Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/139

e-Wanita edisi 139 (16-4-2015)

Hak-Hak Wanita


______________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen______________
                        TOPIK: Hak-Hak Wanita
                         Edisi 139/April 2015
                         
e-Wanita -- Hak-Hak Wanita
Edisi 139/April 2015


Salam kasih dalam Kristus,

Keberadaan Yesus di dunia sungguh merupakan anugerah terbesar yang 
pernah kita miliki sebagai manusia. Tidak hanya memberi keselamatan 
dan anugerah hidup kekal, tetapi melalui karya dan perbuatan-Nya, 
Yesus juga mematahkan semua belenggu dan ketidakadilan yang selama 
berabad-abad merenggut hak-hak kaum wanita. Melalui apa yang sudah 
dilakukan-Nya, Yesus menunjukkan penghargaan-Nya kepada kaum wanita 
dan Ia menganggap wanita setara dengan pria dalam berbagi tugas dan 
peran bagi Kerajaan Allah. Bersamaan dengan momen Paskah dan Hari 
Kartini yang kita peringati pada bulan April ini, maka kami akan 
menyuguhkan artikel mengenai karya dan perbuatan Yesus bagi kaum 
wanita yang membebaskan dan sarat dengan kasih.

Seluruh redaksi publikasi e-Wanita mengucapkan Selamat Paskah kepada 
Pelanggan e-Wanita di mana pun Anda berada. Karya kasih dan 
keselamatan-Nya senantiasa memberi kita pengharapan dalam melewati 
berbagai tantangan kehidupan!

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


               RENUNGAN PASKAH: SEBUAH DOA UNTUK PASKAH

Betapa indah dan luar biasanya cinta-Mu, Yesus!

Saat aku memikirkan bahwa Engkau bersedia melewati penderitaan itu 
bagiku!

Pastinya, sungguh akan menjadi suatu hari yang penuh dengan sukacita 
ketika Engkau bangkit dan menyadari bahwa semua sudah berakhir --
Engkau telah meraih kemenangan! Engkau telah menyelesaikan misi-Mu. 
Engkau membuat jalan bagi dunia untuk diselamatkan. Engkau telah 
melewati kengerian neraka dan kematian bagi kami, dan itu telah 
berakhir.

Engkau bangkit dalam kemenangan, sukacita, pembebasan, dan kebebasan 
dari tangan orang-orang jahat, dan tidak akan pernah harus melalui hal 
itu lagi -- dan Engkau melakukan semua itu demi menyelamatkan kami. 
Sekarang, kami dapat berkata bersama Rasul Paulus, "Hai maut di 
manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu? ...." 
(1 Korintus 15:55-57).

Ketika aku memikirkan tentang kekalahan yang tampak mengerikan yang 
telah Engkau lalui, dan bagaimana hal itu menghasilkan kemenangan yang 
luar biasa seperti itu, itu membuatku heran, sekaligus memberiku 
harapan dan kedamaian. Engkau dan cinta-Mu tentu akan bersamaku 
melalui berbagai masalah yang datang dalam hidupku, dari sekarang 
sampai selama-lamanya! Amin. (t/N. Risanti)

Sumber asli:
Nama situs: Thoughts About God
Alamat URL: http://www.thoughts-about-god.com/prayer/easter_prayers.html#prayereaster
Judul asli artikel: A Prayer for Easter
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 14 Maret 2014

Diambil dari:
Nama situs: Paskah
Alamat URL: http://paskah.sabda.org/node/875
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 19 Desember 2014


       DUNIA WANITA: APA YANG TELAH YESUS LAKUKAN BAGI WANITA

Pelayanan Yesus merevolusi cara wanita diperlakukan. Meskipun Ia 
bekerja dalam tradisi budaya pada masa-Nya, Ia mengabaikan pembatasan 
peran pada kaum wanita dengan memungkinkan mereka untuk mengikuti Dia 
secara terbuka dan turut berpartisipasi dalam pelayanan-Nya. Sikap 
pribadi-Nya kepada mereka menunjukkan bahwa Ia mengharapkan wanita 
untuk bekerja sebagai mitra dengan para murid pria dalam pekerjaan 
Injil.

Dalam Injil Yohanes, perempuan digambarkan sebagai pelayan yang aktif 
dan inovatif dalam kerajaan. Sebagai contoh, Yesus mengirimkan pesan 
kebangkitan-Nya kepada para pengikut-Nya melalui perempuan. Ia 
berdiskusi secara teologis dengan Martha mengenai doktrin kebangkitan, 
dan kepada perempuan Samaria tentang keselamatan. Metode-Nya dalam 
menangani keburukan sosial dalam prasangka gender pada prinsipnya sama 
dengan cara-Nya menangani dosa, yaitu bukan sekadar larangan dan 
hukuman, melainkan kasih sayang dan penyembuhan. Ia memperjuangkan 
hak-hak perempuan dalam berbagai cara proaktif, namun secara halus dan 
abadi.

Pertahanan Berisiko

Sebuah kejadian mengesankan dalam sikap-Nya terhadap perempuan adalah 
kisah akrab perempuan yang berzina dalam Yohanes 8:1-11. Peristiwa ini 
berlangsung saat hari masih sangat pagi ketika Yesus kembali dari 
waktu teduh-Nya di Bukit Zaitun, hanya delapan hari setelah Hari Raya 
Pondok Daun. Yerusalem masih ramai dengan para pengunjung perayaan, 
baik dari jarak jauh maupun dekat, saat orang dari Galilea itu 
memasuki bait pengadilan wanita, tempat semua laki-laki dan perempuan, 
Yahudi dan bukan Yahudi, dapat berkumpul untuk mendengarkan-Nya.

Begitu berita dari kehadiran-Nya disiarkan, orang banyak datang untuk 
mendengar Yesus, yang berada di puncak popularitas-Nya di tengah 
publik, meskipun juga sangat dikecam oleh para pemimpin agama. Ia 
mengajarkan orang banyak untuk menghancurkan belenggu dan tradisi kuno 
seperti halnya Ia memindahkan pikiran mereka dari bayang-bayang dan 
tipikal Perjanjian Lama kepada hubungan pribadi yang nyata dengan 
Tuhan. Ia membantu mereka memulihkan kekuatan Injil yang lama terkubur 
di bawah peraturan "lakukan dan tidak boleh".

Sementara Ia mengajar, beberapa ahli Taurat dan orang Farisi menerobos 
kerumunan dan menginterupsi Yesus dengan membawa seorang wanita yang 
mereka tuduh melakukan perzinaan, atau melanggar perintah ketujuh. 
Oleh karena perzinaan bisa dibuktikan hanya ketika dua pihak -- yang 
entah bertunangan dan akan menikah, atau sudah menikah dengan orang 
lain -- tertangkap dalam tindakan keintiman seksual, mereka juga harus 
membawa partner laki-lakinya. Namun, mereka tidak melakukannya, 
mungkin karena -- seperti yang sering diduga -- laki-laki itu adalah 
kaki tangan dari para penuduhnya. Dia mungkin juga adalah seorang guru 
agama yang berkuasa, sehingga para bawahannya terlibat untuk menutup-
nutupi secara massal.

Apa pun alasannya, ia dilindungi oleh penuduh, yang berpura-pura 
menjadi pengamat setia dari Sepuluh Perintah Allah karena mereka 
mendorong wanita malang itu ke pusat keramaian dan melemparkan dirinya 
ke tanah di hadapan Yesus. Ini adalah tindakan yang sangat tidak biasa 
karena mereka memiliki kewenangan dalam pengadilan Sanhedrin untuk 
menuntut kasus tersebut. Itu mengungkapkan niat mereka untuk menjebak 
Yesus.

Wanita itu tidak bernama. Mungkin itu adalah upaya baik dari si 
penulis untuk melindungi identitasnya, setelah ia menjadi pemimpin 
yang terkenal pada masa gereja Kristen awal. Namun, adalah lebih 
mungkin bahwa namanya dihilangkan karena para penuduh dirinya yang 
lurus tidak dapat membiarkan diri mereka mengucapkan nama yang tidak 
tersentuh dan terbuang itu karena takut mencemari kesalehan pribadi 
mereka.

Namun, para ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak membawa perempuan 
itu kepada Yesus karena mereka terkejut dengan dosanya atau sedih 
dengan sikapnya. Mereka tidak peduli bahwa hukumannya nanti adalah 
akan mati dengan dirajam publik. Setiap orang hampir dapat melihat 
Setan mendalangi langkah ini untuk memanfaatkan orang berdosa itu dan 
menyandung Juru Selamat mereka sambil menantang-Nya dan berkata, "Musa 
dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-
perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?" (Yohanes 
8:5).

Bayangkan adegan saat orang banyak berdiri terperanjat, bertanya-tanya 
bagaimana Yesus akan menangani situasi yang sulit tersebut. Jika Ia 
setuju bahwa wanita itu harus mati dengan dirajam, mereka akan 
melaporkan-Nya kepada Pilatus sebagai Raja yang diurapi, yang 
menghakimi kehidupan dan kematian dalam kendali-Nya sendiri. Jika Ia 
mengatakan bahwa wanita itu harus dibebaskan, mereka akan menuduh-Nya 
di hadapan massa sebagai orang yang menolak Hukum Musa dan merusak 
budaya keagamaan mereka.

Yesus tampak terjebak di antara batu dan sebuah tempat keras saat para 
penentang-Nya melihat dengan tamak, dan wanita itu tersungkur dengan 
malu pada kaki mereka. Para agamawan yang sombong itu mengeluarkan 
pendapat teologi dengan kata-kata perang terlempar dari mulut mereka 
ke wajah Yesus, tetapi Ia tegar, mengetahui bahwa Ia telah memenangkan 
perang kata-kata (Wahyu 12:7-8).

Wajah mereka adalah topeng kebanggaan dan kesombongan, seringaian 
mereka mengekspos keinginan balas dendam mereka untuk mengutuk. Mereka 
bersikeras bahwa dia tertangkap "pada tindakan" perzinaan, yang 
berarti mereka telah menyaksikannya dan menunggu saat ledakan 
kesempurnaan di atas kesalahan pasangan tersebut.

Yang mengejutkan mereka, Yesus tidak menjawabnya. Ia hanya berbalik, 
membungkuk, dan menulis dengan jari-Nya di tanah. Ia berpaling dari 
wajah mereka yang cemberut, untuk melihat dengan kasih sayang ke dalam 
mata wanita yang dilemparkan ke bawah untuk dipermalukan itu. Namun, 
Ia tidak mengatakan apa-apa!

Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi beranggapan bahwa keadaan diam-Nya 
berarti Ia tidak tahu harus berkata apa. Akan tetapi, tidak diragukan 
lagi bahwa Ia tahu persis bagaimana dan apa yang harus dikatakan. 
Keterampilan berbicara-Nya amat legendaris. Orang-orang selalu kagum 
pada otoritas-Nya saat berbicara, beberapa berkata, "Belum pernah 
seorang manusia berkata seperti orang itu!" (Yohanes 7:46). Jadi, 
diam-Nya adalah jeda sementara sebelum pelajaran kekal berlangsung, 
yang masih menghibur orang-orang yang berdosa dan bingung, yang 
disebut orang-orang kudus.

Yesus membungkuk di tempat wanita itu berada sehingga Ia akhirnya bisa 
mengangkatnya ke tempat-Nya berdiri. Sementara penguasa agama berdiri 
untuk menghakimi, Sang Pencipta merendahkan diri, menjadi lebih rendah 
dari malaikat, dan membungkuk untuk menulis di tanah untuk menunjukkan 
kepada seorang wanita tak bernama, yang telah jatuh dan tidak bisa 
bangkit sendiri, bahwa Tuhan benar-benar peduli pada para pendosa (1 
Petrus 5:6-7). Ia tidak membungkuk atau berdiri di atas satu lutut 
seperti sedang berbicara kepada bawahan-Nya. Ia dengan anggun turun 
dari tempat-Nya yang bermartabat, untuk menjadi setara dengan wanita 
yang bersalah dan direndahkan itu sehingga ia dapat melihat bahwa 
Yesus berada di sisinya.

Kemudian, Ia menulis dengan jari-Nya dalam debu, menunjukkan bahwa Ia 
menciptakan wanita itu dalam gambar-Nya sendiri, dan akan kembali 
menciptakan dirinya, tidak peduli seberapa rusak, terdistorsi, atau 
merosotnya ia oleh dosa.

Ia menulis di tanah dengan pukulan berani yang dinyatakan penuduhnya, 
"Yang satu ini adalah untuk Anda!" Dan, ketika mereka tetap meminta-
Nya untuk menjawab, Yesus berdiri dan berkata kepada mereka, 
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama 
melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7)

Ia membungkuk untuk kedua kalinya dan menulis di tanah lagi. Apa pun 
yang ditambahkan-Nya pada tulisan pertama begitu kuat sehingga penuduh 
tidak hanya melihatnya, tetapi juga "mendengar" dering di telinga 
mereka. "Satu per satu, mulai dari yang tertua" (Yohanes 8:9), yang 
seharusnya tahu lebih baik. Orang-orang pun mulai pergi, meninggalkan 
Yesus sendiri dengan perempuan itu, di mana dia berada di tanah, di 
tengah pengadilan perempuan. Kemudian, Ia menyuruhnya berdiri, dan --
tampaknya, Ia dengan lembut mengangkatnya -- Yesus memanggilnya 
sebagai "perempuan", sebuah panggilan mesra yang juga digunakan-Nya 
untuk ibu-Nya (Yohanes 2:4).

Ketika wanita itu dibawa dalam keadaan malu, penuduhnya memanggilnya 
(Yohanes 8:4) "Gunaika" -- seorang wanita konyol -- yang lemah 
dibebani dengan dosa dan dipimpin oleh keinginan fasik (2 Timotius 
3:6), 
dan itulah dia sebelumnya. Akan tetapi, ketika Yesus 
membangkitkannya, Ia mengubahnya menjadi "Gune" -- wanita dengan janji 
dan tujuan -- yang diperintahkan-Nya untuk "pergi" dan "jangan berbuat 
dosa lagi!" (Yohanes 8:11).

Singkatnya, Yesus tidak memperhatikan atau diyakinkan oleh sikap dan 
tindakan, dan pandangan umum terhadap wanita pada masa-Nya. 
Sebaliknya, Ia menegaskan, menyembuhkan, dan menghargai mereka sebagai 
anak-anak perempuan yang dihargai Allah. Ia menjalin hubungan dengan 
wanita sebagai teman dekat yang dipilih-Nya untuk menjadi saksi-Nya 
kepada masyarakat. Walaupun Ia tidak meninggalkan ajaran yang jelas 
tentang bagaimana memperlakukan wanita, kata-kata dan tindakan Yesus 
menunjukkan beberapa prinsip yang mengatur hubungannya dengan mereka.

Pertama, Ia mencintai dan memperlakukan perempuan sebagai manusia yang 
diciptakan menurut gambar Allah. Ia mengabaikan perbedaan seksual atau 
jenis kelamin, atau menghindari perempuan sebagai penggoda (seperti 
yang dilakukan para penguasa agama pada masa-Nya), dan tidak 
menganggap mereka sebagai objek kepuasan seksual (seperti norma pada 
masa kini). Ia tidak menciptakan pembedaan yang luar biasa dalam 
penerimaan atau aturan keterlibatan perempuan, tetapi mendekati mereka 
sebagai individu yang bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, yang -
- seperti rekan-rekan pria mereka -- adalah orang-orang berdosa yang 
diselamatkan oleh kasih karunia-Nya.

Kedua, Yesus memperbolehkan -- bahkan mendorong wanita untuk melebihi 
peran mereka -- yang didefinisikan secara kultural -- sebagai istri 
dan ibu. Ia secara terbuka menentang larangan budaya ketika menyangkut 
perempuan, dan menilai bobot mereka tidak berdasarkan penampilan luar, 
tetapi pada hati mereka dan kemauan untuk berada di dalam hubungan 
dengan Dia.

Ketiga, Ia mendorong para wanita untuk mengikuti dan melayani-Nya 
dengan kemampuan terbaik yang mereka miliki. Ia sengaja tidak 
menentukan wilayah-wilayah tertentu adalah bagi pelayanan kaum wanita, 
sementara wilayah lainnya bagi kaum pria. Ia dengan murah hati 
menegaskan kedua jenis gender saat mereka menanggapi panggilan-Nya dan 
mengambil inisiatif dalam mempraktikkan talenta mereka.

Keempat, Yesus menunjukkan bahwa Dia bersedia menantang norma-norma 
budaya dan tradisi keagamaan dalam rangka melestarikan hak-hak 
perempuan dan tetap setia pada visi kesetaraan yang lebih tinggi, yang 
harus menjadi norma di dalam Kerajaan Allah. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Women of Spirit
Alamat URL: http://www.womenofspirit.com/?id=184
Judul asli artikel: What Jesus Did for Women
Penulis artikel: Hyveth Williams
Tanggal akses: 10 Desember 2014


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti dan Mei
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org