Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/182

e-Wanita edisi 182 (18-10-2018)

Dibentuk oleh Firman

e-Wanita -- Edisi 182/Oktober 2018
 
Dibentuk oleh Firman
e-Wanita -- Edisi 182/Oktober 2018
 
e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Dalam perjalanan kita menjadi seorang murid, kita akan dihadapkan dengan berbagai pilihan yang akan menentukan “cetakan” kita. Masihkah kita hidup seturut dengan dunia? Ataukah, kita menjadi ciptaan baru karena Kristus telah tinggal dalam kita, dan kita tinggal dalam Dia? Sebuah nasihat yang sangat indah dari Rasul Paulus dalam Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini ....” Ya, sebagai murid Kristus, kita harus menjadi pribadi yang tidak serupa dengan dunia. Dunia menawarkan kebahagiaan yang menggoda mata dan iman kita, tetapi Kristus menawarkan hidup kekal dan persekutuan yang kudus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Siapkah kita menjalani hari-hari kita sebagai ciptaan baru? Marilah kita terus mendekat dan mengenal Allah sehingga hidup kita akan terus diperbarui oleh Roh Kudus. Soli Deo gloria!

Amidya

Redaksi Tamu e-Wanita,
Amidya

 

DUNIA WANITA Apa yang Membentuk Anda?

Akhir-akhir ini, ada suatu bagian di department store yang disebut shapewear. Bagian itu terdapat baik pada pakaian untuk wanita maupun pria. Toko-toko ini memberi harapan kepada perhatian kita mengenai bentuk tubuh kita dan kesediaan kita untuk membeli pakaian yang menjanjikan akan memberi kita bentuk tubuh yang kita inginkan.

Namun, ketika kita membaca surat Paulus kepada gereja di Roma, kita menemukan bahwa bukanlah yang membentuk tubuh kita yang paling dia pedulikan. Dia lebih memperhatikan pada apa yang membentuk perspektif kita, prioritas kita, usaha kita, dan pendapat kita. Dia menulis:

Roma

“Janganlah menjadi sama dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan apa yang menjadi kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.” (Roma 12:2, AYT)

Kata-katanya mendorong kita untuk bertanya kepada diri sendiri: Kekuatan eksternal apa yang membentuk dialog internal saya tentang apa yang penting? Apa yang mendorong saya untuk membuat pilihan tentang bagaimana saya menghabiskan uang, waktu, dan energi saya? Apakah saya cukup sadar untuk mengetahuinya?

Sejak kita dilahirkan ke dunia ini, dunia telah bekerja untuk menekan kita ke dalam cetakannya.

Tentu saja, kita tidak suka menganggap diri kita sebagai orang yang sedemikian mudah dipengaruhi. Kita suka berpikir bahwa kita mandiri dalam pemikiran kita. Namun sebenarnya, kita adalah produk lingkungan yang kita tinggali sehingga kita sering tidak mengenali apa yang sedang ditekankan kepada kita. Atau, mungkin kita tidak merasakan tekanan karena kita hanya mengikuti hal itu. Akan tetapi, itu tidak masuk akal bagi Paulus, karena kehidupan orang-orang yang telah dipanggil dan dimuliakan dan ditetapkan harusnya adalah menjadi serupa dengan citra Anak-Nya, bukan untuk menyesuaikan diri dengan dunia ini.

Alih-alih menjadi sama dengan dunia, Paulus memerintahkan kita untuk diubah. Ada kontras di sini antara sesuatu yang mendesak kita dari luar yang menyebabkan kita menyerupai (dunia) dan sesuatu yang terjadi di dalam yang menyebabkan kita diubahkan. Di mana itu terjadi? Dalam pikiran kita. Dan, apa yang terjadi dalam pikiran kita? Itu sedang diperbarui. Ada proyek renovasi yang sedang berlangsung.

Hati yang Gembira

Apakah Anda pernah merenovasi sesuatu? Kata yang digunakan oleh Paulus untuk “pembaruan” pikiran kita secara harfiah berarti “merenovasi” –– untuk mengeluarkan yang lama dan memasukkan yang baru. Yang melakukan pekerjaan renovasi adalah Roh Kudus. Akan tetapi, ada sesuatu yang harus kita lakukan di sini. Alat yang digunakan Roh Kudus adalah firman. Ini berarti kita harus membawa diri kita di bawah pengaruh firman.

Dalam bukunya, Growing Your Faith, almarhum Jerry Bridges menjelaskan proses ini sama seperti apa yang kita katakan kepada anak laki-laki kita saat dia pulang dari bermain di tumpukan kotoran: “Pergilah mandi!” Sabun dan air yang akan membasuh keringat dan kotoran. Akan tetapi, Tommy harus membawa dirinya ke dalam tindakan pembersihan supaya bersih. Jadi, kita katakan kepadanya, “Pergilah mandi!”

Demikian juga, ketika Paulus berkata kepada kita: “berubahlah oleh pembaruan akal budimu,” dia menginstruksikan kita untuk membawa diri kita di bawah pengaruh transformasi firman Allah. Saat firman Tuhan menguasai kita, Roh akan menggunakannya untuk menyelesaikan pekerjaan pembersihan, pembaruan, dan renovasi dalam pikiran kita. Kita akan mulai berpikir dengan benar. Pikiran kita akan semakin dekat dengan pikiran Allah. Cara kita menilai hal-hal akan diselaraskan lebih dekat dengan cara Allah menilai sesuatu. Dengan demikian, kita akan lebih mampu untuk mengetahui apa yang Allah inginkan.

Kita tidak perlu menunggu beberapa firman Allah tambahan dari Alkitab dan yang supernatural untuk diucapkan ke dalam pikiran bawah sadar kita demi mengetahui apa yang harus dilakukan. Kita akan bisa memilah tindakan bijak. Allah tidak memutuskan untuk kita dan kemudian mengirimkan keputusan-Nya kepada kita. Seperti ayah yang baik, Dia mengajari kita untuk mengetahui apa yang baik dan dapat diterima dan sempurna. Bagaimana? Dia memperbarui pikiran kita saat kita berada di bawah firman-Nya. Dia memberi kita pikiran Kristus.

Quote Billy Graham

Dunia di sekitar kita mencoba untuk menekan kita ke dalam cetakannya yang sangat individualis. Akan tetapi, firman Tuhan mengubah kita menjadi orang-orang yang identitasnya sekarang menjadi seorang hamba bagi Yesus Kristus dan tidak lagi menjadi budak kemandirian kita sendiri atau pemenuhan diri sendiri.

Dunia di sekitar kita mencoba untuk menekan kita ke dalam cetakan konsumennya. Periklanannya berusaha meyakinkan kita bahwa kita tidak akan puas tanpa apa pun yang dijual. Akan tetapi, firman Tuhan mengubah kita menjadi orang-orang yang dapat berkata, “Aku tahu apa artinya kekurangan, dan aku juga tahu apa artinya kelimpahan. Dalam segala dan setiap keadaan, aku telah belajar rahasia hidup berkecukupan, apakah dengan kenyang atau lapar, apakah hidup banyak uang atau tidak punya uang. Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:12-13, AYT)

Dunia di sekitar kita mencoba untuk menekan kita ke dalam cetakan pemikirannya bahwa tujuan hidup ini adalah kenyamanan dan keamanan. Akan tetapi, firman Tuhan memperbarui pikiran kita sehingga kita memiliki aspirasi yang sangat berbeda dari sekadar kehidupan yang nyaman dengan masa pensiun yang nyaman. Kita ingin mencurahkan diri kita untuk Injil sampai kita mati. Kita sangat percaya bahwa Bapa surgawi memperhatikan kita dan memberikan masa depan bagi kita di mana kita akan mendapatkan segalanya, kita tidak begitu khawatir kehilangan di sini. Kita terus maju kepada tujuan untuk mendapatkan hadiah, yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.

Dunia di sekitar kita berusaha untuk menekan kita ke dalam cetakannya. Dan, kita hanya bisa mengalah. Kita bisa dibentuk oleh dunia di sekitar kita. Namun, kita tidak harus menjadi seperti itu. Kita bisa menolak. Kita bisa dibentuk oleh firman Tuhan. Saat kita menerimanya, pikirkanlah dan jalanilah, itu akan mengubah kita dengan cara yang mendalam dan menyenangkan. Kita akan semakin tahu bagaimana menjalani hidup di dunia sekitar kita. (t/Jing-Jing)

Download Audio
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Ligonier Ministries
Alamat situs : http://www.ligonier.org/learn/articles/what-shaping-you/
Judul asli artikel : What Is Shaping You?
Penulis artikel : Nancy Guthrie
Tanggal akses : 15 Juni 2017
 

POTRET WANITA Batsyeba

Batsyeba, istri Daud (memerintah c. 1005-965 SM) dan ibu dari Salomo (memerintah c. 968-928 SM), ditampilkan dalam setiap peranan ini dalam satu urutan narasi utama dalam cerita Daud, dan dia dicirikan cukup berbeda dalam masing-masing peranan.

Batsyeba

Tulisan dalam 2 Samuel 11-12 tentang bagaimana Batsyeba menjadi menjadi istri Daud memberikan kejelasan bahwa keadaan tersebut memiliki masalah secara moral. Namun, karena dia mendapat tekanan, dia muncul dengan ternoda karena perzinaan dan pembunuhan yang menjadi tanggung jawab penuh dari Daud. Batsyeba, putri Eliam dan istri Uria, orang Het, menjadi objek tatapan penuh nafsu dari Daud. Cerita menyiratkan bahwa Daud seharusnya berada di medan perang, memimpin pasukannya, tetapi dia malahan berada di rumahnya di Yerusalem. Dari atap, dia melihat seorang wanita mandi; lalu, Daud membawa perempuan itu ke kediamannya di istana dan tidur dengan dia. Setelah itu, dia kembali ke rumahnya. Hasil perzinaan tersebut menyebabkan kehamilannya; ini menyebabkan Daud berencana untuk membuatnya sebagai anak Uria dan, ketika hal itu gagal, untuk melegitimasi anak tersebut sebagai anaknya, maka dia memastikan bahwa Uria akan tewas dalam pertempuran sehingga Daud bisa menikah dengan jandanya, Batsyeba.

Batsyeba tampaknya tidak mengetahui apa-apa tentang rencana Daud, dan, memang, hal itu terbentang di luar lingkupnya. Batsyeba sangat jarang menjadi “pemeran utama” dalam cerita ini dan bersikap diam kecuali untuk mengumumkan kehamilannya, yang tidak dikatakannya secara langsung. Tidak ada tanda-tanda yang memberitahukan mengenai kehidupan batinnya atau dari keterlibatan dirinya atau penolakannya terhadap tindakan Daud. Kita melihatnya selanjutnya setelah suaminya, Uria, tewas, dan dia bereaksi dengan tepat sebagai seorang istri. Dalam 2 Samuel 11:26 menekankan statusnya sebagai istri Uria: “Ketika istri Uria mendengar bahwa Uria, suaminya, sudah mati, dia meratapi suaminya.” Segera setelah masa berkabung, Daud menikahinya, dan dia mengandung seorang putra.

Anak yang lahir untuk Daud dan Batsyeba menjadi sakit dan segera meninggal. Daud digambarkan sebagai seorang ayah yang putus asa, berdoa dan berpuasa supaya anak itu bisa hidup. Mengenai sang ibu, kita tidak mendengar apa-apa, kecuali bahwa setelah anak itu meninggal, “Lalu, Daud menghibur Batsyeba, istrinya. Dia menghampirinya dan bersetubuh dengannya. Lalu, perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, dan dia dinamai Salomo. TUHAN mengasihinya.” (2 Samuel 12:24).

Kita tidak harus menyimpulkan bahwa Batsyeba adalah seorang wanita yang tidak berperasaan, melainkan bahwa narator telah sengaja membentuk penggambaran karakternya untuk suatu tujuan. Peran Batsyeba sengaja diminimalkan agar cerita berfokus pada Daud. Daud menanggung tanggung jawab dan kutukan, dan dari sanalah, dia dilanda masalah di dalam keluarganya yang memiliki implikasi politik bagi pemerintahannya. Daud dalam bagian ini sangat berbeda dari orang yang digambarkan dalam cerita Abigail.

Jika Batsyeba digambarkan sebagai seorang yang pasif dalam hubungan awalnya dengan Daud, dia menjadi sangat aktif menjelang akhir hidup Daud dalam upayanya yang berhasil untuk memastikan bahwa putranya, Salomo, akan mewarisi takhta. 1 Raja-Raja 1 menunjukkan alurnya, yang bersama dengan Nabi Natan dan pendukung Salomo lainnya, dia datang untuk meyakinkan Daud bahwa dia telah menjanjikan takhta kerajaan kepada Salomo. Pada saat itu, Daud menjadi sosok yang menyedihkan, yang telah lama kehilangan kendali atas anak-anaknya. Tiga dari anak-anak Daud yang pertama telah meninggal, dan suksesi akan diputuskan di antara anak keempat, Adonia, dan pewaris yang ditakdirkan, Salomo. Hubungan kekeluargaan yang berjalan adalah hubungan ibu-anak, dan itu ditekankan dalam cara narator mengacu pada karakter tokoh-tokohnya: “Adonia, anak Hagit” (1 Raja-Raja 1:5), dan “Batsyeba, ibu Salomo” (1 Raja-Raja 1:11).

Salomo

Batsyeba berhasil membuat anak laki-lakinya ditunjuk sebagai pengganti Daud, tetapi peran pentingnya dalam cerita tidak berhenti ketika dia telah menjadi raja, seperti yang kita lihat dalam 1 Raja-raja 2. Ketika Daud meninggal, Adonia yang gagal, yang telah diyakinkan oleh Salomo bahwa tidak ada bahaya yang akan terjadi kepadanya jika dia dapat membuktikan bahwa dirinya layak, meminta Batsyeba untuk menyampaikan permintaannya kepada Salomo karena dia dianggap berpengaruh. Adonia meminta agar salah satu selir Daud, Abisag, diberikan kepada Adonia untuk menjadi istrinya. Kedengarannya cukup baik –– hadiah hiburan kecil dari raja kepada saudaranya yang telah kehilangan takhta. Batsyeba menyampaikan permintaan tersebut, dengan mengubah sedikit penyampaiannya kepada Salomo, yang atasnya Salomo bereaksi keras, menafsirkan permintaan itu sebagai serangan terhadap posisinya sebagai raja. Permintaan itu meminta nyawa Adonia sebagai harganya.

Mengapa Batsyeba setuju untuk menyampaikan permintaan ini? Ada beberapa penjelasan yang mungkin. Mungkin Batsyeba memahami ketidakwajaran dari permintaan tersebut (itu telah ditafsirkan sebagai sama saja dengan mengklaim takhta) dan tahu bagaimana Salomo akan bereaksi. Dia mungkin senang melihat Adonia dibunuh sehingga dia tidak bisa tetap menjadi saingan anaknya.

Atau, mungkin Batsyeba hanya terlalu senang untuk membuat Abisag dihapus dari keluarga Salomo dan diberikan kepada Adonia. Abisag telah berada di tempat tidur Daud ketika Batsyeba datang untuk meyakinkan raja tua yang lemah itu untuk menunjuk Salomo sebagai penggantinya. Dan, meskipun Daud tidak memiliki hubungan seksual dengan Abisag, dia, sepertinya, saingan yang lebih muda untuk Batsyeba dari menjadi favorit Daud dan mungkin memiliki pengaruh pada masa depan atas Salomo. Apa pun penjelasannya, Batsyeba memainkan peran penting dalam suksesi takhta Salomo. (t/N. Risanti)

Bibliography

Bailey, Randall C. David in Love and War: The Pursuit of Power in 2 Samuel 10-,12. Sheffield, England: 1990.

Berlin, Adele. Poetics and Interpretation of Biblical Narrative. Sheffield, England, 1983; Indiana: 1994.

Gunn, David M. The Story of King David: Genre and Interpretation. Sheffield, England: 1978.

Levenson, Jon D., and Baruch Halpern. “The Political Import of David's Marriages”. Journal of Biblical Literature 99 (1980): 507-,518.

Meyers, Carol, General Editor. Women in Scripture. New York: 2000.

Sternberg, Meir. The Poetics of Biblical Narrative. Bloomington, Indiana: 1985. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Jewish Women's Archaive
Alamat situs : http://jwa.org/encyclopedia/article/bathsheba-bible
Judul asli artikel : Bathsheba: Bible
Penulis artikel : Adele Berlin
Tanggal akses : 16 Mei 2017
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: N. Risanti dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org