Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/kisah/100

KISAH edisi 100 (9-12-2008)

Rasa Haus Bangsa Rusia Akan Kristus

 
____________PUBLIKASI KISAH (Kesaksian Cinta Kasih Allah)_____________

                      Edisi 100, 8 Desember 2008

PENGANTAR

  Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk menjadi berkat di mana 
  pun kita berada. Panggilan yang Tuhan berikan kepada kita pun tidak 
  sama satu dengan yang lain. Namun, apa pun panggilan pelayanan yang 
  Tuhan tawarkan, seharusnya kita tanggapi dengan baik. Saya percaya 
  Anda dan saya pasti memiliki kerinduan yang begitu besar untuk 
  menyenangkan hati Bapa, dan melibatkan diri dalam pelayanan 
  merupakan salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk 
  mewujudkannya.

  Melayani Tuhan tidak terbatas pada pelayanan di gereja, menjadi 
  pelayan Tuhan sepenuh waktu, pergi ke ladang misi di daerah-daerah 
  terpencil, dan sebagainya. Namun, segala aspek kehidupan bisa 
  menjadi ladang pelayanan kita. Yang terpenting kita melayani-Nya 
  dengan sepenuh hati dan ketulusan jiwa. Tidak menjadi masalah 
  sekalipun pelayanan kita dipandang remeh oleh orang lain. Paling 
  tidak kita bisa memberi "dampak" bagi orang-orang di sekitar kita. 
  Selain itu, kita tidak perlu menunggu menjadi orang besar yang 
  sukses untuk menjawab panggilan Tuhan.
  
  Kini, panggilan pelayanan kembali dinyatakan kepada Anda. Apakah 
  hati Anda terketuk untuk menjawabnya? Tuhan rindu setiap   
  anak-anak-Nya berkata: "Ya, Bapa, ini aku utuslah aku." Akhirnya, 
  kami mengajak Anda untuk terus maju dalam melayani Tuhan. Tuhan 
  Yesus memberkati!

  Redaksi Tamu KISAH,
  Sri Setyawati
______________________________________________________________________
KESAKSIAN

                  RASA HAUS BANGSA RUSIA AKAN KRISTUS
 
  Aku dilahirkan sebagai yatim piatu sejak tahun-tahun pertama 
  kelahiranku. Karena dibesarkan dalam suatu keluarga yang tak 
  mengenal agama, aku tidak pernah mendapat pendidikan agama sewaktu 
  kecil. Pada usia 14 tahun, aku telah menjadi seorang ateis yang 
  keras seperti orang-orang komunis saat ini. Inilah akibat dari masa 
  kecil yang pahit -- saat di mana aku sudah mengenal kemiskinan dalam 
  tahun-tahun yang sukar selama Perang Dunia I.

  Aku telah membaca buku-buku ateis, dan aku bukan hanya tidak percaya 
  akan adanya Tuhan dan Kristus, bahkan aku membenci pikiran-pikiran 
  semacam itu dan menganggapnya berbahaya bagi pikiran manusia. Jadi, 
  aku tumbuh dalam kepahitan terhadap agama.

  Namun kelak aku mengerti, oleh anugerah Allah, aku telah dipilih-Nya 
  untuk alasan-alasan yang tak dapat kumengerti.

  Walaupun aku seorang ateis, namun ada sesuatu yang tak masuk akal 
  yang selalu menarikku masuk dalam gereja. Sulit bagiku untuk 
  melewati sebuah gereja tanpa memasukinya. Namun, aku tidak pernah 
  mengerti apa yang sedang berlangsung di dalam gereja. Aku 
  mendengarkan semua khotbah, tapi semuanya tidak menarik hatiku.

  Aku punya gambaran bahwa Tuhan adalah seorang Tuan yang harus 
  kutaati. Aku membenci gambaran yang salah tentang Tuhan yang ada 
  dalam pikiranku ini. Namun, aku amat ingin mengetahui bahwa ada hati 
  yang penuh kasih yang berada di sebuah tempat di alam semesta ini, 
  entah di mana. Aku hanya memeroleh sedikit kasih sayang kala aku 
  masih kanak-kanak dan remaja. Karenanya, aku merindukan detakan 
  kasih sayang itu.

  Aku meyakinkan diriku bahwa Tuhan tidak ada, tetapi aku sedih karena 
  Tuhan yang penuh cinta kasih seperti yang kubutuhkan tidak ada. 
  Pernah, dalam keadaan konflik spiritual seperti itu, aku masuk ke 
  dalam sebuah gereja Katolik. Kulihat orang-orang sedang berdoa dan 
  mengucapkan sesuatu. Aku berpikir, aku akan berlutut dekat mereka 
  supaya dapat mendengar apa yang sedang mereka ucapkan dan mengulangi 
  doa itu untuk melihat apa yang akan terjadi.

  Mereka mengucapkan doa kepada perawan suci itu. "Salam Maria, penuh 
  rahmat." Aku mengulangi perkataan demi perkataan setelah mereka, 
  berulang kali. Kupandangi patung Bunda Maria itu, namun tak terjadi 
  sesuatu apa pun. Aku amat sedih sekali.

  Suatu hari, meski aku seorang ateis, aku berdoa kepada Tuhan. Doaku 
  seperti ini: "Tuhan, aku tahu pasti bahwa Kau tidak ada. Tapi bila 
  Engkau toh ada, yang merupakan sesuatu yang kutentang, maka bukanlah 
  kewajibanku untuk memercayai-Mu, melainkan Engkaulah yang harus 
  memperkenalkan diri-Mu kepadaku!"

  Aku seorang ateis, tapi ateisme tidak memberi kedamaian dalam 
  hatiku.

  Selama pergolakan batin ini, seorang tukang kayu tua di sebuah desa 
  di atas pegunungan Rumania berdoa seperti ini: "Tuhanku, aku telah 
  melayani-Mu di dunia ini. Maka aku ingin mendapat ganjaranku di bumi 
  ini, seperti kelak di surga! Dan upahku itu ialah agar aku tidak 
  mati sebelum membawa seorang Yahudi kepada Kristus, karena Yesus 
  adalah orang Yahudi. Tapi aku ini seorang yang miskin, sudah tua, 
  dan berpenyakitan. Aku tidak dapat pergi mencari orang Yahudi. Di 
  desaku ini tak ada orang Yahudi. Kirimlah oleh-Mu seorang Yahudi ke 
  desaku ini dan aku akan berusaha semampuku untuk membawanya kepada 
  Kristus."

  Sesuatu yang tak tertahankan mendorongku untuk pergi ke desa itu. 
  Aku tak memunyai alasan apa pun untuk pergi ke sana. Rumania 
  memunyai 12.000 desa seperti itu, tapi aku justru pergi ke desa yang 
  satu itu. Karena aku seorang Yahudi, tukang kayu tua itu menyambutku 
  seperti seorang pemuda menyambut gadis yang sangat dicintainya. Ia 
  melihat dalam diriku, jawaban atas doanya. Lalu ia memberiku sebuah 
  Kitab Suci untuk dibaca. Sebelumnya, aku telah acapkali membaca 
  Kitab Suci karena tertarik dari segi kebudayaan. Namun, Kitab Suci 
  yang ia berikan kepadaku hari itu, lain daripada biasanya.

  Seperti yang ia tuturkan kepadaku, ia bersama istrinya telah berdoa 
  berjam-jam untuk pertobatanku dan istriku. Kitab Suci yang 
  diberikannya kepadaku bukan hanya ditulis dengan huruf-huruf saja, 
  melainkan penuh kobaran nyala cinta yang terbakar oleh doa-doanya.

  Aku hampir tidak dapat membacanya, aku hanya bisa menangis di atas 
  Kitab Suci itu, membandingkan kehidupanku yang buruk dengan 
  kehidupan Yesus; kenajisanku dengan kebenaran-Nya; kebencianku 
  dengan kasih-Nya. Dan, Ia menerimaku menjadi salah satu milik-Nya.

  Tak lama kemudian, istriku pun turut bertobat. Ia mengajak banyak 
  orang kepada Kristus, dan mereka yang diajaknya itu, juga mengajak 
  yang lain lagi kepada Kristus. Dengan demikian, sebuah jemaat 
  Lutheran berdiri di negara Rumania.

  Kemudian datanglah masa pendudukan Nazi. Kami sangat menderita. Di 
  Rumania, kaum Nazi bertindak bagai diktator dari zaman pertengahan, 
  yang senantiasa menyiksa orang Protestan dan Yahudi.

  Sebelum aku dinobatkan secara resmi sebagai pendeta, dan sebelum aku 
  disiapkan melayani, aku merupakan pemimpin gereja ini, karena aku 
  yang mendirikannya. Aku bertanggung jawab atasnya. Aku dan istriku 
  sering ditangkap, dipukuli, dan digiring ke hadapan para hakim Nazi.

  Siksaan Nazi itu kejam sekali, tapi masih dianggap sebagai 
  "pendahuluan" dari siksaan kaum komunis. Kami terpaksa memberi nama 
  putra kami dengan nama Mihai -- nama yang tidak berbau Yahudi, agar 
  ia terhindar dari bahaya maut.

  Tapi, zaman Nazi itu merupakan suatu keuntungan yang besar pula. 
  Kami diajar bahwa siksaan badan itu dapat dipikul dan bahwa roh 
  manusia, dengan pertolongan Tuhan, dapat menahan siksaan yang 
  menakutkan. Kami juga belajar cara-cara kerja rahasia Kristen, yang 
  sangat berguna sekali sebagai persiapan menempuh jalan yang lebih 
  berat -- yang akan dialami dalam waktu dekat.

  Pelayananku kepada Orang-Orang Rusia

  Karena menyesal telah menjadi seorang ateis, maka sejak dari hari 
  pertobatanku, aku telah bertekad untuk memberi kesaksian pada 
  orang-orang Rusia. Sejak kecil, orang Rusia telah diajar dan dididik 
  tentang ateisme. Pada akhirnya, kerinduanku untuk menjangkau mereka 
  terpenuhi dan aku tidak perlu pergi ke Rusia untuk menjangkau 
  mereka.

  Hal itu terjadi pada masa pendudukan Nazi, ribuan tahanan Rusia 
  dibawa ke Rumania sehingga aku dapat berkhotbah pada mereka.

  Pekerjaanku di tengah-tengah mereka adalah pekerjaan yang sangat 
  mengharukan. Aku tak dapat melupakan pertemuan pertamaku dengan 
  seorang tahanan Rusia, seorang insinyur. Aku bertanya apakah ia 
  percaya pada Tuhan. Andai kata ia menjawab "tidak", maka jawabannya 
  itu tidak akan mengherankan aku. Adalah hak bagi setiap orang untuk 
  percaya atau tidak percaya. Tapi, ketika aku bertanya apakah ia 
  percaya pada Tuhan, ia memandang padaku dengan bingung dan berkata, 
  "Aku tak mendapat perintah untuk percaya. Jika aku diperintahkan, 
  aku akan percaya."

  Air mata mengalir di pipiku. Aku merasakan hatiku terkoyak. Di sini, 
  berdiri di hadapanku, seorang yang pikirannya telah mati, seorang 
  manusia yang telah kehilangan anugerah tertinggi yang diberikan oleh 
  Tuhan kepada umat manusia -- kepribadiannya. Ia telah menjadi alat 
  yang telah dicuci otak di tangan orang komunis, siap percaya atau 
  tidak percaya berdasarkan suatu perintah. Ia tidak dapat lagi 
  berpikir sendiri.

  Seperti inilah tipikal seorang Rusia setelah mengalami tahun-tahun 
  di bawah komunisme! Setelah terkejut melihat apa yang telah 
  dilakukan oleh komunisme terhadap umat manusia, aku berjanji kepada 
  Allah untuk mengabdikan hidupku bagi orang-orang ini untuk 
  mengembalikan kepribadiannya dan memberinya iman kepada Tuhan dan 
  Kristus.

  Aku tidak perlu pergi ke Rusia untuk menjangkau orang Rusia. Mulai 
  tanggal 23 Agustus 1944, satu juta pasukan Rusia masuk Rumania, dan 
  segera setelah ini, komunis berkuasa di negara kami. Mulailah mimpi 
  buruk yang mengakibatkan penderitaan di bawah kekuasaan Nazi.

  Pada saat itu di Rumania, yang sekarang berpenduduk sekitar 24 juta 
  jiwa, Partai Komunis hanya memiliki sepuluh ribu anggota. Namun, 
  Vishinsky, Sekretaris Luar Negeri Uni Soviet, masuk dalam kantor 
  raja kami tercinta, Raja Michael I, memukul meja dan berkata, "Anda 
  harus menunjuk orang komunis dalam pemerintahan."

  Tentara dan polisi kami dilucuti, dan akhirnya komunis berkuasa 
  dengan cara kekerasan, mereka dibenci hampir semua orang. Hal itu 
  terjadi bukannya tanpa adanya kerjasama para Amerika dan Inggris 
  saat itu.

  Manusia bertanggung jawab di hadapan Allah bukan hanya karena 
  dosa-dosa pribadi mereka, namun juga karena dosa-dosa bangsa mereka. 
  Tragedi yang terjadi dalam semua bangsa-bangsa tawanan merupakan 
  tanggung jawab hati umat Kristen Amerika dan Inggris. Orang Amerika 
  harus tahu bahwa mereka telah membantu Rusia tanpa disadari 
  menerapkan rezim pembunuhan dan teror atas kami. Sebagai bagian dari 
  Tubuh Kristus, orang Amerika harus memerbaiki hal ini dengan 
  membantu orang-orang tertawan supaya datang kepada terang Kristus.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Berkorban Demi Kristus
  Judul asli buku: Tortured for Christ
  Penulis: Richard Wurmbrand
  Penerbit: Yayasan Kasih Dalam Perbuatan, Surabaya 2002
  Halaman: 9 -- 13
______________________________________________________________________
"Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita 
untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu 
mengikuti jejak-Nya." (1 Petrus 2:21)
< http://sabdaweb.sabda.org/?p=1Petrus+2:21 >
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Bersyukur kepada Tuhan Yesus yang memanggil kita untuk 
     melayani-Nya. Doakan supaya umat pilihan Tuhan tergerak untuk 
     memenuhi panggilan itu ke mana pun Tuhan mengutus.

  2. Dukunglah dalam doa agar umat Kristen tidak puas dengan hanya 
     menjadi jemaat, namun justru hati mereka senantiasa rindu untuk 
     melayani Tuhan.

  3. Berdoalah agar orang-orang yang belum pernah mendengar tentang 
     Injil maupun yang sudah pernah tapi tidak meresponi, dilembutkan 
     hatinya untuk menerima jamahan Tuhan dan bertobat.
  
  4. Doakanlah agar Tuhan semakin menambahkan orang-orang yang rindu 
     melayani di ladang misi sehingga melalui mereka, banyak jiwa 
     dimenangkan.
______________________________________________________________________
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) 2008 YLSA
YLSA -- http://www.ylsa.org/
http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Redaksi Tamu: Sri Setyawati
Kontak: kisah(at)sabda.org
Berlangganan: subscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-kisah(at)hub.xc.org
Arsip KISAH: http://www.sabda.org/publikasi/Kisah/
Situs KEKAL: http://kekal.sabda.org/
______________________________________________________________________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org