Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/126

KISAH edisi 126 (8-6-2009)

Berilah Kami Kekayaan Supaya ....

___________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)______________
                      Edisi 126, 8 Juni 2009

PENGANTAR

  Kehidupan manusia memang tidak bisa terlepas dari materi, yang
  memang sangat kita butuhkan untuk melangsungkan hidup di dunia ini.
  Namun, jikalau materi menjadi tujuan pokok hidup dan kita tidak
  melibatkan Tuhan di dalamnya, tak heran jika banyak dari kita yang
  mengalami depresi ketika usaha kita mengalami kerugian besar. Dalam
  Ibrani 13:5, sangat jelas Tuhan mengingatkan agar kita tidak menjadi
  hamba uang. Melalui kesaksian berikut, hendaknya kita belajar untuk
  mengucap syukur atas segala berkat yang sudah Tuhan berikan,
  berusaha untuk mengelola harta yang sudah Tuhan percayakan secara
  bijaksana, serta tidak meninggalkan segala kewajiban dan tanggung
  jawab kita, baik kepada Tuhan maupun keluarga kita.

  Staf Redaksi KISAH,
  Tatik Wahyuningsih
  http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
  http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                  BERILAH KAMI KEKAYAAN SUPAYA ....

  Sepanjang ingatannya, mereka sekeluarga belum pernah mengecap
  keadaan yang berkecukupan. Kebutuhan mereka selalu saja berada
  selangkah di depan jangkauan keuangan mereka. Dari tahun ke tahun
  begitu terus, sehingga malam itu ia, sang istri, benar-benar merasa
  tak tahan lagi menghadapi segala masalah kebutuhan yang kian
  menggunung.

  Ia bosan! Bosan memikirkan uang sekolah anak-anak yang terpaksa
  ditunggak (untuk ke sekian kalinya) selama beberapa bulan. Ia bosan
  memikirkan biaya pengobatan yang secara teratur perlu disediakan
  bagi anak bungsunya yang sakit-sakitan. Ia bosan membantu suaminya
  di toko kecil yang mereka miliki, karena pendapatan mereka tidak
  kunjung meningkat, sementara harga-harga melonjak. Dari kebosanan
  itu kemudian timbul pemberontakan di hatinya.

  "Tuhan," serunya, "sampai kapan Engkau akan membiarkan kami
  menderita begini? Bukankah selama ini kami telah berusaha menuruti
  segala perintah-Mu? Kami tak pernah absen berbakti, kami selalu
  berusaha untuk bersaksi, kami sering menyumbang sekalipun kami
  menyadari bahwa kami sendiri berada dalam kebutuhan. Apa lagi yang
  Kau kehendaki dari kami? Padahal Engkau menjanjikan bahwa
  anak-anak-Mu takkan dicobai melebihi kemampuan mereka. Tapi kami,
  Tuhan, kami sudah terlalu lama menderita! Berilah kami kelepasan.
  Berilah kami kekayaan, Tuhan, supaya kami boleh bernapas lega!"

  Sebuah jeritan yang benar-benar manusiawi, tetapi ternyata didengar
  dan dikabulkan oleh Yang Ilahi ....

  Toko yang dikelola keluarga itu mulai banyak pengunjungnya.
  Pendapatan mereka bertambah terus. Toko diperluas, dan tak lama
  kemudian, toko yang kedua dibuka. Keluarga itu pindah dari ruangan
  belakang toko itu ke sebuah rumah tersendiri yang mereka beli.

  Untuk pertama kalinya, sang istri bisa sebebasnya membeli segala
  perabot rumah tangganya tanpa perlu gelisah memikirkan apa yang akan
  mereka makan esok harinya. Sungguh, keluarga itu tampak benar-benar
  diberkati Tuhan.

  Sampai sang istri pada suatu hari mulai merasa seakan-akan suaminya
  sekarang jarang memerhatikan dirinya. Dan mengapa sering kali
  suaminya pulang larut malam? Mustahil ia terus-menerus sibuk
  mengurusi perusahaannya sampai seperti tak pernah kenal lelah. Pasti
  ia juga membutuhkan istirahat dan hiburan. Hiburan? "Night club"?
  "Hostes"? Ahhh ..., benarkah akan sampai ke situ?

  Bukan cuma suaminya yang dirasakannya jarang ada di rumah. Waluyo,
  putranya yang sulung, sekarang juga sudah gila-gilaan mengebut
  dengan mobil yang dibelikan ayahnya. Padahal sebentar lagi ia harus
  menghadapi ujian akhir SMA. Bagaimana kalau ia tidak lulus, padahal
  persaingan memasuki perguruan tinggi kian tahun bertambah keras?
  Tapi lebih ngeri daripada ini ialah bila ia membaca surat-surat
  kabar (kalaupun ia sempat sesekali) yang penuh dengan berita-berita
  kecelakaan yang membawa maut.

  Tapi segala peringatan ataupun bujukan yang diucapkannya, tak pernah
  digubris oleh Waluyo yang berada pada usia di mana ia menganggap
  dirinya serbabisa dan serbamampu. Ahhh ..., pusing ia membayangkan
  kalau-kalau Waluyo juga mengalami kecelakaan lalu lintas.

  Shinta lain lagi. Ia sekarang menjadi gadis yang paling populer di
  sekolah "top" yang murid-muridnya umumnya dari kaum berada. Setiap
  hari, ada saja acara Shinta dan teman-temannya. Tetapi pada suatu
  hari, ia menjadi begitu terkejut ketika secara kebetulan mendapatkan
  sebuah foto cabul di dompet Shinta yang tergeletak jatuh di sofa!
  Shinta! Apa saja yang dilakukan anak gadisnya bersama teman-temannya
  itu sampai-sampai Shinta bisa memiliki foto itu? Mungkinkah
  menghisap ganja juga sudah masuk acara mereka? Ya, Tuhan, jangan,
  jangan sampai hal itu terjadi!

  Hanya Ruri, si bungsu yang dulu penyakitan, tidak banyak dipengaruhi
  keadaan mereka yang sekarang berlebihan. Cuma anehnya, Ruri menjadi
  pemurung. Padahal sewaktu ia masih sakit-sakitan ia justru paling
  keras tawanya. Dan pernah terlepas ucapan lirih dari Ruri, "Ibu,
  mengapa Bapak dan Ibu begitu sering keluar rumah? Rumah ini jadi
  sepi ...."

  Dan ia cuma terdiam, tak bisa mengingat-ingat lagi berapa banyak
  kumpulan arisan yang diikutinya karena ia selalu diminta untuk ikut.

  Kini, apa yang menjadikan kepalanya terasa nyeri berdenyut-denyut
  tak henti-hentinya? Memang bukan lagi soal uang dan kebutuhan, tapi
  suasana rumah tangganya yang semakin lama semakin berantakan. Itulah
  yang menyusahkannya. Masing-masing anggota keluarganya sekarang
  seakan-akan sudah memilih jalan sendiri-sendiri. Tiada lagi
  keakraban dan kemesraan dulu. Dan ahhh ..., sakit kepalanya selalu
  bertambah menyiksa, terus menyiksa. Malah obat penenang dan seribu
  satu macam obat-obat lainnya, tak mampu lagi mengusir sakit itu.
  Sampai pada akhirnya, ketika ia mengerang-ngerang dalam kesunyian
  karena rasa nyeri itu, ia tersadar.

  Air matanya meleleh panas, ketika ia berbisik "Ampunilah saya,
  Tuhan! Saya terlalu lantang mengajukan permintaan, dan bukannya
  mencari kehendak-Mu yang terbaik bagi kami. Saya menyesal, Tuhan.
  Kesejahteraan rohani dan kecintaan keluarga, ternyata jauh lebih
  nikmat daripada segala kekayaan. Sekarang, Tuhan, biarlah
  kehendak-Mu saja yang berlaku bagi kami. Saya rela menerima ...."

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Untaian Mutiara
  Penulis: Betsy T.
  Penerbit: Gandum Mas, Malang
  Halaman: 13 -- 16
______________________________________________________________________
  Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan
  nyawanya? (Markus 8:36)
  http://sabdaweb.sabda.org/?p=Markus+8:36
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoa bagi para pelaku usaha Kristen, agar dalam menjalankan
     usahanya mereka tetap mengandalkan Tuhan dan tetap menjadikan
     firman Tuhan sebagai rambu-rambu dalam menjalankan usaha mereka
     sehari-hari.

  2. Doakan juga untuk orang percaya yang saat ini mengalami masalah
     keuangan, agar Tuhan membuka jalan bagi persoalan yang sedang
     mereka alami.

  3. Berdoa bagi setiap orang percaya yang bekerja, agar mereka tetap
     memedulikan dan memberi perhatian kepada setiap anggota keluarga
     mereka, serta tidak meninggalkan kewajiban ibadah mereka kepada
     Tuhan.

______________________________________________________________________
STOP PRESS

                         BARU! SITUS DOA:
                 KOMUNITAS PENDOA SYAFAAT INDONESIA
                      < http://doa.sabda.org >

  Anda rindu melihat pemulihan terjadi atas keluarga, gereja, kota,
  dan bangsa Anda?

  Anda ingin belajar lebih banyak tentang doa?

  Anda ingin memiliki partner untuk berdoa dan berbagi?

  Situs Doa, yang diluncurkan oleh Yayasan Lembaga SABDA
  <http://www.ylsa.org>, adalah tempat yang tepat untuk menjawab
  kerinduan dan keinginan Anda.

  Kami percaya situs Doa, yang dilengkapi dengan Artikel, Renungan,
  Ilustrasi, Kesaksian, serta Riwayat Tokoh-Tokoh Doa, akan memperluas
  wawasan dan pengetahuan Anda tentang doa.

  Istimewanya, situs ini menyediakan beberapa kalender doa yang
  bisa Anda pakai sebagai panduan Anda berdoa, baik secara pribadi
  maupun kelompok. Bagi Anda yang ingin berbagi beban doa, situs Doa
  juga menyediakan fasilitas untuk mengirimkan permohonan doa agar
  Anda mendapatkan dukungan doa dari saudara-saudara seiman yang lain.

  Khusus bagi Anda yang dilengkapi Tuhan dengan karunia berdoa, situs
  ini menyediakan fasilitas forum yang mengundang Anda bergabung dalam
  "Komunitas Pendoa Syafaat Indonesia" untuk berdoa bersama bagi
  Indonesia. Forum ini disediakan bukan untuk berdiskusi atau berdebat
  tentang doa, namun untuk menyatukan hati kita dalam berdoa bagi
  bangsa kita yang tercinta, yaitu Indonesia. Untuk mendaftarkan diri,
  silakan menghubungi < doa(at)sabda.org >.

  Segera kunjungi situs DOA <http://doa.sabda.org>! Ingatlah selalu
  untuk memberitahukan informasi ini kepada rekan-rekan pendoa yang
  lain, sehingga kita semua mendapat berkat dan menjadi berkat bagi
  orang lain. Tuhan memberkati.

______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Tatik Wahyuningsih
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org