Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/104

KISAH edisi 104 (5-1-2009)

Penyertaan Tuhan Yesus Kristus Bagi yang Masih Bimbang

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________
                      Edisi 104, 5 Januari 2009

PENGANTAR

  Sua lagi di tahun yang baru, tahun 2009!

  Segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini tidak terlepas dari 
  rencana Tuhan. Terkadang, kita merasa Tuhan tidak mengasihi kita 
  karena sudah memberikan cobaan yang begitu berat. Atau mungkin kita 
  berpikir bahwa Tuhan tidak pernah menjawab doa-doa kita. Sebagai 
  orang yang telah ditebus-Nya, jangan sekali-kali kita meragukan 
  penyertaan Tuhan atas hidup ini. Tuhan tahu yang terbaik bagi kita. 
  Setiap hal yang Ia izinkan terjadi atas hidup ini adalah untuk 
  menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan untuk menunjukkan kuasanya 
  yang ajaib bagi setiap orang yang berharap pada-Nya. Mungkin juga 
  ini merupakan cara yang Tuhan pakai untuk membawa kita agar kembali 
  dan lebih dekat lagi pada-Nya. Ya, jalan Tuhan memang sulit untuk 
  kita selami, namun Ia tidak pernah merancangkan yang buruk atas 
  anak-anak-Nya. Jadi, jika saat ini pergumulan kita belum Ia jawab, 
  jangan pernah berhenti untuk berharap. Ia tahu kapan waktu yang 
  terbaik untuk menjawab setiap pergumulan kita. Tuhan Yesus 
  memberkati.

  Selamat memasuki tahun yang baru ini dengan yakin teguh akan
  penyertaan dan kasih-Nya. Ia sudah memberikan nyawa-Nya, apa lagi
  yang lebih besar dari itu?

  Pimpinan Redaksi KISAH,
  Novita Yuniarti
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

       PENYERTAAN TUHAN YESUS KRISTUS BAGI YANG MASIH BIMBANG

  Tanggal 10 November 2007 kira-kira pukul 16.00 WIB, saya memerbaiki 
  genteng rumah yang bocor. Tapi karena saya kurang hati-hati, saya 
  terpeleset dan meluncur ke bawah dengan posisi duduk mundur, terus 
  ke kanopi, dan jatuh ke jalan (paving block) dengan posisi terduduk 
  dan kemudian terhempas ke belakang (punggung menghempas ke jalan). 
  Setelah itu saya tidak bisa bangun -- duduk, apalagi berdiri.

  Saya berteriak, kemudian ditolong oleh anak saya, Kevin, dan 
  keponakan saya, Indra -- yang pagi harinya baru saja tiba dari 
  Malang. Saya menelepon istri dan membawa saya ke rumah sakit tulang. 
  Di sana, saya dirontgen dan dirujuk MRI di RSSI. Hasil rontgen 
  menunjukkan ada tiga bagian tulang saya yang terganggu: tulang 
  punggung T12 retak (kompresi), tulang ekor terdorong ke depan, dan 
  tulang duduk kanan retak. Saya diberi obat tulang, antiradang, dan 
  pengurang rasa sakit. Kemudian deskripsi diagnosis dokter RSSI atas 
  hasil MRI mengatakan bahwa pada tulang punggung saya, T11 dan T12, 
  telah terjadi radang (sponsdilitis).

  Selanjutnya, dokter tulang mencari jenis radang tersebut dan 
  akhirnya berkeyakinan bahwa itu adalah radang TBC tulang, walaupun 
  dokter saraf meragukannya. Mulai tanggal 18 November 2007, saya 
  diberi pengobatan anti-TBC. Setelah 2 minggu, dokter tulang 
  merencanakan operasi tulang punggung untuk membersihkan radang dan 
  akan memasang pen pada dua ruas di atas T12 dan dua ruas di 
  bawahnya. Ini akan menyebabkan saya cacat tulang punggung (kaku, 
  tidak fleksibel, tidak bisa membungkuk lagi seumur hidup). Di 
  samping itu, obat anti-TBC yang saya konsumsi memunyai efek samping 
  -- terganggunya fungsi hati dan rasa mual yang amat sangat.

  Tanggal 18 November 2007, saya mulai dirawat dengan obat anti-TBC. 
  Sejak itu, penderitaan dimulai. Saya merasa mual yang amat sangat 
  dari pagi hingga malam, rasa nyeri/sakit pada tulang yang retak, 
  sakit dari otot, dan daging yang memar akibat jatuh. Saya merasa 
  jenuh dan hampir putus asa. Saya coba untuk menaikkan pujian 
  "Mujizat itu Nyata", tapi lama-lama saya merasa bosan dan berhenti. 
  Saya berdoa agar Tuhan memberi kelegaan, pertolongan, dan 
  menyembuhkan saya. Tapi karena tidak ada perubahan apa-apa, maka doa 
  saya pun menjadi pendek: "Tuhan Yesus, tolong saya. Tuhan Yesus, 
  tolong saya." Itu pun lama-lama menjadi lebih pendek lagi: "Tuhan 
  Yesus, Tuhan Yesus ...." Dan akhirnya berhenti sama sekali. Saya 
  sadar dan merasakan bahwa saya ini tidak ada artinya di hadapan 
  Tuhan. Jika saja Tuhan Yesus menolak saya dengan mengatakan: "Hai, 
  siapakah kamu? Aku tidak mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku!", 
  maka pastilah saya sudah tamat! Tetapi Tuhan itu sangat baik. 
  Tiba-tiba, saya mendapatkan pengertian dan saya percaya bahwa ini 
  adalah karya Roh Kudus.

  a. Saya mendapat rhema dari firman Tuhan yang intinya mengatakan 
     bahwa apabila kita bertobat dan menerima Tuhan Yesus Kristus 
     sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi kita, maka kita 
     diselamatkan oleh-Nya dan dijadikan anak-Nya. (Yohanes 1:12)
  b. Saya diingatkan status saya sebagai seorang anak. Apa pun yang
     saya butuhkan, saya bisa memintanya dari orang tua saya. Bahkan
     jika saya lapar, maka saya bisa langsung mengambil tindakan:
     pergi ke dapur, mengambil piring dan sendok, membuka lemari,
     mengambil makanan, dan menikmati makanan itu sampai kenyang.
     Dengan demikian, saya bisa menolong diri saya sendiri dengan
     menggunakan fasilitas orang tua saya. Seharusnya demikian pula     
     dengan fasilitas yang telah diberikan bagi saya dari Bapa 
     Surgawi.
  c. Pujian yang dinaikkan oleh KW pada saat membesuk saya,      
     kata-katanya menguatkan sekali: "Ku tak akan menyerah pada apa 
     pun juga, sebelum kucoba semua yang kubisa ...!

  Ketiga hal tersebut mendorong saya untuk melakukannya saat itu juga. 
  Lalu saya berdoa dan menggunakan "fasilitas surgawi", yaitu kuasa 
  kasih Tuhan Yesus Kristus yang memulihkan dan memberi kelegaan. 
  Lalu, saya mengucapkan kata-kata berikut: "Kuasa kasih Tuhan Yesus 
  Kristus, turunlah dari surga melingkupi saya. Merekatkan   
  tulang-tulang saya yang patah dan retak, menguatkannya, menyembuhkan 
  luka-luka saya, dan mengangkat kuman-kuman penyakit yang ada di 
  tubuh saya." Saya mengulangi kata-kata tersebut sambil mengangkat 
  tangan.

  Tiba-tiba, saya merasakan sesuatu terjadi. Dimulai dari sekitar 
  tulang ekor saya -- kulit bagian luar merinding disertai rasa panas. 
  Terus melebar sampai ke dada dan paha. Ini berlangsung sekitar 10 --
  15 detik, sampai-sampai suatu saat saya merasa seperti terangkat 
  dari tempat tidur! Saya tidak merasakan sentuhan punggung saya 
  dengan alas tidur saya. Rasanya panas seperti berendam di "whirpool" 
  air panas! Semua rasa sakit pada tulang, otot, dan daging yang memar 
  hilang! Rasa jenuh, bosan, dan putus asa, hilang! Yang ada gembira, 
  sukacita, dan penuh semangat!

  Baru saya sadari bahwa itulah penyertaan Tuhan untuk saya. Sambil 
  menangis, saya mengucap syukur kepada Tuhan karena tidak 
  meninggalkan saya. Dia mengasihi saya. Itulah mukjizat yang pertama, 
  dan malam itu pun saya bisa tidur nyenyak. Keesokan harinya, 
  pagi-pagi saya sudah bangun dan setelah diseka (pengganti mandi), 
  saya merasa lapar. Telur rebus yang biasanya selalu saya tolak, pagi 
  itu saya lahap habis. Sarapan biasanya hanya dua sendok, pagi itu 
  habis setengah porsi. Begitu juga makan siang dan makan malam, saya 
  bisa makan lebih banyak, termasuk buah-buahan. Hal ini merupakan hal 
  yang aneh, karena sebelumnya saya selalu merasa mual.

  Tanggal 5 Desember 2007, saya diperiksa di SGH dan ditangani Prof. 
  Tan Seang Beng, Direktur Departemen Bedah Orthopedi SGH. Di sana, 
  gambar hasil MRI saya dinilai jelek mutunya sehingga beliau tidak 
  dapat mengambil kesimpulan dan saya harus dirontgen ulang, dan 
  apabila hasil rontgen ulang masih meragukan, maka saya harus 
  mengulang MRI di SGH. Dari hasil rontgen ulang dan pemeriksaan 
  fisik, dokter Tan menyatakan bahwa yang saya alami adalah fraktur 
  tulang biasa dan itu pun hanya terjadi pada T12, sementara ruas 
  lainnya normal. Beliau mengatakan dengan tingkat keyakinan 95 persen 
  bahwa dalam waktu 3 bulan, tulang saya bisa pulih kembali dan 
  setelah 3 bulan, saya harus diperiksa ulang. Mengenai radang tulang, 
  beliau menyatakan tidak melihat hal tersebut, hasil rontgen saya 
  bersih. Lalu saya dirujuk ke dokter ahli penyakit infeksi.

  Tanggal 7 Desember 2007, saya diperiksa dokter ahli penyakit infeksi 
  (Dr. Asok Kurup). Semua hasil MRI dan rontgen diperiksa ulang. 
  Lagi-lagi beliau menyatakan tidak melihat adanya radang tulang apa 
  pun dan beliau menyatakan agar obat anti-TBC yang saya konsumsi 
  dihentikan. Saya masih penasaran dan menanyakan apakah masih ada 
  cara lain yang lebih meyakinkan? Beliau menyebutkan: periksa darah 
  lengkap termasuk TB Serology Quantiferon dan pemeriksaan cairan 
  tulang belakang. Pemeriksaan cairan tulang belakang tidak disarankan 
  karena beliau sudah yakin dari gambar rontgen. Karena ingin lebih 
  yakin, maka saya menjalani tes darah lengkap. Lima hari kemudian, 
  Dr. Asok Kurup mengirim email dan menyatakan bahwa tes TB Serology 
  Quantiferon atas darah saya hasilnya ... negatif! Dari batas >, 0,35 
  IU/ml, darah saya hanya 0,12 IU/ml. Artinya, saya tidak menderita 
  TBC tulang! Tuhan telah mengangkat apa yang dikatakan oleh dokter 
  tulang sebagai radang TBC tulang. Dengan demikian, saya bisa 
  menghentikan pengobatan anti-TBC dan tidak perlu operasi tulang 
  belakang.

  Keraguan atas penyertaan dan pertolongan Tuhan merupakan tanda bahwa 
  kita kurang memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Ini harus 
  diperbaiki. Ingatlah akan Imanuel, sungguh benar bahwa Tuhan kita 
  tidak pernah meninggalkan kita, ini sesuai dengan janji-Nya: "Aku 
  akan menyertai kamu sampai kepada akhir zaman." Mukjizat Tuhan itu 
  nyata. Pertolongan Tuhan bagi anak-anak-Nya adalah pasti. Yang perlu 
  kita lakukan hanyalah percaya dan tetap berserah kepadanya. Allah 
  memiliki waktunya sendiri.

  Kiriman dari: Frigard Harjono <frigard(at)>
______________________________________________________________________

  "Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa supaya
  menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya."
  (Yohanes 1:12)
  < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yohanes+1:12 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Doakan Frigard Harjono beserta keluarga, agar Tuhan senantiasa
     memberikan kemampuan dan hikmat untuk mengenal Kristus lebih
     lagi.

  2. Berdoa juga untuk setiap orang percaya yang saat ini sedang
     bimbang dan meragukan pertolongan Tuhan, agar Tuhan menjamah
     hidup mereka sehingga mereka memiliki kekuatan dan tetap
     berpengharapan di dalam Tuhan.

  3. Mengucap syukur atas setiap penyertaan dan pemeliharaan Tuhan
     atas hidup setiap orang percaya, meskipun sedang dalam masa-masa
     sulit. Mengucap syukur karena kita memiliki Allah yang baik,
     Allah yang tidak pernah meninggalkan kita, dan Allah yang selalu
     peduli terhadap kehidupan anak-anak-Nya.
______________________________________________________________________

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2009 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________

Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Kontak: < kisah(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org >
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org