Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/197

KISAH edisi 197 (25-10-2010)

Masih Ada Jalan Keluar

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 197, 25 Oktober 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  Walaupun tidak selalu, kelihatannya ada tautan antara hidup rohani
  yang berkenan kepada-Nya dengan berkat jasmani rohani yang dapat
  dienyam. Hal itu dapat dilihat dari kesaksian hidup RL sebagaimana
  yang dapat dikisahkan pada kesaksian edisi kali ini. Ketika RL
  sedang asyik berkubang dalam lumpur dosa, betapa banyak dampak
  negatif yang harus ia rasakan, mulai dari kecanduan narkoba hingga
  terlilit begitu banyak utang. Tetapi ketika RL mengalami perjumpaan
  pribadi dengan Tuhan, akhirnya yang terjadi adalah kehidupan yang
  membaik dan terbebas dari lilitan utang. Kisah hidup RL kiranya
  kembali mengingatkan kita semua bahwa hidup di luar Kristus adalah
  kesia-siaan.

  Selamat menikmati sajian edisi kali ini dan mohon untuk tidak lupa
  berdoa syafaat lewat tuntunan yang ada di Kolom Pokok Doa. Tuhan
  memberkati!

  Redaksi tamu KISAH,
  Wilfrid Johansen
  http://kekal.sabda.org
  http://fb.sabda.org/kekal
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                         MASIH ADA JALAN KELUAR

  Sejak saya (RL) masih anak-anak sampai menjadi seorang pemuda, saya
  menjalani hidup dengan baik dan nyaris tanpa masalah yang berarti.
  Ketika itu, saya belum menjadi orang Kristen.

  Pada tahun 1989, tidak begitu lama setelah saya menyelesaikan kuliah
  di Universitas Advent, Manado, saya diterima bekerja pada sebuah
  perusahaan pelayaran dan dipercaya untuk mengurus kegiatan
  operasional yang berkantor di Jakarta. Setelah beberapa bulan hidup
  di tengah-tengah kota metropolitan, saya mulai terlibat dengan
  kehidupan dunia malam. Pada awalnya hanyalah sebatas menemani tamu
  untuk mencari hiburan dan melepaskan dahaga. Tetapi tidak lama
  kemudian, saya mulai menikmatinya. Dan akhirnya apabila dalam
  semalam tidak dilewatkan dengan berjudi dan mabuk-mabukan bersama
  wanita-wanita di diskotik, rasanya malam itu adalah malam yang
  hampa.

  Pada tahun 1990, ketika saya ditugaskan untuk menangani cabang
  perusahaan yang berada di Surabaya, kebiasaan keluyuran pada malam
  hari terus berlangsung dengan aman. Bahkan kehadiran saya di
  diskotik-diskotik bukan lagi sekadar berjudi atau mabuk-mabukan.
  Saya mulai mengonsumsi obat-obatan terlarang. Pertama-tama, saya
  hanya menelan pil ekstasi yang diberikan oleh kawan saya secara
  gratis. Setelah menelannya, saya mengalami perasaan yang sangat luar
  biasa. Dalam waktu sekejap, semua persoalan yang rumit tiba-tiba
  hilang dan berubah menjadi suasana indah.

  Pada tahun 1995, saya ditugaskan kembali untuk menangani kegiatan
  operasional cabang perusahaan di Jakarta. Kegemaran saya
  berpetualang di dunia malam dan mengonsumsi obat-obatan terlarang
  semakin tidak terbendung lagi. Saat itu, bukan hanya dosis pemakaian
  pil ekstasi yang semakin meningkat, saya juga mulai mengonsumsi
  putaw.

  Judi bukan lagi sekadar hobi. Saya bahkan bersedia keluar dari
  perusahaan dan membuat usaha judi sebagai lahan bisnis. Di Jakarta,
  saya mengelola judi sepakbola dan judi dari Singapura. Saya merekrut
  beberapa anak buah dan menempatkan mereka sebagai agen di berbagai
  kota di Indonesia. Dalam waktu singkat, omzetnya bisa mencapai
  ratusan juta rupiah. Ketika saya sibuk menikmati "indahnya" dunia
  kegelapan tersebut, saya tidak sadar telah menjerumuskan diri ke
  dalam dunia perdukunan. Sekalipun hati kecil saya mengatakan bahwa
  pekerjaan-pekerjaan yang saya lakukan ini adalah pekerjaan yang
  merusak moral masyarakat dan bangsa, tetapi saya tidak berdaya untuk
  melepaskan diri dari kegelapan tersebut.

  Pada tahun 1997, dalam melakukan kegiatan judi, saya berharap kepada
  paranormal, dukun-dukun, dan orang-orang pintar lainnya. Saya
  percaya mereka dapat mengatur nomor-nomor yang akan keluar dan
  memberikan keuntungan bagi saya. Namun, sering terjadi nomor-nomor
  agen sayalah yang keluar sebagai pemenang. Karena dalam setiap
  pengundian selalu saja terjadi seperti kejadian di atas, maka
  keadaan keuangan saya pun menipis, dan saya tidak mampu lagi
  membayar para pemenang. Hal itu tidak hanya mengakibatkan lilitan
  utang yang semakin besar, tetapi saya juga sering diancam dan
  dikejar-kejar para pemenang judi. Di dalam kehidupan yang penuh
  kekosongan dan keputusasaan, saya sempat berpikir untuk bunuh diri.

  Bulan Juli 1997, ketika saya sedang berpikir tentang bagaimana cara
  yang terbaik untuk bunuh diri, tanpa saya undang, seorang ibu datang
  mengunjungi saya. Dia melihat kehidupan saya terguncang oleh begitu
  banyak masalah. Dia lalu mengajak saya mengunjungi sebuah pertemuan
  gereja di Jakarta. Sebenarnya saya tidak begitu merespons tawaran
  tersebut karena yang sangat saya butuhkan saat itu adalah uang untuk
  membayar utang-utang saya. Di samping itu, saya berpikir bahwa saya
  bukanlah seorang Kristen yang setia. Tetapi karena saya sedang
  menghadapi jalan buntu, dan berharap mudah-mudahan akan ada jalan
  keluar bagi permasalahan saya, maka saya mengikutinya beribadah ke
  gereja dengan sedikit terpaksa.

  Ketika saya berada di antara puluhan umat yang hadir di gereja, saya
  merasakan seolah-olah saya sendirilah yang sedang tertindih beban
  yang sangat berat di punggung saya. Tetapi beberapa menit kemudian,
  saya merasakan tangan Tuhan yang ajaib itu mulai mengangkat beban
  berat saya, terutama pada saat sebuah ayat dibacakan, bahwa "Tuhan
  adalah Tuhan yang cemburu, dan jangan menyembah allah lain di
  hadapan-Ku". Firman tersebut ibarat sebuah palu besar yang sedang
  dipukulkan ke kepala saya. Bagaimanapun juga, saya harus menerimanya
  sebagai konsekuensi dari seluruh perbuatan-perbuatan jahat saya.
  Tuhan ingin mengatakan kepada saya bahwa Dialah Tuhan yang nyata dan
  bukan khayalan. Sejak pertengahan Juli tahun 1997, saya membuat
  komitmen di hadapan Tuhan bahwa saya memutuskan hubungan dengan
  paranormal, dukun-dukun, dan berjanji untuk meninggalkan pekerjaan
  ilegal tersebut serta berjalan dengan lurus di hadapan-Nya. Pada
  suatu hari, kawan baik saya menganjurkan agar saya kembali ke Manado
  dan memulai usaha yang baru.

  Pada bulan Januari 1998, walaupun kawan-kawan yang lain mengutarakan
  rasa pesimis mereka akan keberhasilan saya dalam usaha itu, tetapi
  setelah mendapat dukungan dari Tuhan, ternyata Dia tidak hanya
  menolong sehingga usaha itu berjalan dengan baik, tetapi Dia juga
  memberikan jalan keluar yang terbaik bagi hidup saya. Setelah saya
  menikah pada bulan Mei tahun 1998, Tuhan semakin menyatakan
  penyertaannya dalam hidup saya. Pengiriman cengkih dari Manado ke
  pulau Jawa maupun pengiriman barang-barang dari pulau Jawa ke Manado
  yang dipercayakan kepada perusahaan ekspedisi kami semakin
  meningkat. Pada tahun 2001 yang lalu, saya bersyukur kepada Tuhan
  karena kami telah melunasi seluruh utang-utang pada masa lalu.
  Bahkan lebih dari itu, untuk membalas kasih sayang Tuhan yang luar
  biasa, saya berjanji memberikan hidup saya untuk membantu
  mengembangkan pelayanan di daerah Manado dan memberikan waktu serta
  dana bagi perjalanan pelayanan ke daerah-daerah seperti Halmahera,
  Tentena, Poso, dan kota-kota lain di Indonesia bagian timur.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul majalah: SUARA, Edisi 69, Tahun 2003
  Penulis: KM
  Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men`s
            Fellowship International - Indonesia
  Halaman: 13 -- 15
______________________________________________________________________

  Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari
  kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah,
  bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang
  sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi
  banyak dosa. (Yakobus 5:19-20)
  < http://alkitab.sabda.org/?Yakobus+5:20 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Doakan orang-orang, khususnya anak muda yang masih terlibat
     dengan dunia malam. Kiranya mereka segera kembali pada Tuhan dan
     dapat mempergunakan masa muda mereka hanya untuk kemuliaan Tuhan.

  2. Bersyukur atas pemulihan yang dialami dalam hidup RL. Doakan agar
     RL dan keluarganya selalu mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidupnya
     dan semakin bertumbuh imannya dalam Yesus.

  3. Berdoa untuk orang-orang yang masih menyembah Allah lain dalam
     kehidupannya, kiranya mereka segera bertobat dan menyembah kepada
     Allah yang benar, yaitu Tuhan Yesus.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Kontributor: Wilfrid Johansen

Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/kisah
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah
Twitter KISAH: http://twitter.com/sabdakisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org

Anda terdaftar dengan alamat email: tatik@in-christ.net
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Kisah / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org