Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/164

KISAH edisi 164 (8-3-2010)

Ignatius

____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                       Edisi 164, 8 Maret 2010

PENGANTAR

  Shalom,

  Kegigihan para hamba Tuhan dalam menceritakan Kabar Baik kepada
  mereka yang belum percaya terkadang sulit untuk kita mengerti. Tidak
  sedikit orang yang mengganggap mereka orang-orang bodoh dan
  berpikiran tidak waras karena mereka rela berkorban jiwa bagi
  seorang Pribadi yang tidak kasat mata. Namun demikian, bagi
  orang-orang yang rela berkorban bagi Kristus itu, mereka mengetahui
  alasan Tuhan menciptakan mereka, dan mereka sudah memiliki satu
  tujuan hidup dan visi yang jelas. Karena memiliki tujuan dan visi
  itu, mereka tetap dapat bertahan meskipun mereka mengalami
  penganiayaan berat. Kita sungguh diberkati karena ada orang-orang
  yang benar-benar mengasihi Tuhan di dalam hidupnya seperti Ignatius
  yang kisahnya akan kita simak di bawah ini, yang teladan hidupnya
  telah menginspirasi dan menguatkan banyak orang percaya.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
  http://kekal.sabda.org
  http://fb.sabda.org/kisah
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                              IGNATIUS
              (Murid Rasul Yohanes, Meninggal Tahun 111)

  Nama lain Ignatius adalah Teoforus, "Pembawa Berita Allah" karena ia
  sering memberitakan Tuhan dan Juru Selamat dengan perkataan dan
  kehidupannya. Ignatius percaya bahwa kehidupan manusia
  akan berakhir pada kematian yang berkelanjutan, kecuali Kristus
  hidup di dalamnya. Ia diketahui sering berkata, "Kristus yang
  disalibkan adalah satu-satunya dan seluruh kecintaanku." Meskipun
  Ignatius menanggung kesengsaraan hebat, ia mendapatkan penghiburan
  di dalam kebenaran Injil, "Karena dunia membenci umat Kristen, maka
  Allah mencintai mereka."

  Setelah ia mengetahui Kaisar Traianus menaikkan syukur kepada
  dewa-dewa di Antiokhia dengan mempersembahkan kurban besar kepada
  mereka, Ignatius mencela perbuatan itu secara terang-terangan di
  dalam Bait Suci. Kaisar sangat murka dan ia menghadapkan Ignatius ke
  proses peradilan di Roma dan ia akan diumpankan kepada singa.

  Selama perjalanan, ia memikirkan taring-taring binatang yang akan
  merobek-robek dirinya. Ia menulis kepada jemaat di Roma, "Aku sudah
  siap menghadapi binatang buas yang siap untuk melahapku! Aku sudah
  menjadi murid Kristus. Aku tidak memandang pada segala sesuatu,
  entah yang kelihatan, yang tidak kasat mata, maupun yang dikagumi
  dunia ini. Cukuplah bagiku jika aku diperkenankan mengambil bagian
  di dalam Kristus. Biarlah iblis dan orang-orang jahat menyakitiku
  dengan segala kesakitan dan siksaan, dengan api, dengan salib,
  dengan pertarungan melawan binatang buas, dengan mencabik-cabik
  anggota tubuhku; aku tidak terlalu menghiraukan semuanya itu, karena
  aku menghayati Kristus."

  Pada saat Ignatius dibawa dari Senat Roma menuju lubang singa, ia
  berulang kali menyerukan nama Yesus ketika ia berbicara dengan umat
  percaya. Ketika ditanya mengapa ia melakukan perbuatan itu, ia
  menjawab, "Yesus yang kukasihi, Juru Selamatku, tertulis sangat
  dalam di hatiku, sehingga aku diyakinkan, jika hatiku dibelah dan
  diiris-iris, nama Yesus akan ditemukan tertulis di dalam setiap
  potongannya."

  Banyak orang berkumpul untuk menyaksikan kematian Ignatius. Ia
  dibawa ke tengah-tengah amfiteater. Dengan penuh keberanian,
  Ignatius menyampaikan sesuatu kepada mereka, "Aku adalah benih
  Tuhan. Aku dikertak gigi-geligi binatang buas supaya aku menjadi
  roti Kristus yang murni, yang bagiku merupakan roti kehidupan."
  Segera setelah ia menyebutkan kata-kata itu, dua singa kelaparan
  dilepaskan dari kandangnya dan merobek serta menelannya, hanya
  menyisakan sedikit bagian tubuh, bahkan sedikit tulangnya yang masih
  tersisa. Demikianlah perhentian martir Yesus yang setia ini dan
  ia sudah bergirang di dalam Tuhan.

  Seperti Ignatius, pada masa ini banyak umat Kristen di negara yang
  tertutup untuk Injil di seluruh dunia menghadapi "binatang buas"
  setiap hari. Bagi mereka, binatang buas itu seperti orang-orangan di
  sawah yang menyembunyikan bel makan malam untuk tuaian jiwa yang
  sudah matang.

  Seperti Ignatius, orang-orang percaya ini melihat hidup mereka
  bagaikan "kematian yang berkelanjutan", yang memberikan penghiburan
  dan pengharapan di tengah kenyataan dunia yang membenci umat
  Kristen, sehingga Allah mencintai mereka.

  Dunia kita semakin tidak aman bagi umat Kristen dan bagi gereja,
  bahkan di negara bebas sekalipun. Marilah kita memikul salib seperti
  Ignatius dan saudara-saudara kita yang teraniaya di seluruh dunia.
  Berjalanlah melewati orang-orangan di ladang dunia dan masuk ke
  dalam ladang untuk menuai tuaian yang sudah matang. Marilah kita,
  seperti Ignatius, berkata dengan penuh keyakinan bahwa jika hati
  kita dibelah dan diiris-iris, nama Yesus akan ditemukan di dalam
  setiap potongannya.

  Diambil dan disesuaikan dari:
  Judul buku: Batu-batu Tersembunyi dalam Fondasi Kita
  Judul buku asli: The Hidden Stones in Our Foundation
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerjemah: Ivan Haryanto
  Penerbit: Kasih dalam Perbuatan, Surabaya 2005
  Halaman: 7 -- 9
______________________________________________________________________

  Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima
  dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain.
  Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala
  sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan
  sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya
  kamu tetap tinggal di dalam Dia. (1 Yohanes 2:27)
  < http://alkitab.sabda.org/?1Yohanes+2:27 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Diciptakan untuk sebuah misi, merupakan ungkapan yang tepat bagi
     setiap orang percaya. Doakan agar setiap orang percaya menyadari
     dan bersedia terlibat dalam pemberitaan berita keselamatan kepada
     mereka yang belum percaya.

  2. Doakan juga mereka yang harus kehilangan salah seorang anggota
     keluarga mereka karena Kristus, agar Tuhan memberi mereka
     kekuatan dan penghiburan.

  3. Keberanian dan kesetiaan Ignatius dalam mengikut Tuhan merupakan
     sebuah contoh yang luar biasa. Doakan juga agar setiap orang
     percaya memiliki keberanian seperti Ignatius dalam memberitakan
     Kabar Baik kepada orang-orang di sekitarnya.
______________________________________________________________________
Pimpinan redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
Facebook KISAH: http://fb.sabda.org/kisah

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org

Anda terdaftar dengan alamat email: tatik@in-christ.net
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) Kisah 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org