Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/96

e-Wanita edisi 96 (22-11-2012)

Memasuki Usia Senja

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                    TOPIK: Memasuki Usia Senja
                      Edisi 96/November 2012

MENU SAJI
DUNIA WANITA: USIA SENJA, SIAPA TAKUT?
WAWASAN WANITA: MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL
TOKOH WANITA: MOTHER TERESA

Shalom,

Mungkin tidak semua orang ingin menjadi tua. Namun, hal tersebut tidak 
dapat dihindari. Daripada dikuasai oleh rasa khawatir terhadap usia 
yang terus bertambah, ada baiknya sejak saat ini kita mempersiapkan 
diri menghadapi hal tersebut. Artikel yang telah kami persiapkan 
berikut, kiranya dapat menjadi inspirasi dan menambah wawasan Anda 
semua. Selamat membaca.

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


             DUNIA WANITA: USIA SENJA, SIAPA TAKUT?

Pada umumnya, semua manusia ingin panjang umur, tetapi sedikit yang 
mau menjadi tua. Itulah salah satu penyebab bertumbuhnya salon-salon 
kecantikan atau pusat-pusat kebugaran, yang menawarkan harapan untuk 
melawan kodrat. Namun, betapapun manusia mampu memanipulasi penampilan 
jasmaniah sehingga tampak lebih muda dari usia yang sebenarnya, 
pergumulan batiniah tetap tidak bisa disembunyikan. Oleh karena itu, 
setiap orang sebaiknya mempersiapkan diri guna menyongsong usia senja, 
yang pasti datang menjelang... entah esok atau lusa....

Memelihara Kesehatan

Salah satu masalah serius yang dihadapi oleh seseorang di usia tengah 
baya adalah kesehatan. Pada usia ini, banyak orang mulai terserang 
bermacam-macam penyakit, seperti: jantung, kencing manis, kerapuhan 
tulang (osteoporosis), peradangan sendi (osteoartritis), kanker, 
ginjal, dll..

Dari segi anatomi, tubuh manusia ibarat sebuah "sistem" yang terdiri 
atas ribuan komponen yang dirangkai sedemikian rupa. Masing-masing 
komponen bekerja sesuai dengan karakteristiknya, sehingga membentuk 
dan mengaktifkan fungsi "tubuh".

Pada usia tengah baya, ada bagian-bagian tertentu dari tubuh yang 
mengalami kemunduran fungsi (degradation of function), sehingga ia 
harus menyesuaikan diri dengan kondisi tubuhnya yang tidak sehebat 
ketika masih berusia dua puluh tahun. Sebetulnya, setiap hari 
seseorang harus menyesuaikan diri dengan "situasi dan kondisi tubuh 
yang baru".

Seorang tengah baya sangat perlu memelihara tubuhnya supaya senantiasa 
tetap sehat dan segar. Memelihara kesehatan dapat dilakukan dengan 
cara: rajin berolahraga, mengonsumsi makanan berserat, banyak makan 
sayur dan buah, serta memiliki waktu tidur yang cukup. Tujuan 
memelihara kesehatan bukan untuk memuliakan tubuh, melainkan untuk 
memancarkan kemuliaan Kristus (2 Korintus 4:10).

Perubahan Karier, Emosi, dan Rohani

Masalah umum bagi setiap orang tengah baya adalah "perubahan". 
Mengapa? Karena pada usia inilah terjadi transisi secara fisik, emosi, 
relasi, bahkan rohani. Usia tengah baya adalah waktu ketika seseorang 
mulai mengevaluasi siapa dirinya, baik di hadapan manusia maupun di 
hadapan Allah. Banyak orang di usia tengah baya menghadapi masalah 
berkaitan dengan karier, sehingga harus mempertimbangkan memulai 
karier baru. Beberapa di antaranya terpaksa mengubah karier karena 
tidak diinginkan lagi oleh perusahaan, sehingga disingkirkan secara 
halus, penutupan perusahaan, promosinya dialihkan kepada orang lain, 
menghadapi kejenuhan, konflik, masalah kesehatan, dll..

Salah satu risiko terbesar di usia tengah baya adalah menjadi terikat 
untuk bekerja, masuk terlalu dalam ke dalam karier sehingga 
mengabaikan kesehatan, keluarga, dan Allah. Tidak semua orang siap 
menghadapi perubahan karier di usia tengah baya. Banyak yang stres dan 
kehilangan keseimbangan, sehingga tidak lagi mampu menikmati hidup. 
Contoh yang menarik adalah bagaimana Yesus mempertahankan keseimbangan 
antara yang mendesak dan yang penting. Yesus selalu tepat waktu dan 
selalu menemukan waktu yang tepat untuk melakukan hal-hal yang utama.

Tuhan Allah menciptakan manusia dengan emosi. Emosi manusia berubah-
ubah sesuai dengan usia. Pada usia tengah baya, emosi yang paling 
menonjol adalah kesedihan, kemarahan, depresi, kesepian, kekhawatiran, 
ketakutan, dan kecemasan. Dengan bertambahnya usia seseorang, maka 
semakin banyak tantangan jasmani yang harus dihadapi, sehingga semakin 
banyak kebutuhan untuk berjalan dengan Tuhan. Kedekatan dengan Tuhan 
akan membuat seseorang lebih sehat, dibandingkan dengan orang yang 
jauh dengan Tuhan. Namun, kedekatan dengan Tuhan tidak selalu berjalan 
mulus. Unsur dominan yang sering kali mengganggu kedekatan hubungan 
seseorang dengan Tuhan adalah materialisme (Matius 6:19-21) dan sikap 
hidup yang berpusat pada diri sendiri (Filipi 2:3-4).

Manusia juga harus memiliki sikap realistis terhadap dunia ini, dengan 
tidak membiarkan semua harapannya tentang masa depan membutakan 
dirinya terhadap berbagai kenyataan hidup. Seseorang harus terus-
menerus menjaga kesehatan rohaninya dengan Tuhan. Perlu beristirahat, 
artinya pergi menyendiri dengan membaca Alkitab, berdoa, dan bersaat 
teduh dengan Tuhan.

Kadang-kadang, seseorang terlalu sibuk memerhatikan orang lain yang 
menuntut perhatian, sehingga mengabaikan Tuhan yang seharusnya 
mendapatkan perhatian penuh. Sediakan waktu untuk bersekutu dengan 
menyendiri dan bersekutu bersama Tuhan setiap hari!

Hubungan yang paling utama dalam hidup manusia adalah saling 
mengasihi. Pada usia tengah baya, tidak ada kehilangan yang lebih 
besar daripada kehilangan pasangan hidup. Perubahan-perubahan hubungan 
tengah baya dapat terjadi oleh karena kehilangan pasangan, perubahan 
dalam hubungan pernikahan, konflik-konflik dalam keluarga dekat dan 
keluarga besar, serta berkurangnya kepekaan pancaindera. Ini sering 
kali membuat seseorang menarik diri dari lingkungan sosial. 
Seharusnya, persahabatan dibina berdasarkan kasih tak bersyarat.

Pertanyaan yang sering diajukan orang-orang Kristen adalah apakah 
perlu memunyai tabungan hari tua, polis asuransi, atau pensiun. Banyak 
yang merasa semuanya tidak perlu karena dengan memiliki tabungan hari 
tua, pensiun, atau memiliki polis asuransi seolah-olah tidak percaya 
kepada pemeliharaan Tuhan. Bukankah Allah memelihara burung-burung di 
langit yang tidak menanam dan menuai? (Matius 6:26) Sebetulnya, dengan 
memunyai tabungan atau polis asuransi bukan berarti tidak percaya 
kepada pemeliharaan Tuhan, melainkan tindakan penatalayanan sumber 
daya dengan baik.

Hidup dengan Orang Tua

Keluarga tengah baya harus merencanakan tempat tinggal di usia senja 
dengan baik. Misalnya, apakah tinggal di rumah sendiri, ikut dengan 
keluarga, atau tinggal di panti jompo. Semua pilihan disertai 
kelebihan dan kekurangannya. Tinggal di rumah sendiri: memiliki 
kebebasan, kenyamanan batin, dan keakraban. Tinggal dengan keluarga: 
sangat tergantung kepada dukungan keluarga dan pendirian kita. Tinggal 
di panti jompo: dapat menimbulkan persoalan sosial-budaya yang rumit.

Di Indonesia, pada umumnya orang lanjut usia lebih banyak tinggal 
dengan keluarga. Merupakan kehormatan bagi anak-anak jikalau orang tua 
mau tinggal bersama-sama dengan keluarga mereka. Kebanyakan keluarga 
di Indonesia beranggapan bahwa orang tua yang tinggal di panti-panti 
jompo kurang terhormat. Ada perasaan seperti membuang orang tua. 
Padahal, tinggal di panti jompo mungkin jauh lebih baik daripada 
tinggal dengan keluarga.

Tidak kalah pentingnya adalah membuat surat wasiat ketika berada pada 
usia tengah baya. Tujuannya adalah untuk menghindarkan pertengkaran 
yang mengakibatkan perpecahan keluarga, setelah seseorang tidak ada 
lagi di tengah-tengah keluarga. Ini juga menyangkut segi-segi 
perwalian, undang-undang, hak, dan waris dari semua yang ditinggalkan.

Banyak orang tua yang telah lanjut usia terserang penyakit alzheimer -
- suatu jenis penyakit yang melumpuhkan fungsi otak. Penyakit ini 
adalah momok bagi setiap orang berusia lanjut. Berbeda dengan organ 
tubuh lain yang dapat diamati dalam keadaan sedang bekerja, otak 
manusia tidak mungkin dianalisis ketika orang tersebut masih hidup. 
Penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, baik penderita 
maupun orang yang merawatnya sering kali mengalami stres berat. 
Apalagi kalau alzheimer tersebut sudah berada pada stadium lanjut. 
Namun apa pun yang terjadi, seorang anak diwajibkan oleh Tuhan untuk 
merawat orang tua. Perintah Tuhan Allah, jelas kepada setiap orang: 
"Hormatilah ayahmu dan ibumu." (Ulangan 5:16)

Menjadi Tua, Siapa Takut?

"Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa." Semua 
manusia akan menjadi tua. Oleh karena itu, berbahagialah orang-orang 
yang dikaruniai umur panjang, sebab Tuhan memberikan kesempatan 
kepadanya untuk menyaksikan dan menikmati banyak "peristiwa". Penuaan 
adalah proses alamiah yang pasti dialami oleh setiap orang. Menjadi 
tua tidak selalu berkonotasi dengan "panti wreda".

Ketika faktor-faktor pembatas karena usia, kesehatan, kesempatan, dan 
kemampuan fisik muncul ke permukaan, seseorang bisa melayani Tuhan 
dengan begitu banyak ragam, seperti: menjadi tim doa, bergabung dengan 
kelompok PA, pembimbing, atau pengajar, yang tidak banyak menggunakan 
tenaga fisik. Bahkan bisa melayani doa atau konseling melalui telepon.

Penutup

Hidup orang Kristen adalah sebuah perjalanan menuju "kampung halaman" 
yaitu surga. Tetapi, mengapa banyak orang takut mati? Tuhan tidak 
memandang kematian sebagai sesuatu yang menakutkan, tetapi sebagai 
sesuatu yang diharapkan dengan penuh sukacita. Kematian bukanlah suatu 
terowongan gelap gulita yang suram dan tanpa tujuan yang jelas. 
Kematian berarti "tiba di rumah" setelah menjalani pengembaraan 
panjang. Tidak ada perasaan yang lebih lega, selain akhirnya tiba di 
rumah dan berjumpa dengan Yesus.

Diambil dari:
Judul majalah: Kalam Hidup/Oktober/2005/No.714
Penulis: Elisa B.S.
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2005
Halaman: 37 -- 41


       WAWASAN WANITA: MENGUCAP SYUKUR DALAM SEGALA HAL

"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki 
Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18)

Tanpa kita sadari, begitu banyak waktu telah kita lewati hingga saat 
ini. Pelayanan apa yang telah kita perbuat atau kerjakan di dunia ini? 
Bagaimana dengan kasih karunia yang telah Tuhan berikan kepada kita? 
Adakah perasaan syukur yang kita naikkan ke hadirat Tuhan kita Yesus 
Kristus?

Jika Anda memberikan sesuatu kepada seseorang dan orang tersebut 
menerima begitu saja tanpa sepatah pun kata terucap dari mulutnya, 
mungkin Anda akan mengatakan bahwa orang ini tidak tahu berterima 
kasih, tidak tahu sopan santun, tidak tahu diri. Demikian pula, kita 
tidak seharusnya bersikap seperti itu kepada Tuhan atas segala kasih 
karunia-Nya.

Sebagai seorang yang beriman, hendaknya kita hidup seperti Abraham, 
yang selalu mendirikan mezbah bagi Allah untuk mempersembahkan korban 
sebagai tanda ucapan syukur. Mengucap syukur merupakan hal yang 
menyenangkan hati Tuhan.

1 Tesalonika 5:18 memberikan suatu nasihat agar kita mengucap syukur 
senantiasa dalam segala hal. Mengapa kita perlu mengucap syukur dalam 
segala hal? Karena kehendak Tuhan bukan hanya agar kita memuji, 
bersaksi, berdoa, dan melayani-Nya, tetapi juga agar kita dapat 
senantiasa mengucap syukur.

Dalam kenyataannya, mengucap syukur tidaklah semudah kedengarannya. 
Mungkin kita dapat mengucap syukur ketika kita bersukacita dan 
diberkati, atau bila permohonan kita dikabulkan. Akan tetapi, saat-
saat kita berada dalam keadaan berduka, memiliki masalah, dalam 
kesulitan, masih adakah ucapan syukur yang keluar dari hati kita?

Berikut adalah tip untuk dapat selalu bersyukur sesuai dengan kehendak 
Tuhan.

1. Mematikan Keserakahan (Ketamakan)

Dengan mematikan keserakahan, kita dapat mensyukuri apa yang kita 
miliki. Orang yang mematikan keserakahan adalah orang yang dapat 
menguasai dirinya dalam segala hal. Ketika Adam dan Hawa ada di taman 
Eden, mereka tidak kekurangan apa pun. Tuhan telah menyediakan segala 
fasilitas untuk hidup mereka. Namun, Hawa tidak dapat menguasai diri; 
terbujuk rayuan Iblis untuk mengambil buah pengetahuan tentang yang 
baik dan yang jahat. Mengapa Hawa mengambil buah tersebut? Karena ia 
tidak puas dengan apa yang ada padanya. Manusia akan sulit mengucap 
syukur dengan sungguh-sungguh jika masih memiliki sifat tamak/serakah. 
Manusia sering merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya.

2. Menghargai Apa yang Ada pada Kita

Ketika Allah memerintahkan Musa menghadap Firaun, Allah tidak menyuruh 
Musa membawa pasukan dan kereta perang, melainkan cukup sebatang 
tongkat saja. Demikian juga ketika Daud melawan Goliat, Daud hanya 
dilengkapi dengan sebuah pengumban. Tuhan menginginkan kita menghargai 
apa yang ada pada kita. Bila kita dapat memahami apa maksud dan tujuan 
Tuhan memberikan semua itu kepada kita, maka kita tentu akan 
mensyukurinya. Kita bersyukur atas apa yang kita miliki, karena semua 
itu merupakan titipan Tuhan yang bermakna.

3. Melatih Diri untuk Berpikir Positif

Ketika Rasul Paulus dan Silas berada dalam penjara di Filipi, mereka 
tidak mengeluarkan kata-kata yang negatif seperti: mengapa mereka 
dimasukkan ke dalam penjara, mengapa hidup ini begitu sulit, dan 
mengapa ini harus terjadi. Mereka tidak mengeluh atas kondisi yang 
mereka alami; sebaliknya mereka menaikkan syukur kepada Tuhan dan 
mukjizat terjadi.

Sudahkah kita memiliki rasa syukur dalam segala hal, baik suka maupun 
duka dalam hidup ini?

Diambil dari:
Judul majalah: Warta Sejati, Edisi 44/I, 2005
Penulis: Alm. Aristarkus
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia
Halaman: 14 -- 15


                   TOKOH WANITA: MOTHER TERESA
                 Diringkas oleh: Novita Yuniarti

Agnes Gonxha Bejaxhia atau yang lebih dikenal sebagai Mother Teresa, 
lahir dari orang tua berkebangsaan Albania. Pada usia 18 tahun, dia 
memasuki ordo Katholik Roma Sisters of Our Lady of Loretta di 
Irlandia. Pada tahun 1929, dia menjadi bagian dari kelompok biarawati 
Loretta di Calcuta dan mengajar SMU di tempat itu selama 20 tahun. 
Ketika menjadi guru, ia tergerak oleh penderitaan yang dialami oleh 
orang-orang sakit yang ia jumpai setiap harinya di jalan-jalan kota.

Pada tanggal 10 September 1946, ia mendapat panggilan dari Tuhan untuk 
meninggalkan susteran Loretta dan memberikan seluruh hidupnya untuk 
melayani orang-orang miskin di Calcuta. Pada tahun 1948, Mother Teresa 
memulai pelayanan sepenuh waktu untuk melayani di antara orang-orang 
miskin. Dua tahun kemudian, keuskupan agung Calcuta menyetujui 
dibukanya ordo baru Missionaries of Charity, yang kemudian dikenal 
sebagai jemaat Pontifisial di bawah yuridiksi langsung Roma. Para 
wanita yang tergabung dalam komunitas ini berkomitmen untuk hidup 
dalam kesederhanaan, ketaatan, dan melayani orang miskin.

Kepercayaan yang mendasari pelayanan Mother Teresa adalah orang miskin 
melambangkan Kristus, dan dengan melayani orang-orang miskin berarti 
mereka sedang melayani Kristus. Pada tahun 1952, Mother Teresa membuka 
Nirmala Hriday (Pure Heart) di Calcuta, dan hal itu telah memerluas 
pelayanannya. Sebagai penghargaan atas prestasi yang diraihnya, pada 
tahun 1975 ia menerima Nobel Perdamaian dan pada tahun 1985 ia 
menerima Presidential Medal of Freedom dari Amerika Serikat.

Diringkas dari:
Judul buku: 100 Wanita yang Mengguncang Dunia
Penulis: Gail Meyer Rolka
Penerjemah: Ana Budi Kuswandani
Penerbit: Delapratasa Publishing, 2004
Halaman: 176 -- 177


Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org