Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/191

KISAH edisi 191 (13-9-2010)

Mengharapkan Seorang Anak

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                    Edisi 191, 13 September 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  Ketika kita membaca Yeremia 17:5 yang berbunyi: "Beginilah firman
  TUHAN: `Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang
  mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada
  TUHAN!`"; seharusnya kita bertanya, mengapa Tuhan begitu murka kepada
  orang yang mengandalkan manusia atau mengandalkan kekuatannya
  sendiri? Mengapa kepada mereka yang demikian Ia sampai harus berkata
  dengan begitu keras, "Terkutuklah!"?

  Tulisan editorial ini tidak hendak menjawab pertanyaan tersebut,
  tetapi yang jelas ada suatu kebenaran penting yang tersirat dari
  ayat di atas bahwa Tuhan sangat tidak suka pada orang yang tidak
  mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Bahkan bagi IM yang kisahnya
  dapat Anda baca di bawah, diperlukan alur kehidupan yang cukup sulit
  disertai jangka waktu yang cukup lama untuk akhirnya memahami
  kebenaran penting ini. Selamat membaca dan semoga kita dapat makin
  belajar mengandalkan Tuhan.

  Redaksi tamu KISAH,
  Wilfrid Johansen
  http://kekal.sabda.org
  http://fb.sabda.org
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                        MENGHARAPKAN SEORANG ANAK

  Masa-masa awal pernikahan adalah masa-masa bahagia bagi kami. Tuhan
  telah memberikan saya WG, seorang istri yang terbaik bagi saya. Kami
  menikah tahun 1985 di catatan sipil karena orang tua menolak
  mengadakan upacara pemberkatan di gereja. Mereka menginginkan kami
  menikah secara adat leluhur yang secara tegas kami tolak. Saat usia
  pernikahan telah menginjak tahun yang ketiga, kami menjadi lebih
  sering merasa kesepian. Kami merasa masih ada sesuatu yang kurang di
  dalam kebahagiaan berumah tangga kami: seorang anak. Banyak dokter
  spesialis telah kami kunjungi; berbagai obat, terapi, serta bermacam
  tes dengan biaya yang tidak sedikit telah kami lakukan namun tak
  satu pun yang dapat membantu istri saya hamil.

  Tekanan dan siksaan batin mulai kami alami, mulai dari keluarga
  sendiri hingga teman-teman, bahkan dari orang yang baru kami kenal
  sekalipun. Pertanyaan "Berapa putra Anda?" merupakan peperangan
  mental tersendiri bagi saya dan istri. Melalui diagnosa medis, semua
  dokter menyatakan bahwa tidak ada yang salah pada kami berdua. Di
  dalam keputusasaan, timbul niat untuk mencoba jalur "alternatif".
  Seorang saudara menyarankan untuk berdoa di sebuah tempat ibadah
  terkenal di kota Tuban. Kami berdoa di sana dan tidak mendapati apa
  yang kami harapkan. Kami juga menemui "orang pintar" yang paling
  terkenal di Surabaya. Berbagai "syarat" telah kami ikuti seperti
  harus menyediakan kembang-kembang tertentu yang sulit dicari, namun
  tetap tidak membuahkan hasil.

  Memasuki tahun keenam "petualangan" kami, kami disarankan untuk
  pergi mengunjungi seorang sinshe yang sangat terkenal dari Tiongkok
  yang kebetulan pada saat itu sedang berkunjung ke Indonesia. Istri
  saya dinyatakan lemah kandungan dan saya kurang memiliki kesuburan.
  Merasa mendapatkan titik cerah, kami patuhi segala peraturan untuk
  meminum ramuan pengobatan yang harganya sangat mahal itu. Aturan
  minum dan cara meracik ramuan tersebut sangat sulit, namun kami
  tetap tekun meminumnya hingga resepnya selesai. Dua bulan menanti
  tidak ada hasil apa pun selain menghabiskan uang semakin banyak.
  Kami benar-benar kecewa.

  Kami menyerah. Jalan buntu yang kami temui membuat kami berpikiran
  untuk mengikuti program bayi tabung saja. Kemudian kami pergi
  berkonsultasi pada seorang androlog yang terkenal. Kami bertanya
  apakah dengan ikut program ini kami punya harapan memperoleh
  keturunan. Ia menjawab bahwa kemungkinannya hanya 50%. Bayi tabung
  pada saat itu masih tergolong teknologi yang masih baru. Biaya yang
  harus dikeluarkan pun sangat mahal dan tidak semua rumah sakit
  memiliki fasilitas tersebut. Kami bimbang, bagaimana kami harus
  mengeluarkan biaya yang sangat mahal untuk suatu ketidakpastian?

  Akhirnya kami putuskan untuk membatalkan ikut program tersebut.
  Apalagi setelah kami ketahui bahwa pembuahan itu dilakukan di luar
  rahim, dan jika pembuahan itu berhasil baru akan dimasukkan kembali
  ke dalam rahim. Selebihnya, rumah sakit tidak berani menjamin
  keberhasilan proses kehamilannya. Alasan utama kami membatalkan
  program tersebut adalah karena selain biaya yang mahal, saya
  teringat bahwa kandungan istri saya yang lemah. Lelah dengan
  berbagai terapi dan pemeriksaan dokter, timbul niat kami untuk
  mengadopsi anak saja. Selain biaya yang dikeluarkan murah, juga
  tidak mengandung risiko apa pun. Tidak lama setelah kami
  membicarakan mengenai hal itu, istri saya bertemu dengan seorang
  teman lama yang adalah seorang dokter. Setelah berbincang-bincang,
  dia cukup kaget mengetahui bahwa kami belum memiliki anak.

  "Sudah ke dokter?" tanyanya. "Sudah habis semua dokter kami
  kunjungi, bahkan berbagai pengobatan alternatif telah kami lakukan,
  namun tidak satu pun yang berhasil," jawab kami.

  "Masih ada satu dokter spesialis yang belum kalian kunjungi. Dia
  pasti mampu menyelesaikan permasalahan kalian. Dia adalah dokter di
  atas segala dokter," katanya. Kami menjadi semakin kebingungan
  mendengar penuturannya. Dokter mana lagi? Kenapa bisa terlewatkan
  selama ini? Dan kami menjadi semakin yakin karena yang
  merekomendasikan adalah teman lama kami sendiri yang juga adalah
  seorang dokter. Pastilah dokter dengan reputasi terbaik. Seolah
  timbul harapan baru lagi setelah sekian lama kami kecewa dan putus
  asa.

  "Siapa namanya? Tolong kenalkan kepada kami agar kami bisa segera
  pergi ke sana," tanya kami dengan tidak sabar lagi.

  "Namanya Tuhan Yesus!" jawabnya singkat. Kami berdua seperti
  disambar petir mendengar nama "Dokter" yang dia sebutkan. Kami sadar
  selama ini kami punya sikap yang salah. Kami pasrah, tapi pasrah
  yang salah. Kami tahu Dia yang paling berkuasa, namun kami selalu
  berpikir "kalau Tuhan memberi ya, pasti akan memberi, tapi kalau
  tidak itu merupakan kehendak Tuhan sendiri." Nama Yesus tidak pernah
  kami sebut di dalam doa-doa kami. Kami merasa sangat berdosa karena
  selama ini melupakan Dia yang sesungguhnya mampu melakukan apa pun
  bagi orang yang percaya pada-Nya. Mulai malam itu, kami berdua
  berdoa sambil berlutut di hadapan Tuhan. Kami berpegangan tangan
  tanda sepakat menaikkan permohonan kami kepada Tuhan. Tiap malam
  kami meminta dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan.

  Dalam pergumulan doa kami setiap hari, rupanya Iblis tidak tinggal
  diam. Dia mencari cara agar kami berhenti memohon kepada Tuhan. Ibu
  saya berkata, "Lihat, semua saudaramu yang telah menikah sudah
  memiliki anak," katanya. "Kalau mau dikaruniai anak, engkau harus
  kembali kepada kepercayaan leluhurmu." Namun saya tetap bertahan
  menghadapi cobaan itu. Banyak teman-teman menganjurkan saya agar
  berselingkuh saja. Katanya, hal itu wajar saja dilakukan untuk
  membuktikan bahwa sebenarnya saya subur. Ketika hal itu saya
  ungkapkan kepada istri saya, dia kaget tapi tidak marah. Dia sendiri
  juga menceritakan hal yang sama, bahwa ada seorang pria yang dekat
  dengannya dan mengajaknya berselingkuh, tapi dia menolak. Setelah
  mendengar hal itu semua, kami menjadi semakin tekun berdoa, mengucap
  syukur pada Tuhan atas kebaikan dan perlindungannya pada kami karena
  diberikan kekuatan menghadapi cobaan.

  Tepat 40 hari setelah kami berdoa, istri saya merasakan ada sesuatu
  yang aneh di dalam dirinya. Dia menjadi sering mual-mual dan merasa
  tidak enak badan. Segera kami pergi ke klinik untuk melakukan
  pemeriksaan. Setiba di rumah, dengan tegang kami ingin melihat hasil
  tes dokter. Istri saya tidak berani membukanya, dia menyuruh saya
  untuk membuka hasil tes tersebut. Setelah dibuka, ternyata hasilnya
  negatif. Istri saya menjadi kecewa dan sedih sekali. Entah
  bagaimana, tiba-tiba gelora iman di dalam hati saya muncul. Saya
  mengajak istri untuk menumpangkan tangan ke hasil tes itu. Walau
  kedengaran aneh, dia mau saja mengikuti ajakan saya. Kami sepakat
  berdoa. Setelah membuka mata, kami melihat hasil tes tersebut...
  negatif!

  Kami berdoa untuk kedua kalinya. Hasilnya masih negatif. Saya
  katakan kepada dia agar jangan berputus asa, "Kita berdoa lagi."
  Maka untuk ketiga kalinya kami berdoa. Ketika membuka mata dan
  melihat hasil tes tersebut, ternyata masih negatif. Namun sekilas
  dari hasil lab itu saya melihat ada semacam tanda titik di atas
  tanda negatif tadi. Menurut petunjuk, bila ada dua tanda strip pada
  hasil tes itu, maka itu berarti positif. Saya percaya itu adalah
  tanda dari Tuhan. Karena saya yakin bahwa tanda itu sebelumnya tidak
  ada dan kini telah bertambah menjadi sebuah titik kecil. Saya
  percaya bahwa tanda itu pasti bisa menjadi strip.

  Istri saya tidak percaya, menurutnya titik itu hanya luntur saja.
  Menurut saya tidak, kalau kita beriman bahwa tanda itu berasal dari
  Tuhan, maka Dia pasti akan melakukan mukjizat. Maka kami mendoakan
  tanda titik itu sekali lagi, setelah kami buka tanda itu tampak
  berubah agak memanjang. Kami menjadi semakin bersemangat, dengan
  berkeyakinan bahwa pasti terjadi mukjizat, kami menumpangkan tangan
  sekali lagi pada hasil tes itu. Entah sudah berapa kali kami berdoa
  dan menumpangkan tangan, kami melihat bahwa hasil tes tersebut
  benar-benar telah berubah menjadi strip. Tanda yang menyatakan bahwa
  istri saya positif hamil! Suatu tanda iman yang sungguh kami
  nantikan selama bertahun-tahun. Tidak percaya akan tanda itu, kami
  pun kembali ke klinik keesokan harinya. Sungguh mukjizat Tuhan
  terjadi, hasil tes di klinik pun menyatakan bahwa istri saya sedang
  hamil muda. Masih kurang percaya akan hasil lab, maka kami pergi
  juga ke sinshe. Saat sinshe meraba nadi istri saya, dia menyatakan
  bahwa istri saya sedang hamil dua minggu.

  Keajaiban Tuhan sungguh nyata dan tepat waktu karena pada saat itu
  kami memang sudah merencanakan untuk mengadopsi anak jika sampai
  akhir tahun ini belum ada tanda-tanda kehamilan. Ternyata Tuhan
  tidak pernah mengecewakan orang yang bersungguh-sungguh percaya
  kepada-Nya. Dia menjawab doa kami, dan di penghujung tahun, tepatnya
  tanggal 27 Desember 1991, anak kami yang pertama lahir. Kini kami
  telah dikaruniai 3 orang anak. Tidak habis bila saya harus
  menceritakan tentang kebaikan Tuhan di dalam kehidupan rumah tangga
  kami. Dia tidak pernah terlambat untuk menolong.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul asli artikel: Ternyata Masih Negatif
  Judul majalah: SUARA, Edisi 78, Tahun 2005
  Penulis: IM
  Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men`s
            Fellowship International - Indonesia
  Halaman: 11 -- 13 dan 28
______________________________________________________________________

  Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala
  dan layanilah Tuhan. (Roma 12:11)
  < http://alkitab.sabda.org/?Roma+12:11 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Doakan agar pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak
     boleh tetap berpengharapan dan percaya penuh pada Yesus.

  2. Mengucap syukur untuk pasangan suami istri yang sudah dikaruniai
     anak. Kiranya mereka menjadi orang tua yang baik dan tetap setia
     pada Yesus.

  3. Doakan agar setiap orang tetap bertekun dalam doa dan setia
     dalam menantikan janji-Nya.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Kontributor: Wilfrid Johansen
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/kisah
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah
Twitter KISAH: http://twitter.com/sabdakisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Kisah / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org