tidak boleh keluar rumah tanpa izin
dari orang tua. Saya menempuh pendidikan -- SD sampai SMU di kota
kelahiran saya. Ketika berada di bangku SMU, saya sering bermain di
gereja. Ketika orang tua saya mengetahui hal ini, mereka lalu
memasukkan saya ke salah satu tempat untuk mendalami agama, di salah
satu kota di Jawa Timur. Di sana, saya hanya bertahan dua bulan,
sebelum akhirnya lari ke tempat nenek saya di salah satu kota di Jawa
Tengah. Ketika orang tua saya mengetahui kalau saya ada di tempat
nenek saya, mereka membawa pulang saya ke daerah asal kami, dan saya
melanjutkan studi saya sampai tamat SMU di sana. Setelah lulus SMU,
saya melanjutkan studi ke salah satu universitas swasta Jakarta --
sampai semester lima. Saya tidak melanjutkan kuliah dan kembali ke
kota asal saya, lantaran ibu meninggal dunia.

Ketika berada di kota asal saya, saya membuka sebuah usaha dengan
dibantu 8 orang karyawan. Saya juga mengadopsi seorang anak berumur 3
hari. Saya menikmati hidup saya yang mulai tertata. Namun di tengah
ketenangan hidup itu, datanglah musibah yang dahsyat yang
menghancurkan usaha saya. Tanggal 26 Desember 2004, terjadi gempa yang
disusul dengan tsunami. Waktu itu, saya dan keluarga lari ke luar
rumah, dan tiba-tiba datang air bah. Semua orang berlarian sambil
berteriak, "Air, air!" Saya bingung, mana airnya? Tiba-tiba saya
melihat air yang tingginya kira-kira 2 kali pohon kelapa. Saya
berusaha menyelamatkan diri dengan naik ke tempat yang lebih aman.
Akan tetapi, keluarga, anak angkat, dan pembantu saya terbawa arus
air.

Saat air mulai surut, saya dan orang-orang yang selamat mencoba
mencari anggota keluarga kami yang hilang. Namun, tidak ada satu pun
dari anggota keluarga saya yang saya temukan. Tiga hari tiga malam
saya tidak makan. Dengan pikiran kalut, saya berusaha mencari jasad
keluarga saya. Lagi-lagi, usaha saya tidak membuahkan hasil. Tidak
satu pun yang ketemu. Apa yang harus saya lakukan?

Sewaktu saya sedang mencari keluarga saya, saya bertemu dengan teman
ayah saya, R. Senang rasanya bisa bertemu dengan seseorang yang saya
kenal baik. R menyapa saya dan membelikan saya sandal. Selain itu,
saya juga bertemu dengan B. Kami bersama-sama mencari jenazah keluarga
kami, tapi tidak ada satu pun yang ketemu. Kemudian saya minta tolong
R untuk membawa saya ke salah satu kota di Sumatera dengan naik
pesawat TNI. Sesampainya di kota tersebut, kakak dan adik-adik
langsung memeluk saya dan menanyakan keadaan saudara-saudara yang
lain. Saya lalu dibawa ke hotel, dan kakak saya menanyakan rencana
saya selanjutnya, apakah mau tinggal di Kalimantan atau Bandung. Saya
memilih Bandung. Tetapi, baru dua bulan di Bandung saya minta pulang
ke daerah asal saya.

Ketika berada di daerah asal saya, hubungan saya dengan B menjadi
semakin akrab. Saya sering mengunjungi B di barak tempat tinggalnya.
Suatu ketika saat B sedang mandi, saya mendapati Alkitab miliknya di
bawah kasur. Alkitab itu kemudian saya baca-baca tanpa sepengetahuan
B. Pada hari minggu pagi, seperti biasa saya datang ke baraknya. Saya
lihat B mengenakan pakaian bagus. Merasa heran, saya bertanya, "Kakak
mau ke mana?" "Mau ke pasar," jawabnya. "Kok pakai pakaian yang bagus
sekali?" tanya saya lagi. Akhirnya, dia mengaku bahwa dia sudah
menjadi orang Kristen. Waktu itu saya duduk di pintu barak. Tiba-tiba
saya memegang rok B sambil berkata, "Saya mau ikut Kakak ke gereja."
Sambil berlinang air mata, saya terus memegang roknya dan menantikan
jawaban. B berujar, "Jangan, saya takut sama keluargamu." Dia segera
tahu bahwa sayalah yang sering memindahkan Alkitabnya. Saya pun
mengakui bahwa saya sering membaca Alkitabnya ketika dia sedang mandi.
"Tidak ada masalah, Kak, kalau saya ke gereja. Ini dari hati
nuraniku," kata saya kepadanya. Jawabnya, "Kalau begitu, saya tanya
dulu ke K -- pendetanya. Sepulang dari gereja, B mengatakan kepada
saya apa yang dikatakan K. Kata K, "Kamu boleh main-main dulu ke
gereja." Selama tiga bulan saya ke gereja dan kebaktian bersama
mereka. Waktu itu saya ditanya oleh K, "Kamu mau dibaptis?" Jawab
saya, mau. Kemudian saya dibawa ke salah satu kota untuk di baptis.

Ketika berada di kota tersebut, saya ditelepon oleh keluarga saya,
yang menyampaikan bahwa kakak saya sudah pindah ke daerah asal kami,
karena banyak teman yang seprofesi dengannya meninggal ketika terjadi
tsunami. Saya disuruh pulang oleh keluarga. Saya terkejut, tidak
menyangka kalau kakak saya sudah ada di di sana. Saya ragu untuk
pulang ke rumah. Waktu itu, tante saya tahu kalau saya sudah menjadi
orang Kristen, dan sebagai akibatnya saya diusir dari rumahnya.
"Pokoknya, kamu jangan injak rumah ini lagi," katanya. Sambil
berlinang air mata, saya keluar dari rumahnya. Saya langsung kembali
ke barak. Sesampainya di barak, tiba-tiba kakak saya datang. Setelah
bertemu, tangan saya diborgol, lalu dimasukkan ke dalam mobil dan
dibawa ke salah satu kota, dengan menempuh perjalanan selama 6 jam
dari daerah asal saya. Kira-kira pukul 02.00 WIB, kami tiba di tempat
tujuan. Di tempat tersebut, saya dimasukkan ke dalam penjara bawah
tanah dengan keadaan sangat lapar.

Setelah itu, saya dibawa ke rumah kakak saya, di mana semua anggota
keluarga berkumpul dan menginterogasi saya. Waktu itu, saya belum
berani jujur tentang iman saya. Saya hanya diam ketika mereka bertanya
kepada saya. Saya juga mengalami tindakan fisik -- pemukulan di bagian
tangan dan punggung, yang mengakibatkan tulang punggung saya patah.
Saya lalu dibawa ke rumah sakit. Setelah mendapatkan perawatan, saya
dibawa pulang ke rumah dan dikurung selama 2 hari. Malamnya, ada
seseorang yang menolong saya, sehingga saya dapat lari dengan memanjat
tembok setinggi 2,5 meter.

Saya lari ke sebuah gereja di salah satu kota di Sumatera. Selama tiga
bulan di gereja itu, saya terus dicari oleh keluarga saya. Pernah
suatu kali saya diberi tiket pesawat untuk pergi ke kota lain. Tetapi
Tuhan tidak mengizinkan saya meninggalkan kota tersebut. Kemudian saya
mendengar bahwa pesawat yang akan saya tumpangi jatuh. Tiga hari
kemudian, seorang pendeta datang mengunjungi saya dan ia mencukupkan
kebutuhan hidup saya. Suatu ketika, saya dan teman saya pergi ke
sebuah mal untuk membeli sandal. Selagi makan, tanpa saya sadari, anak
buah kakak saya sudah mengepung. Saya dan teman saya berusaha
menyelamatkan diri, tetapi usaha kami tidak berhasil.

Saya lalu dimasukkan ke dalam mobil dengan tangan diborgol dan dibawa
kembali ke rumah kakak saya di kota L. Semua keluarga disuruh datang
ke rumah kakak saya. Setelah semuanya berkumpul, saya lalu disiksa
habis-habisan -- kepala saya dipukuli dengan batu bata sampai gendang
telinga saya pecah dan saya tidak bisa mendengar, lutut saya dipukuli
dengan kayu sampai saya tidak bisa jalan. Berhari-hari, saya mengalami
siksaan dari kakak saya. Dalam keadaan itu, saya hanya berdoa dan
memohon agar Tuhan Yesus menolong dan menyembuhkan bagian-bagian tubuh
saya yang terluka. Puji Tuhan, perlahan-lahan, saya mulai bisa
berjalan.

Selama tiga bulan saya dikurung dan disiksa, supaya saya dapat
menyangkal iman saya kepada Tuhan Yesus. Pernah suatu kali saya hampir
dilukai dengan besi panas oleh kakak saya. Katanya, "Biar tidak ada
lagi yang suka sama kamu karena dadamu tidak bagus lagi." Tuhan Yesus
tidak pernah meninggalkan saya, dan saya diluputkan oleh Tuhan melalui
kakak ipar saya. Sewaktu kakak mau melukai saya dengan besi panas itu,
saya berteriak dan didengar oleh kakak ipar saya. Dia segera mendobrak
pintu yang terkunci dan saya pun terluput. Saya diseret dan disuruh
melakukan salah satu kewajiban agama lama saya. Awalnya, saya menolak
dan beralasan sedang datang bulan. Tetapi, mereka tidak percaya dan
terus-menerus memaksa. Akhirnya, saya menurut dan memohon kepada Tuhan
Yesus supaya mengampuni saya.

Suatu malam, di depan rumah ada suatu acara, sehingga semua keluarga
pergi. Saya ditinggal di rumah dengan seorang pembantu. Ini adalah
kesempatan bagi saya untuk menyelamatkan diri. Dengan alasan ingin
makan sate, saya pamit untuk membeli sate di depan rumah. Tapi
sesampai di luar, saya segera lari, mencari becak, dan segera menuju
terminal menemui K dan temannya yang sudah menunggu saya. Kami
langsung naik bis menuju sebuah tempat. Tanpa kami ketahui, di tengah
jalan sedang ada rasia besar-besaran yang dipimpin kakak saya. Semua
mobil diperiksa, termasuk bis yang kami tumpangi. Sungguh ajaib. Pada
waktu bis kami diperiksa, saya melihat kakak saya berdiri di sebelah
kanan saya, tapi dia tidak melihat saya.

Sementara pemeriksaan, kami terus berdoa supaya jangan ketahuan oleh
kakak saya. Tuhan menutup mata kakak saya sehingga tidak melihat kami.
Akhirnya, kami tiba dengan selamat di tempat tujuan. Kami singgah
sebentar di sebuah yayasan untuk mandi. Setelah mandi, kami segera
pergi ke Bandara. Selama tiga jam, tiket saya diperiksa karena nama
yang tertera di tiket berbeda dengan nama di KTP. Saya menangis karena
tidak dapat berangkat ke kota J. Di saat itu, Tuhan menolong dengan
mengirim seorang hamba-Nya, Ibu S, yang menolong saya untuk berangkat
ke kota J dan menjamin saya. Saya tiba di kota J pukul 17.00 WIB. Saya
dijemput oleh seseorang dan ditampung di salah satu gereja selama tiga
bulan.

Saya pun tidak betah berada di tempat itu, jadi saya minta pulang
kembali ke daerah asal saya. Saya diizinkan untuk pulang, tetapi
terlebih dulu harus menghubungi seseorang yang membawa saya ke gereja
tersebut -- A. A kaget mendengar bahwa saya ingin pulang ke daerah
asal saya. A langsung menghubungi K. A berkata bahwa ia telah
menjelaskan masalah saya kepada K. K menganjurkan agar saya pergi ke
salah satu temannya untuk belajar/mendalami firman Tuhan. Saya lalu
mengurungkan niat saya untuk kembali ke kota asal saya. Di tempat
tersebut karakter saya dibentuk dan saya semakin mengerti kebenaran
dari firman Tuhan.

Diambil dan disunting dari:
Nama buletin: Midrash Talmiddim, Edisi 4 2006
Penulis: Tim redaksi
Penerbit: Yayasan Kaki Dian Emas, Bekasi
Halaman: 28 -- 31

POKOK DOA

1. Bersyukur atas P yang tetap bertahan dalam imannya kepada Yesus,
meskipun banyak tantangan yang harus dia hadapi dalam perjalanan
hidupnya.

2. Berdoa buat P agar dia tetap kuat untuk mempertahankan iman
percayanya, dan berdoa juga buat keluarganya agar hati mereka dijamah
Roh Kudus dan mereka juga dapat mengenal Yesus.

3. Berdoa untuk orang-orang yang saat ini juga mengalami permasalahan
seperti yang dihadapi P, agar mereka diberi kekuatan oleh Roh Kudus
dan juga mengalami mukjizat.

"Kata-Nya kepada mereka semua: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia
harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut
Aku." (Lukas 9:23) < http://alkitab.sabda.org/?Lukas+9:23 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Yonathan Sigit
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org