Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/106

KISAH edisi 106 (19-1-2009)

Kehendak Allah yang Paling Indah dan Baik

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                      Edisi 106, 19 Januari 2009

PENGANTAR

  Terkadang, kita tidak mengetahui dan mengerti rencana Tuhan atas 
  kita; mengapa Ia membiarkan hal yang buruk terjadi dalam kehidupan 
  kita. Sama seperti Ayub yang harus mengalami kejadian yang tidak 
  menyenangkan sepanjang sejarah hidupnya. Namun, begitulah Tuhan 
  kita. Terkadang, ia mengizinkan kita mengalami hal-hal yang terlihat 
  aneh sebagai ujian iman. Tidak jarang Ia menggunakan cara-cara 
  tersebut untuk mengingatkan kita bahwa kita sudah jauh menyimpang 
  dan meninggalkan Dia cukup lama. Jika saat ini Anda sedang dididik 
  oleh Tuhan -- mungkin melalui pengalaman hidup yang tidak 
  menyenangkan -- jangan pernah memberontak, tapi mengucapsyukurlah, 
  karena itu artinya Tuhan sangat sayang kepada Anda dan tidak 
  menginginkan Anda melangkah di luar jalan yang sudah Ia berikan.

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

             KEHENDAK ALLAH YANG PALING INDAH DAN BAIK

  Kecelakaan mobil itu terjadi pada sore hari, ketika aku bersama 
  beberapa teman sedang menuju perjalanan pulang. Begitu sampai di 
  sebuah persimpangan jalan, aku mengalami peristiwa yang paling pahit 
  dalam sejarah hidupku -- kecelakaan mobil sudah menunggu di depan.

  Pada waktu sedang dalam perjalanan pulang, aku mendengar suami istri 
  pemilik mobil bercakap-cakap dengan mengatakan, "Hujan sudah turun, 
  jalanan sangat licin." Tidak berapa lama mobil berjalan, tiba-tiba 
  aku melihat sebuah truk besar dengan kecepatan tinggi sedang melaju 
  dan menerjang mobil kami. Dengan sekonyong-konyong, aku merasakan 
  ketakutan yang luar biasa. Sebelum dapat berbuat apa-apa, aku sudah 
  kehilangan kesadaran. Tidak tahu waktu berjalan berapa lama, secara 
  perlahan-lahan aku mulai sadar. Dalam keadaan setengah sadar, aku 
  merasa tubuhku begitu berat, dan aku merasa berada di sebuah tempat 
  yang sangat kotor dan memualkan.

  Aku berusaha untuk bangkit, tapi kedua tanganku dipegang erat-erat, 
  sehingga tidak dapat bergerak. Dalam keadaan samar-samar, aku 
  melihat suamiku dengan air mata berlinang sedang menatap aku. Ia 
  mendekati telingaku dan berbisik, "Tenanglah! Kamu sudah seharian 
  tidak sadar, sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Hendaklah kamu 
  berdoa, karena Allah adalah Pengatur segala sesuatu." Dalam hati, 
  aku berdoa dan bersyukur bahwa Ia masih memperkenankan aku hidup dan 
  aku yakin bahwa Ia tentu memunyai maksud-maksud tertentu atas 
  diriku. Yang paling mengherankan adalah sikap suamiku, karena 
  sekarang ia bisa berdoa. Meskipun kami menikah kurang lebih 10 
  tahun, dan aku sendiri mengaku sebagai orang Kristen, tapi belum 
  pernah aku berbincang-bincang mengenai keyakinan Kristen dengan 
  suamiku.

  Kemudian barulah aku tahu bahwa sepasang tulang kakiku patah, 
  punggungku terluka, mengalami gegar otak, dan mukaku penuh luka-luka 
  terkena kaca. Aku menjadi orang yang buruk rupa. Anak-anakku sampai 
  tidak mengenal wajah ibunya. Luka pemilik mobil sama beratnya dengan 
  aku. Sedangkan istrinya tidak lagi memunyai kesempatan untuk sadar 
  kembali. Setelah dirawat selama 54 hari, aku diperbolehkan pulang. 
  Sebelum pulang, kepala rumah sakit memuji aku, karena selama dirawat 
  di rumah sakit, aku adalah pasien yang terbaik. Untuk itu, aku 
  dihadiahkan sebuah tongkat yang dipesan khusus olehnya. Sekeluarnya 
  dari rumah sakit, aku mendapat perawatan secara tradisional. Semua 
  lukaku dibungkus dengan obat-obat tradisional. Sakitnya sampai ke 
  tulang sumsum. Sungguh, hidupku bagaikan di neraka. Selama perawatan 
  dengan cara tradisional, luka paha kananku mengeluarkan cairan 
  nanah. Sebab itu, pengobatan dilanjutkan ke sebuah rumah sakit 
  Kristen. Setelah dirawat selama 2 bulan, salah seorang dokter 
  mengatakan bahwa aku menderita radang tulang dan perlu dirawat di 
  rumah sakit pusat. Jika radang tersebut tidak dapat disembuhkan, 
  maka terpaksa aku harus kehilangan salah satu kakiku.

  Karena tidak melihat kemajuan selama dirawat di rumah sakit pusat, 
  atas kesepakatan keluarga, aku dimasukkan ke sebuah rumah sakit 
  Kristen lainnya. Setelah pihak rumah sakit mengetahui aku menderita 
  radang tulang, dengan cepat mereka menyediakan segala sesuatu untuk 
  perawatan. Perhatian dan kasih mereka terhadap pasien, bagiku sangat 
  menakjubkan.

  Selama sakit, ibuku yang telah berusia lanjut, dengan tidak mengenal 
  lelah membantu merawat aku. Mungkin karena terlalu lelah, ia jatuh 
  sakit pula. Pada mulanya, kami mengira penyakit maag yang merupakan 
  penyakit lamanya kambuh kembali. Tetapi setelah diperiksa dokter, 
  ternyata di kantong empedunya terdapat batu. Menurut dokter, ia 
  harus dioperasi sebanyak dua atau tiga kali, baru dapat pulih. Ibu 
  terpaksa dirawat di rumah sakit yang sama, aku berada di kamar 
  tingkat tujuh dan ibu berada di kamar tingkat tiga. Pada waktu aku 
  mengunjungi ibu dan melihat wajah yang sudah berkerut menahan sakit, 
  hatiku menjadi pilu, tanpa terasa air mataku bercucuran.

  Dalam kesedihan, aku berteriak kepada Tuhan, "Tuhan Yesus, di 
  manakah Engkau? Keadaanku, keadaan ibuku, apakah ini menunjukkan 
  bahwa Engkau kasih adanya?" Dalam kesedihan, aku menjadi kecewa dan 
  putus asa. Setelah menulis tiga pucuk surat wasiat, aku bermaksud 
  menghabisi nyawaku dengan meloncat dari tingkat tujuh rumah sakit 
  itu. Tatkala aku hendak melaksanakan niat tersebut, akal sehatku 
  bekerja, sehingga aku mengurungkan niatku. Tapi penderitaanku tetap 
  menekanku, dalam keadaan buntu, aku kembali kepada Tuhan dan 
  menyerahkan segala permasalahan dan penderitaanku itu. Sungguh 
  ajaib, Setelah aku menyerahkan secara total segalanya dengan iman, 
  maka damai sejahtera Allah memenuhi hatiku. Puji Tuhan !

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Jalan Tuhan Terindah
  Penulis: Pdt. Paulus Daun, M.Div., Th. M.
  Penerbit: Yayasan Daun Family, Manado 1996
  Halaman: 47 -- 49
______________________________________________________________________

  "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku
  akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+11:28 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoalah bagi orang-orang percaya yang saat ini hidup dalam
     keputusasaan, agar Tuhan memberikan kekuatan kepada mereka
     sehingga mereka tidak mengambil tindakan-tindakan yang merugikan
     diri mereka sendiri.

  2. Berdoa juga agar setiap orang percaya mau untuk dididik dan dapat
     menemukan kehendak Allah dalam kehidupan mereka.

  3. Doakan juga agar Tuhan menumbuhkan rasa haus dan lapar akan Dia
     di antara orang percaya, khususnya di dalam keluarga-keluarga
     Kristen, sehingga masing-masing dari mereka dapat saling
     menceritakan kebaikan Tuhan dalam kehidupan mereka.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org