Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/167

KISAH edisi 167 (29-3-2010)

Kata-Kata Termulia

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                       Edisi 167, 29 Maret 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  Seorang wanita mengingat ketika sedang duduk di bangku sekolah
  dasar. Pada saat itu seorang temannya berkata, "Wah, kamu enak jadi
  orang Kristen, kalau ingin membaca Alkitab, gampang, tinggal baca,
  ...." Wanita tersebut membenarkan kata-kata temannya. Namun, seiring
  perjalanan waktu dan semakin mengenal Kristus, persepsi wanita
  tersebut terhadap kekristenan pada masa kanak-kanaknya pun memudar.
  Justru, ia melihat banyak tantangan yang harus dihadapi orang
  Kristen.

  Tidak jarang, kita diperhadapkan pada pilihan-pilihan yang cukup
  sulit -- antara mengikuti kata dunia atau tetap berpegang pada
  firman Tuhan. Ada banyak orang Kristen "jatuh" karena berkompromi
  dengan tawaran dunia. Namun demikian percayalah jika kita menjaga
  hati kita untuk tetap tinggal di dalam Kristus, Ia sendiri yang akan
  memberi kita kekuatan untuk menjadi saksi-Nya.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
  http://kekal.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/kisah
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                         KATA-KATA TERMULIA

  "Jenis orang seperti apakah mereka?" pikir Nikolai Khamara. "Mereka
  menunjukkan sukacita pada saat dianiaya. Mereka bernyanyi pada saat
  jam-jam yang gelap pekat. Ketika mereka memperoleh sepotong roti,
  mereka membagikannya kepada seseorang yang tidak memiliki sepotong
  pun. Baik siang maupun petang, mereka melipat tangan mereka dan
  berbicara kepada seseorang yang tidak kasat mata bagi siapa pun.
  Seraya melakukannya, wajah mereka tampak berbinar-binar."

  Selama berbulan-bulan Nikolai Khamara memperhatikan para orang
  Kristen yang berbagi sel bersama dengannya di penjara komunis.
  Nikolai Khamara berada di sana karena kejahatan-kejahatan yang telah
  dilakukannya. Ia ditangkap karena melakukan perampokan, dan ia
  menggambarkan dirinya "seorang pria tanpa kesadaran diri".
  Sebaliknya, para orang percaya itu berada di penjara karena mereka
  menolak untuk menyangkal iman mereka di dalam Yesus.

  Pada suatu hari, 2 orang Kristen duduk bersama-sama dengan Nikolai
  Khamara. Lalu Nikolai Khamara menceritakan kisah sedih kehidupannya
  kepada mereka dan menutupnya dengan kata-kata, "Aku seorang pria
  yang terhilang."

  Salah seorang Kristen itu bertanya kepada Nikolai Khamara, "Andaikan
  seseorang kehilangan sebentuk cincin emas. Sebesar apakah nilai
  cincin emas itu pada saat ia hilang?"

  "Pertanyaan itu sungguh bodoh!" jawab Nikolai Khamara. "Satu cincin
  emas tetaplah cincin emas. Anda kehilangan cincin itu, tetapi
  seseorang lainnya akan memilikinya."

  "Lalu sebesar apakah nilai seorang pria yang terhilang?" tanya si
  orang Kristen. Ia menjawab sendiri pertanyaan itu dengan
  melanjutkan, "Seorang pria yang terhilang, bahkan seorang pencuri,
  penyeleweng, dan pembunuh, tetap bernilai penuh sebagai seorang
  manusia. Ia demikian berharga sehingga Anak Allah meninggalkan surga
  untuk mati baginya di atas kayu salib, demi untuk menyelamatkannya."

  Nikolai Khamara mengerti.

  Orang Kristen itu berkata kepada si perampok, "Allah mengasihimu.
  Engkau berharga baginya."

  "Ketika Yesus bertemu dengan para pemabuk, perampok, pelacur, atau
  orang-orang lain, yang telah melakukan dosa-dosa besar, Ia tidak
  pernah menanyakan dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Sebaliknya,
  Ia mengatakan kepada mereka, `Bersukacitalah. Dosamu telah
  diampuni.` Aku juga mengatakan kepadamu Nikolai Khamara, bahwa
  dosa-dosamu sudah diampuni karena Yesus telah mati bagimu. Engkau
  hanya perlu percaya."

  Nikolai Khamara menjadi orang Kristen.

  Ketika ia menyelesaikan masa hukumannya di penjara dan dibebaskan,
  ia bergabung dengan gereja bawah tanah walaupun gereja itu
  senantiasa berada di bawah ancaman polisi rahasia. Ia menjadi
  anggota yang setia pada jemaat setempat.

  Beberapa waktu kemudian, pendeta gereja Nikolai Khamara ditangkap.
  Pihak berwajib memukuli dan menyiksa dia, serta berharap bahwa ia
  akan menyebutkan nama-nama anggota gereja itu. Mereka berharap ia
  akan memberikan informasi yang dapat membantu mereka menghentikan
  pencetakan traktat-traktat Injil, yang telah beredar di seluruh
  provinsi mereka. Ia disiksa, tetapi ia tidak membocorkan apa pun
  kepada mereka. Jika ia mengatakan sesuatu, segera ribuan sesama
  orang percaya akan ditahan.

  Setelah berulang kali memukuli pendeta itu tanpa hasil, seorang
  kapten yang melakukan pemeriksaan itu kemudian berkata, "Kami tidak
  akan menyiksamu lebih lanjut. Kami memunyai metode lain."

  Mereka menangkap Nikolai Khamara. Mereka menghadapkannya kepada sang
  pendeta dan berkata, "Jika Anda tidak mengatakan semua rahasia
  gereja Anda, kami akan menyiksa orang ini di hadapan Anda."

  Sang pendeta tidak menghendaki seseorang menanggung penderitaan demi
  dirinya. Ia bertanya kepada Nikolai Khamara, "Apakah yang harus
  kulakukan?"

  Nikolai Khamara mengatakan kepadanya, "Setialah kepada Yesus dan
  janganlah mengkhianati Dia. Aku bersukacita karena menderita demi
  nama Kristus."

  Si kapten berkata, "Kami akan mencungkil bola mata Nikolai Khamara."
  Para penyiksa mengambil sebilah pisau dan bergerak ke arah Nikolai
  Khamara. Sang pendeta tidak dapat menahannya. Ia berseru kepada
  Nikolai Khamara, "Bagaimana aku tahan melihat kejadian ini? Engkau
  akan menjadi buta!"

  Nikolai Khamara menjawab, "Ketika bola mataku direngut dari diriku,
  aku akan melihat banyak keindahan, melebihi yang aku lihat dengan
  kedua bola mataku ini. Aku akan melihat Juru selamat. Engkau
  tetaplah setia kepada Kristus hingga pada akhirnya."

  Ketika melihat bahwa sang pendeta belum juga memberikan informasi
  yang mereka inginkan, kapten itu kembali menoleh ke arah pendeta dan
  berkata, "Jika Anda tetap tidak mau memberikan informasi, kami akan
  memotong lidah orang ini."

  Dalam keputusasaannya, sang pendeta berteriak, "Apakah yang harus
  kulakukan?"

  Kata-kata terakhir Nikolai Khamara adalah, "Terpujilah Tuhan Yesus
  Kristus. Aku telah mengucapkan kata-kata termulia yang dapat
  dikatakan. Kini, jika engkau inginkan, engkau boleh memotong
  lidahku."

  Nikolai Khamara meninggal sebagai seorang martir.

  Diambil dan disesuaikan dari:
  Judul buku: Jesus Freaks
  Penyusun: Toby McKeehan dan Mark Heimermann
  Penerbit: Cipta Olah Pustaka, 1995
  Halaman: 81 -- 83
______________________________________________________________________

  Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu
  merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang
  diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang
  tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang
  membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan
  kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
  Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ingatlah
  selalu akan dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu
  terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu
  menjadi lemah dan putus asa. (Ibrani 12:1-3)
  < http://alkitab.sabda.org/?Ibrani12:1-3 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Doakan setiap orang percaya, agar mereka tetap mengandalkan
     Tuhan dan melibatkan Dia dalam setiap persoalan yang mereka
     hadapi saat ini.

  2. Doakan juga saudara seiman kita yang berada di negara-negara
     yang menolak kekristenan, agar Tuhan memberi mereka kekuatan
     untuk menghadapi kehidupan yang penuh dengan intimidasi dan
     tekanan dari pihak-pihak yang tidak menyukai kekristenen.

  3. Doakan agar setiap orang percaya tetap kuat di dalam iman mereka,
     meskipun banyak upaya telah mencoba menarik mereka untuk menjauhi
     kasih Tuhan.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org

______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) Kisah 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org