Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/179

KISAH edisi 179 (21-6-2010)

Melewati Lembah Kematian

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 179, 21 Juni 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  Dalam sebuah lomba pencari bakat di Amerika Serikat, seorang remaja
  perempuan berjalan di atas panggung dengan sebuah kaki palsu. Dia
  bekerja keras beradaptasi dengan kaki barunya itu sejak tahun lalu,
  sejak dia diamputasi akibat kecelakaan motor. Saat dia menghampiri
  mikrofon, semua mata di ruangan itu tertuju kepadanya. Keheningan
  pun menyapu seisi ruangan itu, dan dia berkata: "Terkadang, aku iri
  melihat cara teman-temanku berjalan. Namun sekarang, aku mengerti
  bahwa bukan cara jalanku yang penting, tetapi siapa yang berjalan
  bersamaku." Kemudian dia menyanyikan lagu, "Yesus berjalan
  bersamaku." Semua mata berkaca-kaca!

  Dalam lembah penderitaannya, gadis remaja itu masih bisa bersyukur,
  bahkan bersaksi tentang Yesus. Daud pun  di tengah-tengah
  penderitaannya bermazmur, "Aku akan memuji-muji nama Allah dengan
  nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur". Semoga kisah di
  bawah ini semakin menguatkan Anda untuk terus berjalan bersama Yesus
  dan menyaksikan kasih-Nya!

  Selamat membaca!

  Redaksi tamu KISAH,
  Truly Almendo Pasaribu
  http://kekal.sabda.org
  http://fb.sabda.org/kekal
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                      MELEWATI LEMBAH KEMATIAN

  Perkenalkan nama saya DM. Saya adalah anak kelima dari tujuh
  bersaudara. Saya dibesarkan oleh orang tua saya dengan perhatian
  yang sangat berlebihan karena sebelum kelahiran adik terkecil, saya
  satu-satunya anak lelaki dalam keluarga saya. Tetapi setelah ibu
  saya melahirkan anak yang ketujuh, yang ternyata adalah seorang
  laki-laki, maka perhatian berlebih yang selama ini diberikan kepada
  saya terbagi juga pada adik saya. Mungkin, hal inilah yang
  menyebabkan saya selalu berbuat sesuatu untuk menarik perhatian
  orang tua, agar mereka memerhatikan saya seperti semula. Namun
  sayang, perbuatan-perbuatan yang saya lakukan sejak masa kecil
  hingga dewasa adalah perbuatan yang negatif dan saya suka membuat
  onar. Merasa diperlakukan secara berbeda oleh orang tua, saya
  memutuskan meninggalkan kampung halaman dan hidup sendiri tanpa
  bantuan orang tua.

  Saya bercita-cita untuk menjadi sutradara besar. Oleh sebab itu saya
  belajar sinematografi di pusat perfilman H. Usmar Ismail di
  Kuningan, Jakarta. Saya mulai berkiprah dalam bidang perfilman
  nasional. Beberapa pekerjaan telah berhasil saya lakukan dengan
  baik, seperti menjadi koreografer dalam "hair cutting" Rudy
  Hadisuwarno, lalu bekerja sama dengan sutradara terkenal Teguh Karya
  dalam film "Dosa Tanda Mata", "Serpihan Mutiara Retak" karya Wim
  Umboh, film "Cinta di Balik Noda", dan banyak lagi perkerjaan
  lainnya. Semua itu telah membuat saya tidak saja hidup serba enak
  dan berlebihan, tetapi juga telah membuat hidup saya bergelimang di
  dalam dosa.

  Sekalipun tanpa bantuan orang tua, ternyata saya telah membuktikan
  bahwa saya mampu menjadi seorang yang berhasil. Namun, di tengah
  keberhasilan tersebut saya selalu merasakan ketidaktentraman dalam
  jiwa saya. Pada suatu hari, ketika saya sedang menghadapi pergumulan
  di dalam pekerjaan yang penuh dengan persaingan, saya mulai tertarik
  mengatasi masalah dengan memanfaatkan jasa dari paranormal. Tetapi
  sekitar tahun 1983, sebelum saya sempat berhubungan dengan
  dukun-dukun tersebut, saya tertarik pada sebuah buku yang berjudul
  "Bagaimana Mengalahkan Iblis". Setelah membaca buku yang ditulis
  oleh Mark Bubbeck tersebut, ternyata isinya bukan tentang bagaimana
  cara menyantet para pesaing dalam pekerjaan, melainkan tentang
  penginjilan. Buku itu telah menegur saya karena ternyata manusia itu
  bukanlah terdiri dari tubuh dan jiwa saja, melainkan terdiri juga
  dari roh. Jika roh saya terpisah dari Tuhan, maka saya akan
  mengalami kematian yang kekal.

  Melalui pergumulan panjang, akhirnya saya memutuskan untuk
  mengundang Yesus masuk ke dalam hati saya dan menjadi Tuhan
  sepanjang hidup saya. Hasilnya, bukan saja hidup saya telah diubah
  menjadi sukacita dan penuh pengharapan, sekalipun saya berada di
  tengah-tengah lapangan untuk pengambilan gambar film "Satu Mawar
  Tiga Duri" dengan Franky Rorimpandey, namun hati saya lebih tertarik
  untuk selalu berdiam di dalam gereja. Ketika saya mengikuti sebuah
  ibadah di daerah Jakarta Pusat, sebuah firman tertanam kuat di dalam
  hati saya "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi
  untuk Aku?" Maka sahutku "Ini aku, utuslah aku!" Tidak berapa lama
  kemudian, firman tersebut selalu membayang-bayangi diri saya,
  akhirnya saya membuat keputusan yang radikal. Tahun 1984, saya
  berangkat ke desa kecil di Jawa Timur untuk belajar Alkitab di
  sebuah seminari teologi.

  Pada tahun 1988, setelah menyelesaikan studi, saya kembali ke
  Jakarta untuk memulai tugas saya untuk mencari jiwa-jiwa bagi Tuhan.
  Tuhan telah menempatkan saya sebagai pendeta dalam sebuah jemaat
  lokal di daerah Pamulang, Tangerang. Berbagai peristiwa yang indah
  telah diizinkan Tuhan terjadi dalam hidup saya. Pada tahun 1999,
  Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat mengundang saya dan Dr.
  Octavianus untuk menghadiri pertemuan di sela-sela makan pagi yang
  diadakan oleh Presiden Amerika Serikat, Bill Clinton di Gedung
  Putih, Washington D.C.. Dalam pertemuan yang dihadiri juga oleh
  Hillary Clinton dan istri mendiang Yitzhak Rabin, Lea Rabin, serta
  Yaser Arafat, dan Fidel Ramos tersebut tidak saja kami membicarakan
  tentang situasi politik di dunia tetapi juga mendoakan Presiden Bill
  Clinton yang sedang saat itu mengalami proses pemakzulan. Tuhan juga
  mengizinkan saya mengelilingi kota-kota besar di Amerika, Eropa, dan
  Asia.

  Ketika Tuhan memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan
  tugas-tugas pastoral, hingga maju dengan pesat, ternyata Ia juga
  memberikan ujian bagi diri saya, apakah saya hanya setia dalam
  perkara yang baik, atau apakah saya akan tetap setia sekalipun
  dalam lembah bayang-bayang maut. Di awal tahun 2000, saya merasakan
  ada sesuatu yang lain dalam tubuh saya. Setelah diperiksa oleh
  seorang dokter di Jakarta, ia mendiagnosa bahwa terdapat batu dalam
  ginjal sebelah kiri saya. Dokter itu menyarankan pada saya bahwa
  jalan terbaik adalah membuang ginjal beserta batu yang ada di
  dalamnya. Dan menurut dia, seseorang tetap bisa hidup normal dengan
  satu ginjal saja.

  Saya harus menjalani cuci darah 2 hari sekali selama 1 tahun 4 bulan
  sebanyak hampir 200 kali. Orang-orang yang pernah menjalani cuci
  darah bersama saya satu per satu meninggal di depan mata saya;
  sungguh saya sudah berada dalam antrian kematian. Pada bulan Mei
  2000, pada saat keadaan saya sudah semakin kritis, saya kembali
  dirawat di rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa kreatinin saya saat
  itu naik menjadi 21 mg/dl hingga 23 mg/dl, yang normalnya sekitar
  1;1 mg/dl. Ureum dalam darah saya naik menjadi 350 mg/dl, sementara
  batas normalnya hanya sekitar 50 mg/dl. Ketika Bapak Handoyo Gunawan
  dan kawan-kawan datang menjenguk saya di rumah sakit, mereka
  terkejut melihat keadaan saya, dan mereka tidak dapat berkata-kata
  lagi selain mendoakan saya. Saya berterima kasih atas perhatian dan
  kebaikan mereka.

  Setelah teman-teman meninggalkan rumah sakit, dokter dan para
  perawat menyaksikan bahwa detak jantung saya di layar monitor telah
  berjalan dengan datar, itu tanda yang menyatakan bahwa saya sudah
  "pergi" untuk selamanya. Saat itu, saya merasa bahwa badan saya
  seperti terangkat ke atas dan saya dapat melihat tubuh saya yang
  terbaring didampingi oleh istri saya yang sedang pasrah dengan
  keadaan saya. Dalam keadaan seperti itu saya hanya dapat mengatakan
  kepada Tuhan bahwa "sampai nafas terakhir, jadikan saya hamba yang
  setia pada Tuhan". Tekanan darah saya pada waktu itu sudah di nol
  per nol selama 9 menit, tetapi Tuhan menghembuskan nafas hidup
  kembali ke dalam hidung saya, dengan ginjal yang tidak berfungsi
  dengan baik, saya hidup kembali.

  Beberapa hari kemudian saya memutuskan untuk berangkat ke rumah
  sakit di Singapura. Setelah diperiksa oleh dokter, mereka memberikan
  peryataan yang sangat mengagetkan kami semua. Dokter itu mengatakan
  bahwa jika seandainya sekitar 6 bulan yang lalu, sebelum dioperasi,
  saya datang kemari, batu yang berada di ginjal sebelah kiri
  tersebutlah yang perlu dibuang dan bukan ginjalnya. Dikatakan lebih
  lanjut, sebenarnya saya bukan gagal ginjal tetapi kesalahan diagnosa
  (human error). Mendengar pernyataan dokter tersebut, hati saya
  menjadi emosi, kecewa, dan marah dengan tindakan dokter yang kurang
  teliti yang menyebabkan saya harus cuci darah. Teman-teman dan
  keluarga saya yang berlatar belakang pengacara menganjurkan agar
  dokter tersebut dituntut saja, tetapi saya mengatakan bahwa
  sekalipun saya memiliki bukti-bukti yang sangat kuat, namun
  pembalasan itu bukanlah hak kita melainkan hak Tuhan, dan Tuhan
  menghendaki kita untuk mengampuni sesama.

  Manusia boleh berbuat kesalahan dalam menangani kesehatan saya,
  tetapi Tuhan tidak membiarkan saya jatuh tergeletak. Tuhan memberi
  tangan dokter yang baik untuk menolong saya. Pada bulan Oktober
  2001, kami mengirim seluruh data-data diri saya ke sebuah rumah
  sakit di Tiongkok. Setelah dilakukan pengecekan, maka pada tanggal
  22 Oktober 2000, saya mendapat berita bahwa pada tanggal 30 akan
  dilakukan operasi cangkok ginjal pada diri saya. Saya mengucap
  syukur kepada Tuhan bukan hanya karena saya telah berhasil mendapat
  cangkokan ginjal yang baru dan sekarang tidak perlu melakukan cuci
  darah lagi, tetap lebih dari itu, saya berterima kasih kepada Tuhan
  atas pelajaran sekaligus bimbingannya yang ajaib telah terjadi dalam
  kehidupan saya.

  Pada hari pertama dan kedua ketika saya datang ke kantor kedutaan
  RRT di Jakarta untuk mengurus visa, saya ditolak karena saya
  bukanlah seorang pengusaha. Tetapi karena kemurahan Tuhan, saya
  mendapatkannya. Kebanyakan dari pasien yang melakukan cangkok ginjal
  di RRT mengalami kegagalan, tetapi dalam operasi yang biasanya
  memakan waktu sebulan hingga dua bulan untuk pemulihan, Tuhan
  membuat pemulihan saya hanya memakan waktu 12 hari saja, dan saya
  sudah bisa kembali ke Jakarta. Tuhan mencukupi seluruh keperluan dan
  kebutuhan kami selama berada di Tiongkok. Saya telah ditolong oleh
  Tuhan melewati lembah kematian dan mendapat hidup yang kedua kali,
  rasanya tidak ada yang dapat diucapkan untuk menanyakan bahwa Tuhan
  itu dahsyat dan ajaib, selain mengabdikan diri saya menjadi hamba
  yang setia sampai nafas terakhir.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul majalah: SUARA, Edisi 69, Tahun 2003
  Penulis: KM
  Penerbit: Communication Department Full Gospel Business Men`s
            Fellowship International - Indonesia
  Halaman: 3 -- 9
______________________________________________________________________

  TUHAN, Allahku, kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau
  telah menyembuhkan aku. (Mazmur 30:3)
  < http://alkitab.sabda.org/?Mazmur+30:3 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Mengucap syukur untuk setiap pertolongan dan berkat yang Tuhan
     berikan kepada anak-anak-Nya yang setia melayani Dia.

  2. Doakan bagi mereka yang sudah mengambil komitmen untuk melayani
     Tuhan dengan sungguh-sungguh, agar iman mereka tetap kuat,
     meskipun banyak ujian yang harus mereka hadapi.

  3. Berdoa bagi keluarga DM, agar Tuhan memberkati dan
     melindungi keluaga ini, serta memakai keluarga ini dengan luar
     biasa untuk dapat melayani mereka yang belum percaya.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/kisah
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah
Twitter KISAH: http://twitter.com/sabdakisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 Kisah / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org