Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/179

e-Wanita edisi 179 (16-8-2018)

Pemimpin Wanita

e-Wanita -- Edisi 179/Agustus 2018
 
Pemimpin Wanita
e-Wanita -- Edisi 179/Agustus 2018
 
e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Di antara wanita-wanita yang terdapat dalam Alkitab, Debora adalah salah satu nama yang tidak akan pernah dilupakan. Sebagai salah satu hakim Israel pada masa ketika bangsa itu belum memiliki raja, Debora menjadi wakil Allah untuk memimpin bangsanya menghadapi serangan bangsa Kanaan. Suatu tugas yang berat dan tidak lazim bagi seorang wanita pada zaman itu, untuk memimpin satu bangsa pilihan Allah yang bersifat patriarki. Namun, Debora berhasil, dan musuh Israel berhasil dikalahkan. Keberhasilan itu bukan berasal dari kecakapan atau kehebatan diri Debora semata, tetapi juga karena dia adalah wanita yang taat kepada Allah. Seperti kalimat yang terdapat dalam artikel kolom Potret Wanita dalam sajian kami di bawah ini: “Mengikuti Tuhan dan melakukan berbagai hal menurut cara-Nya, itulah memimpin orang lain yang sesungguhnya”. Itulah rahasia sejati dari keberhasilan Debora sebagai pemimpin.

Dalam rangka menyambut peringatan 73 tahun kemerdekaan Indonesia, e-Wanita kali ini menyajikan tema Pemimpin Wanita. Dalam kolom Potret Wanita, kita akan bersama-sama belajar bagaimana menjadi pemimpin yang berhasil dan berdampak melalui sosok Debora, seorang hakim dan pemimpin wanita pada masa Perjanjian Lama. Lalu, dalam kolom Wawasan Wanita kita akan belajar kualitas apa saja yang menjadi kelebihan dari seorang wanita untuk menjadi pemimpin. Kiranya melalui sajian kami kali ini, wawasan kita akan diperkaya dan batin kita akan semakin diasah untuk menjadi pemimpin yang beriman dan berhasil dalam setiap wilayah kehidupan kita masing-masing. Dirgahayu Republik Indonesia, Tuhan Yesus memberkati bangsa dan negara kita senantiasa!

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti

 

POTRET WANITA Debora: Wanita yang "Bertindak Benar"

Hakim-Hakim 4:1-5:31

Deborah

Hakim Debora tidak melepaskan penjahat dengan ejekan sarkasme dan mengusir dengan tangannya. Sebaliknya, Debora di Alkitab adalah seorang nabi wanita yang terkenal, hakim yang terhormat, dan teladan ideal bagi setiap wanita yang dipanggil untuk memimpin orang lain.

Tiga ribu tahun yang lalu, Debora duduk di bawah pohon kurma tempat “orang Israel datang kepadanya untuk menghakimi mereka” (Hakim-Hakim 4:5). Tidak diragukan lagi perselisihan terbesar mereka berkisar pada penindas mereka, orang Kanaan. Sesuatu harus dilakukan, dan Debora adalah wanita untuk pekerjaan itu.

Ketika dia memerintahkan Barak, sekretaris pertahanannya, untuk mengumpulkan tentara, Debora menjelaskan siapa yang memerintah sebagai panglima tertinggi: “Tuhan, Allah Israel, yang memerintahkanmu” (Hakim-Hakim 4:6). Tidak seperti Izebel yang memerintah, yang tidak meminta nasihat siapa pun, Debora yang bijaksana mematuhi Tuhan dan meminta dengan tegas agar kehendak-Nya -- bukan kehendaknya sendiri -- yang harus dilakukan.

Bahkan, jika “tentara” kita adalah sekelompok kecil sukarelawan atau dapur yang penuh dengan anak-anak, kita dapat belajar dari gaya kepemimpinan Debora dengan mengesampingkan agenda pribadi, mendengarkan arahan Tuhan yang jelas, dan membiarkan orang lain tahu siapa yang sesungguhnya mengendalikan.

Tidak Takut dalam Pertempuran

Dengan berani dan juga bijak, Debora berjanji untuk menarik Sisera, komandan musuh, ke tepi sungai dan menyerahkannya ke tangan Barak yang sedang menunggu. Debora yang bijaksana mematuhi Tuhan dan meminta dengan tegas agar kehendak-Nya -- bukan kehendaknya sendiri -- yang harus dilakukan.

Namun, Barak menolak keras. “Jika engkau maju menyertaiku, aku pun maju. Jika engkau tidak maju menyertaiku, maka aku pun tidak akan maju.” (Hakim-Hakim 4:8) Apa kesepakatannya? Apakah dia seorang pengecut yang lemah? Atau, apakah Barak berpikir bahwa Tuhan akan memberkati usahanya hanya jika Debora yang saleh ada di sisinya?

Menggali lebih dalam:

  1. Bagaimana Mazmur 18:32-41 menggambarkan kemenangan Daud atas musuh-musuhnya? Dengan cara apa hal itu paralel dengan perang Debora melawan tentara Sisera?
  2. Menurut Ulangan 32:35 dan Nahum 1:2-3, bagaimana kita bisa memastikan jiwa-jiwa yang tidak saleh seperti Sisera memiliki pasak tenda pada masa depan?
  3. Membaca Mazmur 47:9 mengingatkan kita bahwa tidak peduli siapa yang duduk di atas takhta di dunia, hanya Satu yang benar-benar memerintah. Bagaimana mengetahui hal itu menghibur Anda sehubungan dengan kejadian-kejadian di dunia saat ini?

Apa pun masalahnya, tanggapannya cepat. “Baiklah,” kata Debora, “Aku akan pergi bersamamu” (Hakim-Hakim 4:9). Sebagai mitranya yang modern, mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher, pernah berkata, “Dalam dunia politik, jika Anda menginginkan sesuatu untuk dikatakan, mintalah seorang pria. Jika Anda menginginkan sesuatu untuk dikerjakan, mintalah seorang wanita.”

Debora benar-benar mengambil tindakan, tetapi memperingatkan Barak bahwa dia telah kehilangan klaim apa pun dalam kemenangan tersebut: “Akan tetapi, engkau tidak akan mendapat kehormatan atas perjalanan yang engkau tempuh ini, sebab Tuhan akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan” (Hakim-Hakim 4:9).

Ingatlah nubuat itu, dan bersiaplah untuk beberapa kejutan.

Perintah Atasan kepada Pasukan untuk Berangkat

Sisera

Kedua pasukan dikerahkan: Sisera yang kejam dengan kereta besi dan orang yang sangat banyak beradu melawan Barak dengan 10.000 pasukan berjalan kaki, bukannya naik kereta. Sebelum Barak kehilangan keberaniannya, Debora memberitahunya, “Bangkitlah, sebab inilah hari pada waktu TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah TUHAN yang akan maju di depanmu?” (Hakim-Hakim 4:14).

Sekali lagi, Debora menolak keinginan untuk dianggap bahwa dia pantas dipuji atau mengambil alih, dan menjelaskan rantai komando. Oh, saya memperhatikan cerita Debora belasan tahun yang lalu! Dalam tugas singkat saya sebagai majikan, mengawasi tiga wanita yang bekerja untuk saya, saya menemukan sifat berkemauan keras saya tidak selalu berguna bagi saya. Gaya manajemen saya adalah “ikuti saya” dan “lakukan dengan cara saya”. Namun, seperti yang Debora tunjukkan, mengikuti Tuhan dan melakukan berbagai hal menurut cara-Nya, itulah memimpin orang lain yang sesungguhnya.

Grand Final (Babak Final)

Sama seperti yang diharapkan, kehendak Allah menang di medan perang: “Seluruh tentara Sisera tewas oleh mata pedang, tidak seorang pun sampai terluput” (Hakim-Hakim 4:16). Satu-satunya pengecualian adalah Sisera sendiri, yang melarikan diri dengan berjalan kaki dan mencari perlindungan di dalam tenda seorang wanita bernama Yael.

Bukan tempat yang aman karena Yael memiliki pasak tenda, palu, dan dua tangan yang kuat ....

Saya akan menyingkat kisah kematian Sisera yang menyedihkan dan beralih ke tanggapan Debora. Ketika dia mengetahui nubuatnya bahwa Tuhan akan menyerahkan Sisera kepada seorang wanita menjadi kenyataan, suara musik terdengar di seluruh negeri. Lagu Debora, fragmen sastra Ibrani tertua yang masih ada, dipersembahkan untuk Dia yang dikasihinya: “Aku mau bernyanyi; aku akan bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel” (Hakim-Hakim 5:3).

Dia juga menyanyikan pujian tentang orang-orang yang melayani dia dengan baik -- "Hatiku tertuju kepada para panglima Israel, yang dengan sukarela telah menyerahkan dirinya" (Hakim-Hakim 5:9) -- dan dia sangat memuji Yael, menyebutnya “diberkatilah di antara perempuan-perempuan lain -- perempuan di kemah”(Hakim-Hakim 5:24). Pelajaran terakhir tentang kepemimpinan Debora: Akui usaha orang lain, daripada menepuk punggung Anda sendiri.

Dari awal sampai akhir, Debora adalah wanita Allah. Jika Tuhan memanggil Anda untuk memimpin orang lain, perhatikan untuk menjadikan motto Debora sebagai motto Anda: “Majulah hai jiwaku; dengan kekuatan!” (Hakim-Hakim 5:21). (t/Jing-Jing)

Download Audio
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Today's Christian Woman
Alamat situs : http://www.todayschristianwoman.com/articles/2007/march/9.22.html
Judul asli artikel : Deborah: A "Do Right" Woman
Penulis artikel : Liz Curtis Higgs
Tanggal akses : 13 Juni 2017
 

WAWASAN WANITA Tujuh Kualitas yang Wanita Bawa dalam Tim Kepemimpinan

Perdebatan panjang mengenai perempuan dalam kepemimpinan pada pelayanan telah berlangsung sejak lama. Ini bukanlah hal yang baru meskipun perdebatan tersebut, yang kini berlangsung secara daring, membuatnya jadi terasa seolah-olah baru. Namun, benar, percakapan ini telah berlangsung selama beberapa dekade, dan, jika Anda bertanya kepada saya, kita telah membuat sedikit kemajuan.

Kedua pihak menggunakan kitab suci untuk mempertahankan posisi mereka. Keduanya yakin sepenuhnya bahwa mereka benar. Keduanya menganggap Allah ada di pihak mereka.

Dan, sangat sedikit yang pernah “memenangkan” seseorang ke pihak lawan.

Sejujurnya, saya lelah berdebat tentang hal itu. Bahkan, saya pikir saya tidak ingin terlibat dalam perdebatan tersebut lebih lama lagi. Apa yang ingin saya lakukan, sebaliknya, adalah merayakan berbagai karunia wanita yang sudah menjadi pembicaraan di mana-mana.

Tidak satu pun dari kualitas ini terbatas hanya bagi wanita, juga tidak semua wanita memiliki sifat-sifat ini. Akan tetapi, dalam beberapa tahun, saya bekerja di dalam dan di sekitar gereja, dan dengan para pendeta, saya telah menemukan banyak wanita yang telah membawa sifat-sifat tidak ternilai ini ke dalam pembicaraan, dan tim kami akan menjadi lebih buruk tanpa mereka.

Karunia apa yang dapat Anda lewatkan dengan tidak melibatkan wanita dalam komunitas Anda?

Empati

1. Empati.

Saya telah bekerja dengan wanita yang memiliki kemampuan untuk berempati dengan situasi, orang, dan keadaan, dengan cara yang tampaknya asing bagi saya dan banyak rekan kerja saya. Bahkan, ada saat-saat ketika tampaknya para wanita ini memiliki indra keenam untuk apa yang terjadi di bawah permukaan konflik, masalah, atau ketegangan dalam rapat.

Dengan menggunakan keterampilan empati mereka, para wanita yang dengannya saya telah bekerja telah mampu menavigasi keadaan yang sulit ini untuk mencapai hasil yang lebih positif bagi semua yang terlibat.

2. Kemampuan untuk mengerjakan banyak hal sekaligus.

Saya tidak memaknai kemampuan untuk melakukan banyak hal sekaligus dalam bentuk kata yang paling sederhana. Saya tidak berbicara tentang kemampuan untuk berjalan dan berbicara pada saat yang bersamaan. Saya berbicara tentang kemampuan untuk fokus pada banyak tujuan yang berbeda, untuk melihat hal-hal dengan cara yang memiliki nuansa, dan memperhatikan kaitan antara hal-hal yang mungkin tidak disadari oleh orang lain.

Ini sangat penting bagi lingkungan gereja karena, tidak peduli apa pun yang sedang kami kerjakan, selalu ada banyak lapisan yang terlibat. Kita tidak hanya berusaha mencapai tujuan yang nyata (seperti menyusun suatu kebaktian Minggu) tetapi juga perlu menjadi selaras dengan tujuan yang lebih abstrak -- seperti mendengarkan arahan spiritual dan mencoba melayani komunitas orang-orang dengan kebutuhan dan keinginan unik.

3. Kelembutan.

Banyak wanita yang bekerja dengan saya memiliki kemampuan luar biasa untuk mengomunikasikan pesan sedemikian rupa sehingga kebenaran tidak dikorbankan, tetapi juga tidak dengan mengesampingkan kelembutan.

Baik dalam komunikasi publik dan komunikasi antarpribadi, saya telah melihat banyak hati menjadi lembut atas pesan yang sulit karena karunia yang harus dikomunikasikan seorang wanita dengan cara yang menyenangkan.

4. Gairah.

Hanya karena wanita yang bekerja dengan saya dalam pelayanan sangatlah lembut, tidak berarti mereka tidak bersemangat. Faktanya, salah satu hal yang saya sukai dari bekerja dengan wanita di gereja adalah mereka penuh dengan ide dan pemikiran serta tidak takut untuk menceritakan apa yang mereka pikirkan.

Gairah yang mereka miliki seperti mesin yang kuat, yang membuat kendaraan bergerak, bahkan ketika keadaan menjadi sulit.

Komunikasi Publik

5. Kecerdasan relasional.

Pelayanan pastoral bersifat sangat relasional, dan kecuali kita memiliki orang-orang dalam tim kepemimpinan kita yang dikaruniai dengan kemampuan untuk mengembangkan dan mengembangkan hubungan, gereja kita akan mengalami kesulitan.

Tentu saja, kecerdasan relasional tidak terbatas pada wanita, tetapi saya telah melihat banyak wanita dalam pelayanan dapat menangani masalah relasional yang sulit di tempat kerja dan saya tidak ingin kehilangan kualitas ini.

6. Optimisme.

Wanita cenderung lebih optimis daripada pria. Mereka cenderung melihat gelas sebagai setengah penuh dan mencari peluang, bahkan dalam situasi terburuk. Ini bukan hanya pendapat saya. Itu terbukti benar.

7. Integritas.

Jika Anda mengeklik artikel Forbes, Anda akan melihat wanita juga cenderung menunjukkan integritas dan kehormatan yang lebih tinggi daripada pria. Saya harus mengatakan, dalam pengalaman saya, ini benar.

Meskipun saya telah bekerja dengan semua jenis pria dan wanita yang memiliki integritas luar biasa, saya bersyukur atas cara para wanita dalam tim kami bersifat terbuka dan menerima akan keyakinan dari Roh Kudus, dan cenderung mengarahkan kami kembali kepada Yesus. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Church Leaders
Alamat situs : https://churchleaders.com/pastors/pastor-articles/174133-justin-lathrop-qualities-women-bring-to-a-leadership-team.html
Judul asli artikel : 7 Qualities Women Bring to a Leadership Team
Penulis artikel : Justin Lathrop
Tanggal akses : 16 Mei 2018
 
Stop Press! Mari Bergabung dalam Diskusi "Mengenal John Calvin" di Grup Facebook Bio-Kristi!

Johanes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan generasi kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja pada abad ke-16, tetapi peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin tersebar di seluruh dunia.

Untuk bersama-sama mengetahui lebih dalam mengenai tokoh reformasi sekaligus tokoh besar di belakang gereja-gereja beraliran reformasi ini, mari bergabung bersama kami dalam diskusi Bio-Kristi "Mengenal John Calvin". Diskusi akan berlangsung pada tanggal 17 -- 28 September 2018 di Grup Facebook Bio-Kristi.

Jika Anda tertarik, silakan mendaftarkan diri ke:

Email Bio-Kristi
Grup Bio-Kristi
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: N. Risanti dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2018 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org