Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/152

KISAH edisi 152 (7-12-2009)

Rahasia Marty

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                    Edisi 152, 7 Desember 2009

PENGANTAR

  Shalom,

  Setiap orang Kristen percaya bahwa mukjizat masih terjadi hingga 
  hari ini. Namun, kepercayaan kita terhadap kebesaran Tuhan sering 
  kali terhalangi oleh pikiran kita sendiri. Memang, terkadang 
  mukjizat yang terjadi atas hidup kita sulit dipikirkan oleh otak 
  manusia. Kadang-kadang kedengarannya seperti dongeng. Namun, Alkitab 
  sendiri mengatakan bahwa "segala sesuatu mungkin jika kita bersama 
  dengan Tuhan". Mari kita belajar untuk memercayai karya Tuhan atas 
  setiap kehidupan kita dan orang-orang percaya di sekitar kita. Dan, 
  belajarlah untuk percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
  http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
  http://kekal.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/kisah/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                             RAHASIA MARTY

  Saya tumbuh dalam keyakinan bahwa Natal adalah saat ketika hal-hal 
  yang aneh dan menyenangkan terjadi. Orang-orang bijak datang sambil 
  membawa persembahan yang banyak, binatang-binatang dalam kandang 
  berbincang-bincang pada tengah malam, dan bintang Tuhan yang 
  megah memancar kepada kita bagaikan seorang bayi. Bagi saya, Natal 
  merupakan momen yang penuh pesona. Hal itu pulalah yang saya rasakan 
  ketika anak saya, Marty, berusia 8 tahun. 
  
  Pada saat itu, saya dan anak-anak pindah ke sebuah trailer (rumah 
  mobil) pada sebuah hutan di luar Redmond, Washington. Liburan 
  semakin dekat dan semangat kami begitu menggebu-gebu. Tidak ada 
  sesuatu yang dapat mengganggu suasana hati kami, sekalipun hujan 
  pada musim dingin menyiram rumah kami dan membuat lantai menjadi 
  berlumpur.

  Selama bulan Desember tersebut, Marty adalah anak yang paling 
  bersemangat dan sibuk dalam keluarga kami. Ia adalah anak bungsu, 
  seorang anak laki-laki yang periang, berambut pirang, dan senang 
  bermain. Ia memiliki kebiasaan memandang orang yang sedang berbicara 
  kepadanya sambil memiringkan kepalanya sedikit. Alasannya adalah 
  telinga kiri Marty tuli. Tetapi, ia tidak pernah bersungut-sungut 
  karena kekurangannya tersebut. Selama beberapa minggu, saya 
  memerhatikan Marty. Saya tahu bahwa ada sesuatu yang ia sembunyikan. 
  Saya tahu betapa giatnya ia merapikan tempat tidur, membuang sampah, 
  dengan teliti menyiapkan meja makan, serta membantu Rick dan Pam 
  menyiapkan makan malam sebelum saya pulang dari kerja. Saya melihat 
  bagaimana ia secara diam-diam menyisihkan uang sakunya dan 
  menyimpannya, tidak menggunakan 1 sen pun. Saya tidak tahu apa 
  sebenarnya yang sedang ia rencanakan, tetapi saya rasa hal itu ada 
  hubungannya dengan Kenny.

  Kenny adalah teman Marty. Sejak mereka berkenalan pada musim semi, 
  mereka tak terpisahkan. Jika Anda menemukan Kenny, Anda akan 
  menemukan Marty, dan begitu pula sebaliknya. Dunia mereka berada di 
  padang rumput yang dibelah oleh sungai kecil. Di tempat itu, mereka 
  dapat menangkap kodok dan ular, mencari mata anak panah atau harta 
  terpendam, atau menghabiskan sepanjang siang untuk memberikan kacang 
  kepada bajing. Keluarga kami berada dalam masa-masa sulit, sehingga 
  kami harus berhemat. Syukurlah, saya masih memiliki pekerjaan sebagai 
  pembungkus daging dan juga keuletan, sehingga segala kebutuhan kami 
  masih tercukupi. Tetapi, tidak demikian halnya dengan keluarga 
  Kenny. Mereka sangat miskin. Ibunya berjuang untuk menghidupi kedua 
  anaknya. Mereka adalah keluarga yang baik dan utuh, tetapi ibu Kenny 
  adalah seorang yang angkuh dan memiliki peraturan-peraturan tegas 
  yang tidak bisa diganggu gugat. Yang kami lakukan setiap tahun 
  adalah mempersiapkan Natal sehingga menjadi pesta yang menyenangkan 
  dengan membuat kado-kado Natal dan menghias seisi rumah kami. 
  Adakalanya, Marty dan Kenny harus duduk berjam-jam untuk membantu 
  membuat contong permen atau hiasan untuk pohon Natal. Tetapi, dengan 
  satu bisikan dari Marty atau Kenny, mereka berdua bisa tiba-tiba 
  menghilang, merunduk perlahan di bawah pagar listrik menuju padang 
  rumput yang memisahkan rumah kami dengan rumah Kenny.

  Pada suatu malam, beberapa hari sebelum Natal, ketika tangan saya 
  penuh dengan adonan "peppernodder", membentuk kue-kue Danish yang 
  ditaburi kayu manis dalam jumlah banyak, Marty datang kepada saya 
  dan berbicara dengan nada bangga, "Ibu, aku telah membelikan hadiah 
  untuk Kenny. Ibu mau lihat?" Jadi ternyata hal ini yang selama ini 
  ia persiapkan. "Kompas ini adalah benda yang sudah lama ia dambakan, 
  Bu." Setelah secara perlahan mengelap tangannya, Marty mengeluarkan 
  sebuah kotak kecil dari sakunya dan membuka tutup kotak tersebut. 
  Saya terpana pada kompas saku yang telah dibeli anak saya 
  menggunakan semua tabungan dari uang sakunya. "Ini adalah hadiah 
  yang sangat indah, Marty," ucap saya. Tapi saat saya berbicara, 
  sebuah pikiran datang mengganggu. Saya tahu bagaimana perasaan ibu 
  Kenny tentang kekurangan mereka. Mereka tidak mampu bertukar hadiah 
  antaranggota keluarga, apalagi memberikan hadiah kepada orang lain. 
  Saya yakin ibu Kenny tidak akan membiarkan anaknya menerima sesuatu 
  yang tidak dapat ia balas. Secara perlahan saya mengutarakan masalah 
  tersebut kepada Marty. Ia mengerti maksud saya. "Aku tahu, Bu, aku 
  tahu ... tapi, bagaimana jika ini menjadi sebuah rahasia? Bagaimana 
  jika mereka tidak pernah tahu siapa yang memberikan hadiah ini?" 
  Saya tidak tahu harus menjawab apa.

  Sehari sebelum Natal turun hujan, cuaca menjadi dingin dan mendung. 
  Saya dan ketiga anak saya saling mengawasi; sibuk memberi sentuhan 
  akhir sembari menyembunyikan kado-kado rahasia dan bersiap-siap jika 
  ada keluarga atau teman yang datang berkunjung. Malam pun tiba. 
  Hujan masih tetap turun. Saya memandang keluar dengan perasaan 
  sedih. Hujan benar-benar mengguyur malam Natal. Bagaimana para orang 
  bijak bisa datang pada malam seperti ini? Saya meragukannya. 
  Sepertinya saya beranggapan bahwa hal-hal yang aneh dan menyenangkan 
  hanya terjadi pada malam yang cerah dan terang, ketika kita dapat 
  memandang bintang-bintang yang bertaburan di angkasa. Saya pun 
  menyingkir dari jendela. Dan, saat memeriksa daging dan roti yang 
  sedang dihangatkan di oven, saya melihat Marty keluar. Ia mengenakan 
  jas hujan yang menutupi piyamanya, dan ia membawa sebuah kotak yang 
  telah dibungkus dengan indah. Ia berjalan melalui rumput yang basah, 
  merunduk di bawah pagar listrik, dan berjalan terus menuju rumah 
  Kenny. Ia berjalan berjinjit karena sepatunya basah. Ia meletakkan 
  hadiah yang telah ia siapkan di depan pintu rumah Kenny, kemudian ia 
  mengambil napas yang dalam dan memencet bel dengan keras.

  Dengan cepat, Marty berbalik dan berlari agar tidak ketahuan. Lalu, 
  tiba-tiba, ia menabrak pagar listrik. Kejutan listrik membuatnya 
  terhuyung-huyung. Ia terjerembab di tanah yang basah. Tubuhnya 
  bergetar dan ia pun terengah-engah mengambil napas. Kemudian, 
  perlahan-lahan, ia berusaha berjalan kembali ke rumah. "Marty!", 
  saya menangis saat melihatnya masuk. "Apa yang terjadi?" Bibir 
  bawahnya bergetar, matanya basah. "Aku lupa kalau ada pagar. Aku 
  menabraknya!" Saya memeluk tubuhnya yang penuh lumpur. Ia masih 
  linglung dan ada tanda luka berwarna merah yang mulai melepuh di 
  wajahnya, dari mulut sampai telinga. Saya langsung merawat wajah 
  Marty dan memberikan segelas cokelat hangat untuk menenangkannya. 
  Semangat Marty langsung kembali. Saya pun menemaninya tidur. Tepat 
  sebelum tertidur, ia memandang saya sambil berkata, "Ibu, Kenny 
  tidak melihatku. Aku yakin ia tidak melihatku."

  Pada malam Natal itu, saya tidur dengan perasaan tidak senang dan 
  bingung. Mengapa hal yang menyedihkan seperti ini justru terjadi 
  pada seorang anak yang sedang melakukan apa yang Tuhan ingin kita 
  semua lakukan, memberi kepada orang lain, dan merahasiakan perbuatan 
  tersebut. Saya tidak dapat tidur pulas malam itu. Dari dalam lubuk 
  hati yang terdalam, saya merasa kecewa karena di malam Natal tidak 
  terjadi sesuatu yang indah dan misterius, ini hanyalah salah satu 
  malam biasa yang penuh dengan masalah. Tetapi ternyata saya salah. 
  Pada pagi hari ketika hujan berhenti dan matahari bersinar dengan 
  cerahnya. Memar di wajah Marty masih berwarna merah, tetapi saya 
  dapat melihat bahwa lukanya tidak serius. Kami pun membuka kado-kado 
  dan bersukaria, sampai tiba-tiba Kenny mengetuk pintu, dengan mata 
  berbinar-binar ia memperlihatkan kompas barunya kepada Marty dan 
  menceritakan kejutan misterius yang ia alami tadi malam. Kenny sama 
  sekali tidak curiga kepada Marty, dan saat keduanya 
  berbincang-bincang, Marty terus tersenyum.

  Kemudian saya memerhatikan bahwa saat keduanya saling membandingkan 
  pengalaman Natal yang mereka alami, menganggukkan kepala, dan saling 
  berbincang-bincang, Marty tidak memiringkan kepalanya saat Kenny 
  berbicara. Seakan-akan Marty mampu mendengar menggunakan telinga 
  tulinya. Beberapa minggu kemudian, saya menerima laporan dari dokter 
  sekolah, memastikan sesuatu yang Marty dan saya sudah tahu: 
  Pendengaran Marty telah pulih dan bisa mendengar dari kedua 
  telinganya! Bagaimana Marty memperoleh pendengarannya kembali, masih 
  merupakan misteri. Para dokter curiga bahwa ini ada hubungannya 
  dengan kejutan listrik dari pagar yang ia tabrak. Mungkin benar 
  demikian. Apa pun alasannya, saya bersyukur kepada Tuhan atas timbal 
  balik yang terjadi pada malam Natal tersebut. Jadi, Anda dapat 
  melihat bahwa hal-hal yang aneh dan indah masih terjadi pada malam 
  kelahiran Tuhan. Dan, setiap orang masih dapat mengikuti sebuah 
  bintang besar, sekalipun pada malam yang gelap.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Guideposts bagi Jiwa: Kisah-Kisah Iman Natal
  Judul asli buku: Guideposts for The Spirit: Christmas Stories of
                   Faith
  Penulis: Diane Rayner
  Penerjemah: Mary N. Rondonuwu
  Penerbit: Gospel Press, Batam 2006
  Halaman: 4 -- 12 
______________________________________________________________________

  Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak
  ada rencana-Mu yang gagal. (Ayub 42:2)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Ayub+42:2 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoalah untuk anak-anak bahkan orang dewasa yang mengalami 
     gangguan kesehatan (cacat fisik), biarlah Tuhan memulihkan hidup 
     mereka sehingga mereka dapat merasakan indahnya kasih Tuhan di 
     dalam hidup mereka.

  2. Doakan juga untuk keluarga-keluarga kristiani, supaya Tuhan turut 
     campur tangan sehingga semakin hari setiap keluarga Kristen
     dipakai oleh Tuhan untuk menjadi saluran berkat bagi masyarakat, 
     di mana pun Tuhan sudah menempatkan mereka.

  3. Mengucap syukur karena melalui setiap pengalaman-pengalaman hidup 
     orang percaya, Tuhan semakin menunjukkan rencana dan kehendak-Nya 
     yang indah sebagai bagian dari ketekunan mereka dalam mengikut 
     Tuhan, bahkan dalam hal yang menyakitkan sekalipun sehingga iman
     dan kedewasaan rohani dapat bertumbuh dengan baik.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
Halaman Facebok Kisah: http://fb.sabda.org/kisah
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org