Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/170

e-Wanita edisi 170 (16-11-2017)

Berhala pada Era Modern

e-Wanita -- Edisi 170/November 2017
 
Berhala pada Era Modern
e-Wanita -- Edisi 170/November 2017
 
e-Wanita

Salam dalam kasih Kristus,

Jika kita tidak hidup bagi Yesus, kita akan hidup bagi sesuatu yang lain. Perkataan ini sungguh nyata jika dikaitkan dengan pernyataan Yesus bahwa kita tidak dapat melayani dua tuan dalam hidup kita. Hati kita pasti akan memiliki kecondongan kepada salah satunya. Tentu saja, penyembahan berhala pada era modern ini tidak lagi identik dengan penyembahan berhala berupa patung seperti yang dilakukan ketika paganisme masih marak dilakukan oleh berbagai suku bangsa di dunia. Penyembahan berhala pada era modern ini mungkin berbentuk samar dan bahkan tidak kita sadari karena kita tidak memiliki pengetahuan akan hal tersebut, atau hal tersebut juga sudah umum dilakukan atau terjadi dalam masyarakat zaman ini. Keluarga, pasangan, anak, pekerjaan, materi, dan kecanduan adalah sebagian hal yang sesungguhnya dapat menjadi berhala dalam hidup kita. Apa pun yang merenggut perhatian dan tujuan kita dari Allah dan kehendak-Nya adalah berhala dalam kehidupan kita. Untuk lebih dalam mengetahui mengenai topik berhala pada era modern ini, mari kita segera menyimak sajian e-Wanita bulan ini.

N. Risanti

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti

 

DUNIA WANITA Pemujaan Berhala Masih Ada Hari Ini: Mengapa Pemimpin Gereja Modern Masih Melawan Pertempuran Lama

Beberapa pembaca tampaknya suka melihat pokok berita pada blog ini dan memutuskan bahwa mereka tidak perlu membaca sebuah artikel tentang Perjanjian Lama, mungkin mereka malah lebih suka memilih sebuah blog tentang kepemimpinan.

Lagi pula, Anda mungkin tidak memiliki ukiran patung batu di dalam rumah, dan Anda belum pernah bepergian ke Asia dan membeli patung lambang suku atau hal lain yang menggambarkan ilah yang salah. Jadi, mengapa sebuah percakapan tentang pemujaan berhala menjadi kepentingan untuk Anda?

Berhala

Tidak Ada yang Baru di Bawah Matahari

Percaya atau tidak, peringatan yang paling umum tentang dosa di dalam Alkitab bukanlah tentang berbohong, bergosip, berzina, mencuri, atau membunuh. Dosa yang paling umum di dalam Alkitab yang harus kita hindari, tolak, dan jauhi adalah pemujaan berhala.

Dan, itu bukan hanya tiang Asyera di dalam Perjanjian Lama.

Nyatanya, dalam Perjanjian Lama, 1 Yohanes 5:21 (AYT) berkata, "Anak-anakku, jauhkanlah dirimu dari berhala-berhala." Jadi, kelihatannya pemujaan berhala masih mencoba masuk ke dalam hidup kita dan mengacaukan kita dari penyembahan dan ketaatan kepada Allah.

Pemujaan berhala bukan hanya sekadar isu penyembahan berhala. Itu bukan hanya masalah dalam Perjanjian Lama atau masalah orang Yahudi. Itu merupakan masalah pada manusia.

Apakah itu dikarenakan pahatan kayu atau perunggu setinggi 12 inci dapat menjadi sesuatu yang buruk bagi kita? Atau, apakah itu dikarenakan kita berbuat sesuatu yang mengerikan pada diri kita ketika kita menempatkan pemujaan dan perhatian yang seharusnya untuk Allah pada hal yang lainnya?

Ketika berbicara tentang pemujaan berhala, bahayanya bukanlah berada dalam bendanya, melainkan pada diri kita sendiri.

Adalah John Calvin yang mengatakan bahwa hati kita merupakan pabrik berhala. Dalam dunia yang fana, orang-orang terus-menerus mencari sesuatu yang bisa disembah walaupun Sang Pencipta ada di hadapan kita secara jelas.

Kita semua mencari sesuatu untuk disembah dan dilayani. Berhala datang dengan mudah, tetapi sulit menjauh.

Ada tema konsisten tentang pemujaan berhala di keseluruhan Alkitab dan juga di dalam hidup kita.

Dalam 1 Tesalonika 1:9-10, Alkitab menjelaskan hidup kita yang baru, kelahiran baru kita dalam Kristus dengan cara: "kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar." Tentu saja, dibandingkan dengan berhala yang mati dan salah, melayani Allah yang hidup adalah hal yang pasti.

Berhala Tidak Mengenal Batasan

Apakah menjadi seorang penyembah Allah yang benar berarti kita tidak lagi harus bersaing dengan masalah pemujaan berhala? Saya harap sesederhana itu.

Apa pun yang bukan dari Allah membuat dirinya menentang Allah, bahkan dalam hidup kekristenan. Jadi, kita terus-menerus memiliki berhala yang muncul dalam hidup kita. Kita harus mengusir mereka, tetapi mereka akan selalu ada selama kita masih hidup di bumi.

Bagaimana dengan para pemimpin? Apakah kepemimpinan berarti kita mendapat pembebasan dari ancaman pemujaan berhala dalam hidup kita? Hmm ... tidak. Beberapa dari kita memiliki "pemujaan berhala pelayanan" dalam hidup kita -- hal-hal yang kita kejar dalam tempat yang seharusnya bagi Allah.

Jika Anda ingin menjadi seorang pendeta yang setia atau seorang guru Alkitab yang setia dalam konteks pelayanan, Anda harus mengenali kesamaan yang kita semua miliki terhadap berhala-berhala di dunia. Setiap adat menciptakan berhala-berhala, dan kita harus waspada untuk berbalik dari mereka, bahkan menghancurkan mereka.

Terusiklah dengan Berhala Anda Sendiri

Kisah Para Rasul 17 menceritakan cerita Paulus di Athena, dan bagaimana rohnya "merasa disusahkan di dalam dirinya karena ia melihat kota itu penuh dengan patung-patung berhala" (Kisah Rasul 17:16, AYT). Ini merupakan pesan yang menarik yang sering kita abaikan. Apakah roh kita merasa susah di dalam diri kita karena berhala-berhala yang ada di dalam budaya kita?

Berhala Modern

Saya tidak menunjuk hanya pada berhala-berhala "di luar sana". Ini bukan hanya tentang berhala-berhala tetangga. Kita harus mengenali bahwa kita semua tertarik pada beberapa berhala tersebut. Dan, orang-orang di gereja kita pun semuanya tertarik dengan berhala-berhala itu juga.

Melihat orang-orang terperangkap dalam pemujaan berhala harus membangkitkan rasa kasihan untuk jiwa-jiwa mereka sebagaimana mereka terperangkap dalam kebodohan-kebodohan mereka. Namun, hal itu juga harus memicu rasa benci pada semua hal yang akan mengatur dirinya melawan satu Allah yang benar.

Pendeta-Pendeta, Berkhotbahlah Melawan Berhala

Berhala-berhala tidak akan pergi dengan sendirinya. Dengan kuasa Injil, kita harus meruntuhkannya -- menghancurkan mereka. Kita perlu membuang mereka dari hidup kita dan meninggalkan mereka. Para pendeta perlu mengindentifikasinya dan berkhotbah melawan berhala.

Sebagaimana kasih kita kepada Allah bertumbuh, toleransi kita pada pemujaan berhala akan semakin menurun.

Berhala besar apakah yang ada dalam budaya kita yang lebih luas? Berhala apa yang ada dalam budaya gereja? Dan, berhala spesifik apa yang dibangun dalam konteks kepemimpinan pelayanan? (t/Illene)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Christianity Today
Alamat situs : http://www.christianitytoday.com/edstetzer/2014/october/idolatry-is-alive-today-why-modern-church-leaders-still-fig.html
Judul asli artikel : Idolatry Is Alive Today: Why Modern Church Leaders Still Fight an Old Battle
Penulis artikel : Ed Stetzer
Tanggal akses : 22 September 2016
 

WAWASAN WANITA Mengenali Penyembahan Berhala dalam Keinginan

Dua Belas Cara Mengenali Munculnya Ketamakan

Sebagian besar dari kita menyadari bahwa menikmati hal apa pun selain Allah, mulai dari hadiah terbaik sampai kesenangan paling mendasar, bisa menjadi penyembahan berhala. Paulus mengatakan dalam Kolose 3:5, "Keserakahan adalah penyembahan berhala."

"Keserakahan" berarti menginginkan sesuatu selain Allah dengan cara yang salah. Namun, apa artinya -- "dengan cara yang salah"?

Kenali Berhala

Alasan mengapa ini penting adalah secara vertikal dan juga horizontal. Penyembahan berhala akan menghancurkan hubungan kita dengan Allah. Dan, itu akan menghancurkan hubungan kita dengan orang-orang.

Semua masalah relasional manusia -- mulai dari pernikahan dan keluarga sampai persahabatan dengan tetangga sampai teman sekelas sampai rekan kerja -- semuanya berakar dalam berbagai bentuk penyembahan berhala, yaitu menginginkan hal selain Allah dengan cara yang salah.

Jadi, inilah usaha saya untuk berpikir secara alkitabiah tentang apa cara-cara yang salah tersebut. Apa yang membuat kenikmatan menjadi berhala? Apa yang membuat keinginan menjadi keserakahan, yang merupakan penyembahan berhala?

1. Kenikmatan menjadi berhala ketika dilarang oleh Allah. Misalnya, perzinaan, percabulan, pencurian, dan berbohong dilarang oleh Allah. Beberapa orang terkadang merasa bahwa ini menyenangkan, atau tidak menyenangkan jika kita tidak melakukannya. Tidak seorang pun yang tidak berdosa. Namun, kesenangan seperti itu adalah tanda penyembahan berhala.

2. Kenikmatan menjadi berhala ketika tidak sebanding dengan nilai dari apa yang diinginkan. Keinginan yang besar untuk hal-hal tidak besar adalah tanda bahwa kita mulai membuat hal-hal itu menjadi berhala.

3. Kenikmatan menjadi berhala jika tidak meresap dengan rasa syukur. Ketika kenikmatan kita akan sesuatu cenderung membuat kita tidak berpikir tentang Allah, itu bergerak menuju penyembahan berhala. Namun, jika kenikmatan menimbulkan perasaan syukur kepada Allah, kita terlindungi dari penyembahan berhala. Perasaan bersyukur bahwa kita tidak layak dengan pemberian atau kenikmatan ini, tetapi memilikinya secara bebas oleh kasih karunia Allah, adalah bukti bahwa penyembahan berhala sedang diuji.

4. Kenikmatan menjadi berhala ketika tidak melihat dalam karunia Allah bahwa Allah sendiri lebih diinginkan daripada pemberian. Jika pemberian tidak membangkitkan rasa bahwa Allah, Sang Pemberi, lebih baik daripada pemberian, hal ini menjadi berhala.

5. Kenikmatan menjadi berhala ketika ia mulai terasa seperti hak, dan kegembiraan kita menjadi sebuah tuntutan. Mungkin kegembiraan itu tepat. Mungkin orang lain harus memberi Anda kegembiraan ini. Mungkin benar untuk memberi tahu mereka ini. Namun, ketika semua ini naik ke tingkat tuntutan yang bergejolak, penyembahan berhala sedang muncul.

6. Kenikmatan menjadi berhala ketika ia menarik kita menjauh dari tugas-tugas kita. Ketika kita menemukan diri kita menghabiskan waktu mengejar kenikmatan, dengan mengetahui bahwa hal-hal lain, atau orang-orang, harus mendapatkan perhatian kita, kita bergerak menuju penyembahan berhala.

7. Kenikmatan menjadi berhala ketika ia membangunkan rasa sombong bahwa kita dapat mengalami kegembiraan ini sementara yang lain tidak bisa. Hal ini terutama berlaku dari kesukaan dalam hal-hal keagamaan, seperti berdoa dan membaca Alkitab dan pelayanan. Adalah luar biasa untuk menikmati hal-hal yang kudus. Adalah berhala untuk merasa sombong bahwa kita bisa.

Worship God

8. Kenikmatan menjadi berhala ketika itu disadari atau tidak berperasaan terhadap kebutuhan dan keinginan orang lain. Kenikmatan kudus menyadari kebutuhan orang lain dan untuk sementara dapat meninggalkan kenikmatan yang baik untuk membantu orang lain memilikinya. Seseorang mungkin meninggalkan doa pribadi untuk menjadi jawaban bagi orang lain.

9. Kenikmatan menjadi berhala ketika tidak menginginkan Kristus ditinggikan sebagai yang paling diinginkan melalui kenikmatan. Menikmati apa pun selain Kristus (seperti pemberian-Nya yang baik) menimbulkan risiko tak terelakkan dari lebih mengutamakan pemberian melebihi Sang Pemberi. Salah satu bukti bahwa penyembahan berhala tidak terjadi adalah keinginan sungguh-sungguh supaya ini tidak terjadi.

10. Kenikmatan menjadi berhala ketika tidak mengusahakan kapasitas yang lebih dalam untuk kesenangan yang kudus. Kita masih orang-orang yang berdosa. Adalah berhala untuk merasa puas dengan dosa. Jadi, kita menginginkan transformasi. Beberapa kesenangan mengecilkan kapasitas kita akan sukacita yang kudus. Lainnya memperbesar mereka. Beberapa orang melakukan keduanya, tergantung bagaimana kita berpikir tentang hal-hal itu. Ketika kita tidak peduli apakah kenikmatan membuat kita lebih kudus, kita sedang bergerak menuju penyembahan berhala.

11. Kenikmatan menjadi berhala ketika hilangnya kenikmatan itu meruntuhkan kepercayaan kita akan kebaikan Allah. Bisa terdapat kesedihan karena kehilangan tanpa menjadi penyembahan berhala. Akan tetapi, ketika kesedihan mengancam kepercayaan kita kepada Allah, itu sinyal bahwa hal yang hilang itu menjadi berhala.

12. Kenikmatan menjadi berhala ketika hilangnya kenikmatan itu melumpuhkan kita secara emosional sehingga kita tidak bisa berhubungan dengan penuh kasih kepada orang lain. Ini adalah efek horizontal kehilangan kepercayaan kepada Allah. Sekali lagi: Kesedihan yang besar bukan tanda pasti dari penyembahan berhala. Yesus memiliki kesedihan yang besar. Namun, ketika keinginan ditolak, dan efeknya adalah ketidakmampuan emosional untuk melakukan apa yang Allah kehendaki atas kita, tanda-tanda peringatan dari penyembahan berhala berkedip.

Untuk diri saya sendiri dan untuk Anda, saya berdoa dari nasihat pada 1 Yohanes 5:21, "Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala." (t/Jing-Jing)

Download Audio
Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : http://www.desiringgod.org/articles/discerning-idolatry-in-desire
Judul asli artikel : Discerning Idolatry in Desire
Penulis artikel : John Piper
Tanggal akses : 22 September 2016
 
Stop Press! MENGENAL TOKOH-TOKOH BESAR KRISTIANI MELALUI BIO-KRISTI

Publikasi Bio-Kristi

Allah telah menggunakan hidup dari banyak pribadi untuk menyatakan rencana dan karya-Nya. Perjalanan hidup dari tokoh-tokoh besar itu menyiratkan berbagai kesaksian yang indah tentang bagaimana Ia bekerja, mengubah, dan melakukan berbagai hal yang mengungkapkan pemeliharaan-Nya kepada manusia di berbagai abad, tempat, dan bangsa. Jika Anda rindu untuk semakin mengenal pribadi-pribadi yang sungguh mengasihi Allah serta hidup bagi tujuan-Nya, bergabunglah menjadi pelanggan publikasi Bio-Kristi.

Caranya mudah. Silakan mengirimkan email kosong ke < subscribe-i-kan-bio-kristi@hub.xc.org > atau kepada redaksi Bio-Kristi di: < biografi@sabda.org >. Dengan menjadi pelanggan, Anda akan menerima secara gratis publikasi Bio-Kristi setiap Rabu minggu kedua di mailbox Anda.

Kunjungi juga situs Bio-Kristi di < http://biokristi.sabda.org/ > atau situs arsip publikasi kami di < http://www.sabda.org/publikasi/bio-kristi >.

Mari, dapatkan inspirasi dari hidup yang mengasihi Allah bersama Bio-Kristi!

Situs Bio-Kristi
Bio-Kristi
@sabdabiokristi
 
Anda terdaftar dengan alamat: $subst('Recip.EmailAddr').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi e-Wanita.
wanita@sabda.org
e-Wanita
@sabdawanita
Redaksi: N. Risanti, Amidya, dan Margaretha I.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2017 -- Yayasan Lembaga SABDA
 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org