Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/255

KISAH edisi 255 (14-12-2011)

Menggenggam Kasih

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                    Edisi 255, 14 Desember 2011

Shalom,

Terkadang, ada beberapa orang yang berpendapat bahwa anak-anak itu
merepotkan. Pendapat seperti itu bisa terlontar dengan mudah apabila
seorang dewasa tidak bisa belajar dari tingkah polah anak yang memang
unik. Melalui polah, sifat, maupun keunikan anak-anak, kita juga dapat
belajar mendalami kasih Allah. Seperti dalam kesaksian berikut ini,
yang mengisahkan pengalaman Natal seorang hamba Tuhan dan salah satu
anak asuhnya di asrama.

Selamat menyimak sajian kami, Tuhan memberkati.

Redaksi tamu KISAH,
Mahardhika Dicky Kurniawan
< http://kesaksian.sabda.org/ >

                           MENGGENGGAM KASIH

Saya sedang terburu-buru mempersiapkan khotbah Natal saya -- saat yang
paling berat dalam pelayanan untuk memperoleh sesuatu yang menyegarkan
untuk disampaikan -- sewaktu ibu asrama muncul di pintu ruang kerja.
Berarti ada suatu masalah yang harus segera ditangani di ruang atas.
Menjelang Natal merupakan saat yang sukar bagi anak-anak yang emosinya
tidak stabil, yang tinggal di asrama gereja kami. Tiga perempat dari
mereka sudah pulang ke rumah. Sedangkan yang tetap di asrama,
memberikan reaksi ketika melihat banyak tempat tidur yang kosong dan
merasakan suasana yang berbeda dari biasanya.

Saya mengikuti ibu itu naik tangga, dalam hati merasa kesal karena
berkali-kali terganggu. Kali ini, Tommy yang membuat ulah. Ia
merangkak ke bawah tempat tidur dan tidak mau keluar. Ibu itu menunjuk
ke salah satu dari enam dipan [tempat tidur terbuat dari papan yang
tidak berkelambu, Red.] yang ada di asrama kami yang kecil, tempat
Tommy bersembunyi. Di bawah tempat tidur itu, tidak tampak sehelai
rambut ataupun ujung jari kakinya, karena itu saya memerhatikan koboi
dan kuda kecil liar yang terpampang di atas seprai penutup tempat
tidur. Saya menceritakan pohon terang yang gemerlapan di ruang depan
gereja, dan bungkusan-bungkusan hadiah yang diletakkan di bawahnya,
serta banyak hal lain yang menyenangkan, yang menunggunya di luar
tempat tidur itu.

Tidak ada jawaban.

Sambil menghela napas, karena waktu yang berharga sudah berlalu begitu
saja. Saya membungkuk dan mengangkat penutup tempat tidur itu.
Sepasang mata yang bundar berwarna biru bertemu pandang dengan saya.
Tommy berumur 8 tahun, tetapi kelihatan seperti baru berumur 5 tahun.
Sebenarnya, untuk menariknya ke luar tidak dibutuhkan banyak tenaga.
Tetapi bukan itu yang dibutuhkan, melainkan menumbuhkan kepercayaan
dan keberanian dalam dirinya untuk mengambil keputusan atas
inisiatifnya sendiri. Jadi, saya merangkak mendekatinya. Saya mulai
membujuknya dengan makan malam yang istimewa setelah kebaktian Natal.
Saya juga menceritakan kaos kaki dengan rajutan namanya yang dibuat
oleh sebuah perkumpulan wanita.

Hening, tidak ada tanda-tanda ia mendengarkan ataupun memedulikan
Natal.

Akhirnya, karena saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk
mengajaknya berbicara, saya merayap perlahan-lahan dengan perut
menyentuh lantai dan menggeliat di sebelahnya -- pegas tempat tidur
menyentuh jaket saya. Rasanya lama sekali saya berbaring di sana, pipi
saya dapat merasakan dinginnya lantai. Mula-mula saya membicarakan
hiasan Natal besar, yang diletakkan di atas mimbar dan lilin yang
ditempatkan di dekat jendela. Saya juga mengingatkan lagu-lagu Natal
yang akan dinyanyikannya bersama teman-temannya. Setelah itu, saya
tidak tahu lagi apa yang harus dibicarakan, dan diam sambil menunggu
di sampingnya.

Waktu saya menunggu, tangan yang kecil dan dingin terulur menggenggam
tangan saya.

"Tommy," kata saya tidak lama kemudian, "Di sini terasa sempit. Ayo,
kita keluar ke tempat yang lebih luas."

Kami keluar perlahan-lahan. Semua tekanan yang membebani hari itu
sudah terangkat, karena saya sudah memunyai bahan untuk khotbah Natal.
Sewaktu meluruskan badan di lantai, saya menyadari saya memperoleh
sekilas pandangan yang baru dari misteri Natal.

Bukankah Allah juga memanggil kita, seperti saya memanggil Tommy, jauh
dari sana? Bukankah Ia juga meminta kita untuk mengasihi Dia, untuk
menikmati alam semesta -- bintang, gunung, dan segala ciptaan-Nya yang
agung, yang sudah dianugerahkan-Nya kepada kita?

Ketika kita tidak mau mendengarkan, Ia berusaha menarik kita lebih
dekat lagi. Melalui nabi-nabi, para hakim, serta orang-orang kudus, Ia
berbicara langsung kepada kita.

Tetapi sejak Natal yang pertama, sejak Allah merendahkan diri-Nya
dengan datang ke dunia, sejak Ia diam di antara kita dan tinggal di
dalam diri kita, dalam kesunyian dan keasingan kita, maka kita sama
seperti Tommy, berani mengulurkan tangan kita untuk menggenggam
kasih-Nya.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku: The New Gideposts Christmas Treasury
Judul buku: Kisah Nyata Seputar Natal
Penulis: Henry Carter
Penerjemah: Christine Sujana
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1998
Halaman: 25 -- 27

POKOK DOA

1. Mengucap syukur atas Natal yang menjadi awal penggenapan janji
Allah untuk menyelamatkan manusia.

2. Doakan agar Tuhan memberi hikmat dan bimbingan dalam persiapan
acara-acara Natal di seluruh dunia. Kiranya konflik-konflik yang
rentan muncul dalam kepanitiaan, dapat dikomunikasikan dengan
bijaksana.

3. Doakan agar setiap kebaktian maupun perayaan Natal, menjadi pintu
masuk bagi pemberitaan Injil kepada orang-orang yang belum percaya di
sekitar kita.

"Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku."
(Yesaya 43:11) < http://alkitab.sabda.org/?Yesaya+43:11 >

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/kisah >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org