Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/94

e-Wanita edisi 94 (17-10-2012)

Menjadi Pendengar yang Baik

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                  TOPIK: Menjadi Pendengar yang Baik
                        Edisi 94/Oktober 2012

MENU SAJI
DUNIA WANITA: BAGAIMANA MENJADI PENDENGAR YANG LEBIH BAIK LAGI
STOP PRESS: DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG DAN
     INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Shalom,

Normalnya, setiap kita pasti memiliki seseorang -- sahabat, suami,
istri, orang tua, kakak, adik -- yang dapat kita ajak berbicara dengan
leluasa. Namun, apa jadinya jika orang tersebut tidak memberikan
respons ketika Anda ingin menceritakan sesuatu kepadanya? Tentunya
akan muncul rasa tidak nyaman dalam diri Anda. Perlu kita pahami bahwa
ketika seseorang bercerita kepada kita, orang tersebut tidak selalu
mengharapkan jawaban atau solusi dari kita. Dari pengalaman saya
ketika berhadapan dengan sahabat-sahabat atau orang yang saya temui,
kebanyakan dari mereka hanya membutuhkan seseorang yang dapat
dipercayai untuk mendengar cerita, keluhan, sharing, atau apa pun yang
berkaitan dengan peristiwa yang mereka hadapi. Hanya sedikit dari
mereka yang mengharapkan komentar ataupun nasihat. Namun, adakalanya
kita merasa bosan, bahkan jengkel dengan apa yang mereka ceritakan.
Sering kali, dalam komunikasi suami istri, hal-hal seperti ini juga
terjadi. Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa menjadi seorang
pendengar yang baik? Artikel berikut kiranya dapat menjadi berkat bagi
Anda, sehingga hubungan Anda dengan suami menjadi lebih harmonis.
Artikel ini juga berguna bagi Anda yang sedang merencanakan pernikahan
dalam waktu dekat; dan bagi Anda yang belum merencanakannya, hal ini
penting untuk menjalin relasi dengan orang lain. Jadi, jangan
ragu-ragu untuk membagikan artikel ini kepada orang-orang di sekitar
Anda. Tuhan Yesus memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >

    DUNIA WANITA: BAGAIMANA MENJADI PENDENGAR YANG LEBIH BAIK LAGI

Pernahkah Anda memerhatikan tatapan kosong dalam mata seseorang ketika
Anda mulai berbicara? Mungkin Anda merasa bahwa Anda memunyai sesuatu
yang penting untuk disampaikan, atau mungkin ingin memberitahukan
sesuatu yang berarti bagi Anda. Tetapi, Anda segera mempersingkat
percakapan dan memutuskan untuk tidak mencobanya lagi dengan orang
tersebut karena Anda dapat melihat dari tatapannya bahwa ia sama
sekali tidak berminat mendengar Anda.

Kita semua pernah mengalami hal seperti ini, yaitu menyadari bahwa
teman bicara kita tidak mendengarkan apa yang sedang kita katakan.
Kita pasti merasa sangat kecewa dengan keadaan itu, atau betapa patah
semangat kita untuk menceritakan apa saja kepada orang seperti itu,
setidaknya pada waktu itu. Seandainya hal yang sama terjadi
berulang-ulang, kita tentu kehilangan minat untuk bercakap-cakap
dengan orang tersebut.

Berfokus pada Hal-Hal yang Negatif

Pada suatu hari, seorang wanita cantik berusia 30-an datang kepada
saya untuk berkonsultasi. Pada awal sesi konsultasi, ia berkata, "Saya
telah berada di sini selama beberapa waktu dan Anda telah mendengar
saya berbicara. Apa penilaian Anda tentang saya?"

"Misalnya dalam hal apa?" tanya saya.

"Ya, dalam cara saya berbicara. Bukankah saya seorang yang
membosankan?"

"Tidak," jawab saya. "Anda tidak membosankan. Apa sebabnya Anda
bertanya demikian?"

"Saya tahu bahwa memang pekerjaan Anda adalah mendengarkan," ia
mengalihkan percakapan, "dan Anda telah melakukannya dengan baik
sekali. Tetapi, bukankah Anda merasa bosan dan bukankah Anda senang
bila sesi ini berakhir?"

"Tidak," kata saya dengan tegas. "Tetapi kadang-kadang, Anda membuat
saya frustrasi karena Anda tetap mempertahankan pandangan yang negatif
menguasai pikiran Anda. Tampaknya, Anda sudah memutuskan untuk
memercayai hal-hal yang negatif tentang diri Anda."

"Kalau begitu," jawabnya, "saya sekarang menyadari bahwa ada sesuatu
yang salah dengan diri saya. Cara saya berbicara. Orang-orang
tampaknya tidak tertarik. Pada saat saya membuka mulut dan mulai
berbicara, saya melihat wajah-wajah mereka berubah: dari ekspresi
gembira berubah menjadi tatapan yang kosong. Itu pasti karena nada
suara saya. Saya ingin Anda memberi tahu saya yang sebenarnya. Saya
sama sekali tidak memunyai teman!" Pernyataannya ini diakhiri dengan
isak yang tersendat-sendat.

Saya melihat bahwa wanita ini bukannya sulit untuk didengarkan,
melainkan ia memang mengatakan bahwa ketika ia tidak sedang berbicara
tentang dirinya sendiri, pikirannya menjadi kosong. Ia tidak bisa
memikirkan hal lain untuk diucapkan. Oleh karena itu, yang keluar dari
mulutnya adalah sesuatu yang tidak berarti atau dangkal. Ia memberi
tahu saya bahwa ketika masih kecil, ia tidak diberi kesempatan untuk
berbicara atau bahkan untuk berpikir. Tidaklah mengherankan jika ia
memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang kemampuannya
bercakap-cakap.

Mendengarkan Tidak Selalu Mudah

Ada orang-orang tertentu yang memang sulit untuk didengar. Misalnya,
orang-orang yang berbicara dengan nada datar dan terus-menerus bicara,
sehingga tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk bicara. Hal itu
dapat menyebabkan orang merasa tidak sabar dan jengkel. Jenis lain
dari orang yang sulit didengarkan adalah orang yang kurang suka humor.
Segala sesuatu yang dibicarakannya adalah hal-hal yang serius dan
sangat berat. Tentu saja, hal ini membosankan. Kemudian, ada orang
yang dalam pembicaraannya selalu menyalahkan segala sesuatu: negara
kita, presiden kita, pemerintah kita, kota kita, dsb.. Kita juga tahu
jenis orang yang suka mengambil alih percakapan. Orang seperti itu
dapat menjadi orang-orang yang membosankan untuk didengarkan, dan
mungkin kita ingin melarikan diri darinya.

Namun demikian, bukankah kita yang menyebut diri Kristen seharusnya
rela mengembangkan kebiasaan mendengarkan yang baik, sekalipun dengan
orang-orang yang cenderung menjengkelkan atau membosankan? Memang
sifat manusiawi kita yang egois cenderung menghindar dari suasana yang
demikian. Tetapi, bagi mereka, terutama para pembicara yang buruk,
sangat penting untuk merasa sungguh-sungguh didengarkan.

Apa Artinya Menjadi Pendengar yang Baik

Mendengarkan lebih dari sekadar mendaftarkan ke dalam kepala kita apa
yang sedang disampaikan. Saya ingat suatu kejadian yang menjelaskan
hal ini. Saya berkata kepada seorang teman, "Hai, saya mencetak skor
118 dalam permainan bowling." Teman saya tidak melihat kepada saya
atau memberi respons atas pernyataan saya, tetapi sebaliknya ia
membuat komentar atau mengucapkan sesuatu yang lain. Saya berkata,
"Hai, dengar tidak yang saya katakan?" Ia menjawab seenaknya, "Ya,
saya dengar. Kamu mencetak skor 118 dalam permainan bowling." Saya
berkata lagi, "Tetapi kamu tidak bereaksi. Sebenarnya, saya berharap
kamu akan berteriak atau mengatakan sesuatu. Itu prestasi yang baik
bagi saya." (Saya adalah pemain bowling yang sangat jelek dan kalaupun
saya pernah mencetak skor yang baik dengan susah payah, itu pun tidak
sampai 100). Tampaknya, ia mulai mengerti apa yang saya harapkan.
Kini, ia berusaha menggantikan sikapnya yang kurang memerhatikan
dengan tertawa dan memberi selamat atas prestasi bowling yang saya
peroleh. Ia telah "mendaftarkan" apa yang saya katakan; tetapi ia
bukan pendengar yang baik. Pendengar yang baik memberi respons dengan
cara yang sedemikian rupa, sehingga Anda merasakan perhatian mereka.
Hal itu terungkap dalam ekspresi wajah mereka. Anda mendengarnya
melalui kata-kata yang mereka ucapkan, pertanyaan-pertanyaan
membesarkan hati yang mereka ajukan, dan rasa simpati yang mereka
ungkapkan.

Apa Hasil dari Mendengarkan dengan Benar?

Sungguh menakjubkan bagaimana seorang pendengar yang baik dapat
menolong membebaskan orang. Cara itu juga mendorong mereka berbicara.
Mereka merasa diterima dan dihargai: mereka sendiri mungkin
terheran-heran dengan keterbukaan mereka dan bagaimana kata-kata
mereka mulai mengalir dengan bebasnya. Kebosanan menjadi surut. Suara
mereka menjadi lebih hidup. Mereka menjadi tertarik untuk didengar!
Orang yang tidak suka humor, sekarang mendapati diri mereka suka
humor. Orang yang negatif menyadari bahwa ternyata ada juga hal-hal
positif tentang dirinya. Banyak orang yang saya temui benar-benar
membutuhkan seseorang yang mau menjadi teman yang baik, yang
mendengarkan mereka.

Dalam pekerjaan saya sebagai seorang psikolog dan penasihat
pernikahan, saya menemukan bahwa banyak pasangan yang sudah menikah
mengalami kesulitan di bidang ini. Mereka mengeluh karena kurangnya
komunikasi. Namun sebenarnya, yang mereka maksudkan adalah kurangnya
kemampuan untuk mendengarkan dengan baik -- pengetahuan bagaimana
mendengarkan atau keinginan untuk mendengarkan. Maria, misalnya,
dengan perasaan terluka mengungkapkan kekurangan ini dalam
pernikahannya, "Billy tidak mau mendengarkan saya. Saya mengatakan
sesuatu, tetapi ia hanya duduk diam. Ia tidak memberikan respons. Saya
tidak menikmati saat keluar makan malam bersamanya, sebab sepanjang
waktu makan tersebut hanya saya yang aktif membuka pembicaraan". Billy
memang seorang yang tenang. Meski demikian, ia dapat belajar menjadi
seorang pendengar yang baik. Saya ingat seorang wanita yang
diceritakan oleh seorang kenalan. "Wah, kamu seorang teman yang
menyenangkan untuk mengobrol!" Tetapi ia menjawab, "Saya sebenarnya
tidak menyumbangkan apa-apa. Yang saya lakukan hanyalah mendengarkan!"

Mendengarkan Berarti Peduli

Mengapa penting sekali menjadi pendengar yang baik, terutama bagi
pasangan kita? Hal ini menunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli pada
mereka. Ini berarti Anda memberikan diri Anda kepadanya. Ini juga
membuat mereka merasa dihargai dan dihormati. Mereka merasa diterima
dan betapa senangnya kalau kita diterima! Ini dapat mempererat
hubungan suami istri dan membuat kehidupan ini sangat berarti dan
indah, seperti yang direncanakan Allah dari semula. Hal ini
memperagakan kasih Kristus dan bahkan menarik kita lebih dekat
kepada-Nya. Mendengarkan itu memulihkan gairah, juga mempertinggi
kehidupan kita secara luar biasa. Jika kita mengasihi seseorang,
bukankah kita tidak berkeberatan untuk melakukan hal ini bagi mereka?

Bagaimana Anda Dapat Memperbaiki Kemampuan Mendengarkan?

Bagaimana caranya seorang pendengar yang buruk atau biasa-biasa saja
dapat menjadi pendengar yang baik? Bagaimana seorang pendengar yang
baik dapat memperbaiki dirinya di bidang ini? Saya pernah
menyombongkan diri sebagai seorang pendengar yang agak lumayan.
Kemudian, selama mengikuti sebuah seminar di The American
Psychological Association Convention (Konvensi Asosiasi Psikologi
Amerika) beberapa tahun yang lalu, saya baru menyadari betapa saya
perlu memperbaiki kemampuan mendengarkan. Sesi yang berbicara kepada
saya adalah, "The Attributes of Good Listening" (Ciri-ciri
Mendengarkan yang Baik). Supaya terlihat lebih keren, para pembicara
berbicara secara berlebihan, bahwa hal-hal yang mereka katakan dapat
membuat seseorang menjadi pendengar yang baik. Cara itu sungguh
menyenangkan, tetapi juga mengesankan. Sesi itu menyadarkan saya akan
beberapa bidang di mana saya masih kurang.

Saya Mendengarkan dan Belajar

Sumber perbaikan lain bagi saya adalah "mengadakan penilaian
berdasarkan buku seorang teman"; teman ini adalah pendengar terbaik
yang pernah saya kenal. Tidak banyak teman yang dapat mendengarkan
dengan baik. Dengan teman ini, saya mendapati diri saya benar-benar
bebas. Kami mulai membahas hal-hal yang lucu dan menyenangkan sampai
hal-hal rohani, kadang-kadang hanya dalam waktu singkat. Waktu
berjalan begitu cepat saat kami berbincang bersama. Itu sungguh
merupakan saat yang menyenangkan.

Dari berbagai sumber yang telah menolong saya menjadi pendengar yang
lebih baik, dari keluhan-keluhan yang telah saya dengar tentang
masalah ini, dan dari pengalaman-pengalaman saya sendiri, saya
mengumpulkan beberapa gagasan tentang bagaimana kita dapat memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan mendengarkan kita.

1. Pandanglah lawan bicara Anda!

2. Berikanlah umpan balik -- komentar, ajukan pertanyaan, anggukan
kepala, katakan "Ya", atau sesuatu yang lain!

3. Ketika mengajukan sebuah pertanyaan, cobalah memahami pikiran orang
tersebut! Jangan alihkan ke topik yang lain!

4. Usahakanlah untuk ada bersama orang itu secara emosional! Biarlah
hal itu tampak di wajah Anda. (Saya memunyai seorang klien yang
mengatakan bahwa ia tidak merasa bersama orang itu, jika ia tidak
mengingatkan dirinya akan hal itu.)

5. Perlihatkan antusiasme! Anda dapat melakukan hal ini dengan nada
suara Anda; dengan ekspresi wajah Anda; dengan menggerakkan tangan
atau anggota badan Anda untuk menyatakan rasa simpati atau sikap Anda.

6. Janganlah mulai membicarakan pengalaman Anda yang sama karena cara
ini dapat mengacaukan percakapan tersebut!

7. Berilah dia kesempatan untuk menyelesaikan percakapannya! Jika ia
menyimpang dari apa yang sedang dibicarakannya karena pertanyaan Anda
yang mungkin agak menyimpang (atau hal yang lain), tunjukkanlah minat
Anda dengan mengatakan sesuatu seperti, "Hai, jangan biarkan saya
terkatung-katung. Coba ceritakan kelanjutan dari cerita kamu tadi."
(Bukankah kita pun sering tidak menyelesaikan percakapan kita karena
seseorang memotong percakapan kita, dan tidak memberi kesempatan
kepada kita untuk menyelesaikannya?)

8. Jika Anda tidak tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan,
cobalah menempatkan diri Anda di posisi orang tersebut dan cobalah
mengerti perasaannya. Ungkapkanlah pengertian ini, mungkin akan
menghasilkan percakapan yang lebih luas dan menarik.

9. Ingatlah, Tuhan Yesus selalu mendengarkan orang-orang yang datang
kepada-Nya. Ia juga mendengarkan kita, meskipun kita mungkin
mengatakan hal-hal yang tidak menarik.

10. Perhatikanlah betapa seringnya kita membaca kata-kata di dalam
Alkitab, "Allah mendengar"; "Telinga-Nya (tertuju) kepada teriak
mereka..."; "Ia (Allah) menyendengkan telinga-Nya kepadaku." Bagaimana
seandainya Allah terlalu sibuk untuk mendengarkan kita?

Jika kita mengikuti petunjuk-petunjuk ini, saya yakin kita akan
mendapati percakapan kita dengan orang lain menjadi semakin
menyenangkan, tidak hanya bagi orang lain, tetapi juga bagi diri kita
sendiri. Selain itu, kita juga akan mengembangkan suatu kualitas yang
akan selalu menjadi kebutuhan yang sangat mendesak saat ini, karena
tidak akan pernah cukup jumlah orang yang sungguh-sungguh mendengarkan
dengan baik.

Sumber: Jeannette Acrea, Improving the Quality of Your Listening,
Nartamore Christian Foundation.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Kalam Hidup, Oktober 2007
Penulis: BES
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup
Halaman: 27 -- 31

       STOP PRESS: DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG
     DAN INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP)

1. DAPATKAN KUMPULAN BAHAN NATAL DI NATAL.SABDA.ORG

==>  http://natal.sabda.org/

Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir
untuk mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami
menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan
wadah di situs "natal.sabda.org" bagi setiap pelayan Tuhan agar bisa
saling berbagi bahan-bahan Natal dalam bahasa Indonesia. Ada banyak
bahan yang bisa didapatkan, seperti Renungan Natal, Artikel Natal,
Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan
Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Review Situs Natal,
e-Cards Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dan bahkan sarana
diskusi tentang topik Natal.

Yang istimewa adalah situs "natal.sabda.org" dirancang sebagai situs
yang interaktif, sehingga pengunjung dapat mendaftarkan diri untuk
berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog,
memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada rekan
pengunjung lain. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi situs
"natal.sabda.org". Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan
Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu ini dengan menjadi berkat bagi
kemuliaan nama-Nya.

2. INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Pada bulan kegiatan IDOP, gereja-gereja dan umat Kristen di seluruh
dunia berdoa bersama bagi gereja Tuhan yang teraniaya. Tahun ini,
kegiatan IDOP akan dilaksanakan secara serempak pada bulan November
2012.

Kami mengajak Anda, para gembala sidang, pengajar, pemimpin, kaum
muda, pendoa syafaat, dan semua orang percaya untuk dapat bergabung
dalam acara doa bersama ini. Informasi lebih lanjut tentang acara
IDOP, bisa di lihat di < www.persecutedchurch.org >

Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
Tim Editor: Davida Welni Dana, Berlian Sri Marmadi, dan
         Santi Titik Lestari
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org