Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/101

KISAH edisi 101 (18-12-2008)

Ucapan Syukur Edisi KISAH ke-100

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________

                      Edisi 101, 18 Desember 2008

PENGANTAR

  Puji Tuhan! Pada masa Natal yang penuh dengan sukacita ini, 
  Publikasi KISAH telah menembus edisi yang ke-100, yang terbit pada 
  Senin, 8 Desember 2008 yang lalu. Kami percaya semua itu hanyalah 
  karena anugerah dan penyertaan Tuhan semata -- Ia yang memberikan 
  hikmat akan terus mengizinkan publikasi ini menjadi berkat yang 
  menguatkan iman para Pembaca sekalian. Oleh karena itu, sebagai 
  ungkapan rasa syukur, dalam edisi kali ini, segenap redaksi yang 
  pernah terlibat dalam penyusunan KISAH memberikan Kesan dan Harapan 
  dari Balik Layar. Kami berharap sajian tersebut menjadi berkat bagi 
  Pembaca, sekaligus mengajak Pembaca untuk bersama-sama berdoa demi 
  mendukung pekerjaan Tuhan melalui publikasi KISAH.

  Bersama dengan itu, kami juga telah menyajikan kesaksian Natal yang
  akan membawa kita kepada keindahan Natal yang sesungguhnya, yaitu
  saling berbagi kasih, seperti Kristus telah mengasihi kita terlebih
  dahulu dengan datang ke dunia, mengosongkan diri-Nya, dan mengambil
  rupa seorang hamba. Akhir kata, kami ucapkan selamat menyimak.
  Kiranya melalui edisi ini, damai Natal menghangatkan hati dan
  kembali mengingatkan setiap orang akan hadiah terindah yang telah
  diberikan oleh Allah.

  Redaksi Tamu KISAH,
  Yohanna Prita Amelia
______________________________________________________________________
DARI REDAKSI

  Banyak cerita yang Tuhan izinkan terjadi di balik layar publikasi 
  KISAH. Salah satunya adalah dalam proses penyusunan edisi. 
  Edisi-edisi KISAH pernah dikerjakan oleh beberapa redaksi tamu 
  (bukan redaksi tetap publikasi KISAH). Oleh karena itu, dalam edisi 
  khusus kali ini, setiap redaksi tamu ingin membagikan cerita mereka 
  masing-masing. Kesemuanya itu dapat Anda lihat melalui sajian 
  berikut ini. Kiranya menjadi berkat pula bagi Pembaca terkasih.

                   KESAN DAN HARAPAN DARI BALIK LAYAR

  Dari: Evie Wisnubroto
  >Selama mempersiapkan bahan-bahan untuk edisi-edisi KISAH, saya
  >menemukan bahwa Tuhan sungguh ingin nama-Nya selalu dimuliakan
  >melalui kesaksian hidup anak-anak-Nya. Di tengah penderitaan
  >seberat apa pun, kasih-Nya masih lebih besar dari semua kesulitan
  >tersebut. Ia memampukan kita menanggung "salib" yang Ia izinkan
  >kita pikul. Melalui edisi-edisi KISAH, saya berharap kisah kasih
  >antara kita dan Bapa semakin diwartakan sehingga banyak orang juga
  >merasakan indahnya hidup seseorang yang mengalami kasih-Nya. Amin!

  Dari: Dian Pradana
  >Ada kata-kata bijak yang mengatakan, "Jalani hidupmu dengan hati.
  >Bagikan apa yang kau miliki dari hatimu. Dan kisah hidupmu akan
  >menyentuh dan memulihkan banyak jiwa." Menyentuh dan memulihkan
  >jiwa, itulah yang saya dapat saat sempat beberapa kali mengerjakan
  >edisi KISAH. Menyusun sambil membaca kisah hidup orang-orang
  >Kristen yang menjalani hidup mereka dengan hati yang berserah penuh
  >kepada Yesus, benar-benar menyentuh hati, dan terkadang bahkan
  >memulihkan. Saya yakin, bukan hanya saya saja yang merasakan hal
  >itu, namun semua yang membacanya. Angka 100 memang angka spesial
  >dan patut dirayakan, dan saya harap angka ini dapat menjadi
  >pendorong bagi publikasi KISAH untuk terus menghadirkan kisah-kisah
  >hidup yang menyentuh dan memulihkan banyak jiwa.

  Dari: Yohanna Prita Amelia
  >Saya benar-benar bersyukur boleh ikut menjadi bagian dari KISAH dan
  >mengerjakan beberapa edisi sebelumnya. Menyusun KISAH berbeda
  >dengan publikasi-publikasi yang selama ini saya susun, karena KISAH
  >berisi kesaksian nyata dari hamba-hamba Tuhan maupun mereka yang
  >merasakan jamahan kuasa Tuhan atas hidup mereka.
  >Kesaksian-kesaksian ini telah menguatkan dan memberkati, tidak
  >hanya saya, namun juga beberapa teman yang kebetulan ikut saya
  >bagikan kesaksian tersebut. Saya yakin KISAH juga telah memberkati
  >lebih banyak orang lagi melalui jaringan internet. Harapan saya,
  >semoga KISAH akan memiliki jaringan yang semakin luas, supaya lebih
  >banyak lagi yang bisa diberkati melalui KISAH.

  Dari: Sri Setyawati
  >Menyusun KISAH itu susah-susah gampang. Karena memerlukan
  >kecermatan dalam mencari bahan yang sesuai dengan tema dan KISAH
  >yang benar-benar menggetarkan jiwa dan membangun iman. Tapi di sisi
  >lain juga menyenangkan, karena selagi saya mencari bahan, saya bisa
  >mendapat penguatan. Selamat untuk KISAH yang sudah melewati edisi
  >ke-100. Harapan saya, KISAH terus bercahaya mewarnai hati pembaca
  >dan semakin memberkati kami. GBK!

  Dari: Christiana Ratri Yuliani
  >Saat menjadi redaksi tamu KISAH, sepertinya gampang saja mencari
  >artikel kesaksian tentang topik tertentu, tapi ternyata tidak semua
  >kesaksian bisa dipasang karena ada kriteria tertentu yang harus
  >dipenuhi. Jadi kesannya, biarpun hanya cari satu artikel, tapi
  >harus bisa menyentuh hati pembaca dan membangkitkan semangat
  >mereka. Saya harap edisi-edisi KISAH berikutnya tetap bisa
  >menyajikan kesaksian-kesaksian yang menyemangati, mampu
  >membangkitkan harapan mereka yang putus asa, dan semakin banyak
  >jiwa yang terberkati. Biarlah nama Tuhan terus dimuliakan melalui
  >publikasi KISAH.

  Dari: Novita Yuniarti
  >Diberkati untuk menjadi berkat. Mungkin ini merupakan salah satu
  >hal yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang percaya. Publikasi
  >KISAH sejauh ini telah mencoba untuk membagikan berkat melalui
  >kesaksian dari saudara-saudara seiman kita -- kesaksian yang telah
  >menguatkan dan memberkati banyak orang-orang percaya. Harapan kami
  >semoga kesaksian yang telah kami sajikan dapat menjadi berkat bagi
  >Anda semua dan Anda juga dapat menjadi saluran berkat dengan
  >menceritakan apa yang telah Anda dapatkan bagi orang-orang di
  >sekitar Anda. Tuhan memberkati.

  Dari: Kristina Dwi Lestari
  >Mempersiapkan pengerjaan publikasi KISAH menjadi pengalaman
  >tersendiri dari saya, meskipun hanya sebentar. Waktu itu, saya
  >menyiapkan kesaksian pertobatan dan misi. Tokoh yang bersaksi
  >sangat memberikan pelajaran bagi saya pribadi. Dari sini, saya bisa
  >belajar satu hal, bahwa semua orang pernah gagal, mengalami
  >pergumulan hidup yang berat, dan hampir lari dari Tuhan. Meskipun
  >demikian, kasih Allah senantiasa hadir kepada orang-orang yang Dia
  >kasihi. Hanya dibutuhkan kepercayaan. Percaya bahwa Allah bekerja
  >melampaui akal pikir manusia. Mereka pun dapat bangkit dari
  >permasalahannya dan bisa berdiri lagi untuk memberi diri bagi Dia.
  >Kiranya publikasi KISAH semakin melengkapi hati kita dengan
  >sentuhan kesaksian yang memberkati.
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                           SEMUA KEBAGIAN

  Beberapa tahun lalu, nenek saya menceritakan sebuah kisah tentang
  masa lalunya yang selalu saya ingat ketika hendak memberikan hadiah,
  terutama saat Natal. Saya ingat duduk di pangkuannya saat mata kecil
  dan gelap Sue Belle Johnson, nenek saya, menjelaskan betapa tak lama
  setelah pergantian abad, di tempat-tempat yang jauh dan terpencil di
  seluruh Amerika Serikat dan segala penjuru dunia, para misionaris
  dan keluarganya harus bekerja keras, terpisah dari keluarga, dan
  terisolasi dalam usaha mereka memberitakan Injil kepada orang-orang
  yang mungkin sebagian besar dari kita tidak akan pernah tahu atau
  lihat.

  Mungkin perasaan terisolasi dan kesendirian mereka akan lebih terasa
  lagi saat Natal tiba. Untuk mengingat mereka pada hari Natal,
  tradisi pada masa itu adalah gereja-gereja mengirimkan apa yang
  disebut sebagai "kotak misionaris" kepada para misionaris di
  daerah-daerah terpencil.

  Para misionaris dan istri beserta keluarga mereka akan membuat
  daftar hal-hal yang mereka inginkan untuk Natal. Bisa berupa
  pakaian, mainan, mungkin buku-buku atau perlengkapan rumah, atau apa
  saja yang benar-benar mereka butuhkan, tetapi tidak mampu mereka
  beli atau memang tidak dapat ditemukan. Daftar tersebut juga memuat
  usia setiap anak dan ukuran pakaian mereka.

  Setelah selesai, daftar tersebut dikirim ke organisasi misionaris
  yang mensponsori mereka. Kemudian organisasi tersebut akan
  mengirimkan daftar tersebut ke sebuah gereja di mana jemaatnya
  kemudian akan berusaha untuk memenuhi daftar permintaan tersebut.

  Gereja nenek saya yang ada di Hattiesburg, Mississippi, adalah salah
  satu gereja yang menerima daftar natal semacam itu. Suatu kali,
  daftar tersebut datang dari sebuah keluarga misionaris yang tinggal
  di daerah yang saat itu disebut Teritori Indian (daerah tempat
  tinggal orang Indian). Banyak perempuan yang tergabung dalam Kaum
  Ibu di gereja nenek yang memandang tugas untuk memilih sebuah barang
  dan membelikannya atau menyumbang uang, sebagai tugas kudus.

  Pada hari yang ditentukan, semua barang yang diminta dibawa ke
  gereja, dan para ibu itu pun mulai memeriksa barang yang ada untuk
  dibandingkan dengan daftar, kemudian membungkus barang-barang
  tersebut dan memasukkan semuanya ke dalam sebuah kotak kayu yang
  besar. Kotak tersebut nantinya akan dikirimkan agar tiba di rumah
  sang misionaris, tepat saat Natal.

  Tetapi, tidak semua orang di gereja nenek ikut bekerja sama.
  Sementara para kaum ibu menyiapkan kotak sang misionaris, salah
  seorang jemaat -- seorang ibu yang dikenal kaya -- masuk ke ruangan
  tersebut sambil membawa sebuah jas. "Saya membawakan jas bekas milik
  suami saya untuk diberikan kepada kalian," ujarnya santai. "Saya
  akan membelikan jas yang baru untuk suami saya."

  Nenek gusar. Ia tidak berkata apa-apa, tetapi pikirannya terus
  berkecamuk. Mereka semua telah berusaha keras untuk memenuhi daftar
  tersebut, bahkan sebagian dari mereka telah berkorban. Tetapi, ibu
  ini malah datang dengan segala kesombongannya. "Saya sangat kaya
  sehingga saya dapat membeli jas yang baru."

  Semakin nenek memikirkan kesombongan ibu tersebut, semakin gusarlah
  perasaannya. Ibu itu "membersihkan" dirinya dari sesuatu yang
  menurutnya sudah tidak berguna, pikir nenek. Sikap natal macam apa
  itu? Amarah nenek bangkit terhadap jas dan ibu tersebut.

  Keluarga misionaris tersebut tidak memasukkan jas dalam daftar
  mereka, dan para ibu pun tidak berniat memasukkan jas tersebut ke
  dalam kotak. Tetapi, sekalipun semua barang yang diminta telah
  dimasukkan, masih ada ruang kosong dalam kotak tersebut.

  "Yah," ujar salah satu ibu, "kita masukkan saja jas ini. Dengan
  demikian, semua barang akan tersusun rapi dan tidak terlempar ke
  sana kemari yang dapat membuatnya pecah."

  Jadi, mereka pun melipat jas tersebut, memasukkannya, dan menutup
  kotak. Kemudian mereka mengirimkan kotak tersebut kepada keluarga
  misionaris di Teritori Indian.

  Beberapa minggu berlalu. Natal pun datang dan pergi. Kemudian,
  sebuah surat tiba di gereja. Itu adalah surat ucapan terima kasih
  dari keluarga misionaris yang ditulis oleh istri sang misionaris.
  "Teman-teman sekalian yang baik," ia memulai surat tersebut, "kami
  ingin berterima kasih atas kotak yang Anda kirim."

  Kemudian istri misionaris itu menceritakan bagaimana ia dan suami
  beserta ketiga anaknya datang ke stasiun kereta untuk mengambil
  kotak tersebut, membawanya pulang, dan meletakkannya dengan posisi
  berdiri di tengah ruang keluarga di pondokan mereka yang kecil,
  sambil menantikan Natal. Anak-anak begitu bersemangat sehingga
  mereka menari-nari mengelilingi kotak tersebut, penuh pengharapan.

  Kemudian, sehari sebelum Natal, badai salju datang. Badai tersebut
  semakin besar, dengan salju yang begitu tebal dan angin yang sangat
  menakutkan sehingga di luar terlihat seperti lautan putih. Beberapa
  saat sebelum makan malam, dalam badai, tiba-tiba ada orang yang
  menggedor pintu depan. Dan, saat sang misionaris membuka pintu untuk
  melihat siapa yang menggedor pintu, nampaklah seorang pria tua
  beruban yang menggigil karena suhu yang dingin. Tubuhnya penuh
  salju.

  "Saya tersesat," ucap pria tersebut. "Dapatkah saya masuk sejenak?"

  Sang misionaris pun menjawab, "Tentu saja. Masuklah!"

  Setelah makan malam, sudah hampir tidak mungkin untuk menahan
  keinginan anak-anak membuka kotak tersebut. Tetapi, ibu mereka
  berhasil menidurkan mereka, menerangkan bahwa mereka harus menunggu
  lebih lama lagi, karena tidaklah sopan untuk membuka kotak,
  mengeluarkan semua hadiah, dan membagikannya selagi pria tua
  tersebut masih ada di rumah mereka. "Tidak ada hadiah untuknya,"
  ujar Ibu, "Kotak tersebut hanya berisi barang-barang yang kita
  minta. Kita harus menunggu sampai bapak itu pergi."

  Pagi harinya, Natal. Keluarga tersebut bangun dan menyadari bahwa
  badai belum mereda. Angin masih bertiup sama kencangnya dengan tadi
  malam. Ibu menyiapkan sarapan untuk setiap orang. Dan, setelah
  sarapan, mereka menanti-nanti badai berhenti agar pria tua tersebut
  dapat melanjutkan perjalanannya dan mereka pun dapat membuka kotak.

  Hari telah siang, tetapi badai tak kunjung reda. Anak-anak sudah
  tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Jadi, sang misionaris dan
  istrinya menerangkan kepada sang pria tua bahwa kotak tersebut
  telah disiapkan beberapa minggu sebelumnya dan berisi hadiah-hadiah
  natal yang hanya ditujukan bagi keluarga mereka. Sang misionaris dan
  istrinya meminta maaf sedalam-dalamnya. Dan, setelah sang pria tua
  berkata bahwa ia mengerti, sang misionaris pun membalik kotak
  tersebut dan mulai membuka bagian atasnya.

  Keluarga tersebut pun mulai mengeluarkan satu persatu
  bingkisan-bingkisan yang mereka pinta sesuai daftar natal. Setiap
  bingkisan telah diberi tanda, jadi mereka tahu milik siapa bingkisan
  tersebut. Setiap orang sangat senang. Pakaian-pakaian, mainan, semua
  tepat sesuai permintaan setiap anggota keluarga. Semua sangat senang
  dan gembira, sementara sang pria tua hanya duduk dan memerhatikan.

  Akhirnya mereka sampai ke bagian bawah kotak. Di situ, tepat di
  ujung paling bawah kotak, yang berada di paling atas saat para ibu
  menyiapkannya, terdapat sebuah barang yang tidak dikenali keluarga
  tersebut. Itu adalah barang yang tidak mereka minta. Ketika sang
  misionaris memasukkan tangannya dan mengeluarkan barang tersebut, ia
  tahu bahwa itu adalah sebuah jas pria. Ia mengangkatnya. Sepertinya
  ukuran jas tersebut cocok untuk sang pria tua. "Cobalah!" Sang pria
  tua mengambil jas tersebut dan mengenakannya. Ukurannya sangat
  tepat. "Jas ini pasti memang untuk Anda," ujar sang misionaris
  sambil tersenyum.

  "Bagaimana Anda semua bisa tahu?" sang istri misionaris mengakhiri
  suratnya, "bahwa kami akan memerlukan sebuah jas pria untuk Natal?
  Terima kasih banyak!"

  Pada saat nenek selesai membaca surat tersebut, ia berkata dirinya
  hampir pingsan dalam kekaguman. Jas terbuang yang memerlukan pemilik
  baru telah menemukannya. Seorang pria tua yang memerlukan jas
  penghangat telah memerolehnya. Sebuah keluarga yang telah menerima
  seseorang yang tersesat dan membutuhkan hadiah khusus telah
  disediakan. Semua itu terlalu dahsyat. Tuhan telah mewujudkan sebuah
  mukjizat melalui sebuah hadiah yang nenek kira tidak berharga.

  Setelah usai bercerita, nenek menggenggam tangan saya dan berkata,
  "Hari itu nenek belajar bahwa nenek telah salah, dan nenek tidak
  boleh meremehkan sebuah hadiah yang dapat digunakan Tuhan."

  Saat Natal kembali menjelang, saya mengingat kembali kisah nenek.
  Saat saya memilih hadiah-hadiah untuk diberikan pada Natal kali ini,
  saya berharap bahwa hadiah-hadiah tersebut akan membuat para
  penerimanya bahagia dan saya bangga memberikannya. Tetapi, lebih
  dari semua itu, saya berdoa agar apa pun hadiah tersebut, bagi siapa
  pun hadiah tersebut, ia akan benar-benar menjadi hadiah yang dapat
  dipakai oleh Tuhan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Guideposts bagi Jiwa: Kisah-Kisah Iman Natal
  Judul asli buku: Guideposts for The Spirit: Christmas Stories of
                   Faith
  Penulis: Jacqueline Hewitt Allen
  Penerjemah: Mary N. Rondonuwu
  Penerbit: Gospel Press, Batam 2006
  Halaman: 18 -- 26
______________________________________________________________________
"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan,
di kota Daud." (Lukas 2:11)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=Lukas+2:11 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Berdoalah supaya kiranya damai natal menyentuh hati setiap orang
     sehingga mereka dapat memiliki hadiah yang sesungguhnya dari
     Allah, yaitu keselamatan yang sejati dalam Yesus Kristus.

  2. Berdoalah bagi misionaris yang saat ini berada jauh dari
     keluarganya. Kiranya Tuhan memberikan penghiburan dan kehangatan
     natal di hati mereka masing-masing.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2008 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Redaksi Tamu: Yohanna Prita Amelia
Kontak: kisah(at)sabda.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org