Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/84

e-Wanita edisi 84 (17-5-2012)

Hidup di dalam Dia

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                      TOPIK: Hidup di Dalam Dia
                         Edisi 84/Mei 2012

MENU SAJI
DUNIA WANITA 1: INTIM DENGAN TUHAN
DUNIA WANITA 2: EN THEOS
KESAKSIAN WANITA: AWAL DARI SEBUAH PERGUMULAN
STOP PRESS: DAPATKAN BUNDEL BULETIN PARAKALEO!

Shalom,

Dalam hidup ini kita harus selalu bersemangat. Mengapa? Jika kita
tidak memiliki semangat dalam menjalani hidup ini, apalagi semangat
dalam mengikut Dia, maka kita tidak akan bisa bertahan menghadapi
setiap badai persoalan yang datang melanda hidup kita. Nah, bagaimana
agar kita memiliki semangat dalam mengikut Dia? Jawabannya, kita harus
memiliki hubungan yang intim dengan Dia, karena melalui hubungan yang
intim bersama Dia, maka Dia akan memberikan sukacita dan kekuatan.
Tuhan memberkati.

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >

                    DUNIA WANITA 1: INTIM DENGAN TUHAN

Meskipun kita tinggal dalam satu rumah, keluarga, lingkungan, gereja,
atau komunitas, namun sering kali kita tidak sungguh-sungguh mengenal
satu dengan yang lain; suami-istri, anak-anak, saudara, atau teman.
Kata intim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan
sebagai akrab, karib, rapat, hubungan (pergaulan, persahabatan). Jika
kita intim dengan seseorang, berarti kita bergaul akrab, karib, rapat,
hubungan (pergaulan, persahabatan). Saat ini, keintiman sudah menjadi
barang langka. Setiap orang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Terlalu mahal harga yang harus dibayar untuk membangun sebuah hubungan
yang intim. Waktu, komitmen, perhatian, kesempatan, pikiran, dan
kreativitas, menjadi hal-hal yang sangat kita butuhkan dalam membangun
hubungan yang intim. Kita akan kekurangan waktu untuk menikmati dan
mengembangkan hubungan yang ada, jika hal-hal yang lain menjadi lebih
penting daripada hubungan itu sendiri.

Mungkin kita sudah lama menjadi pengikut Kristus seperti Filipus,
namun Yesus bertanya, "Apakah kita benar-benar mengenal Dia? Apakah
kita bergaul intim dengan Dia?" Beberapa hal yang perlu untuk
membangun hubungan intim:

1. Dua Pihak -- Kita

Kedua belah pihak harus menginginkan hubungan ini. Tuhan menginginkan
keintiman. Tuhan bergaul dengan Adam, Hawa, Henokh, Nuh, Abraham.
Waktu Henokh bergaul dengan Allah, Allah tidak tahan untuk tidak
mengangkatnya dari dunia. Allah tidak tahan untuk tinggal di surga. Ia
mengutus Anak-Nya datang ke dunia, untuk memulihkan hubungan yang
terputus karena dosa, sehingga kita dapat bergaul dan tinggal dalam
hadirat-Nya. Barang siapa percaya kepada Kristus, maka dia dapat masuk
dalam persekutuan dengan Allah.

2. Tindakan

Mendekatlah kepada Allah, maka Ia akan mendekat kepadamu. Ambil
keputusan untuk hidup intim dengan Tuhan. Ambil waktu untuk
bercakap-cakap dengan Allah, yang kita kenal sebagai doa.

3. Waktu

Waktu adalah sesuatu yang paling berharga dalam kehidupan kita. Orang
mengatakan "Waktu adalah uang". Kehidupan kita berbicara mengenai
waktu, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun. Kalau kita
mengatakan kita mengasihi seseorang, maka mau tidak mau kita akan
memberikan waktu kita kepada orang tersebut. Kita tidak dapat
mengatakan bahwa kita mengasihi tetapi tidak memberikan waktu. Maukah
Anda memberikan waktu Anda yang berharga untuk Tuhan? Maukah Anda
duduk di kaki Tuhan dalam sikap doa?

4. Keterbukaan

Kalau kita terbuka terhadap Tuhan dan takut akan Tuhan dengan tidak
ada yang disembunyikan, maka Dia akan bergaul karib dengan kita dan
perjanjian-Nya diberitahukan kepada kita.

5. Kerinduan

Seseorang yang rindu atau sedang jatuh cinta, tentu menginginkan
kedekatan, keakraban, keintiman, dan kemesraan dengan orang yang
dicintai. Allah adalah kasih. Apabila Dia tinggal di dalam kita, maka
kita memiliki kasih yang mengalir di dalam Dia. Kasih ini yang akan
menarik kita datang kepada-Nya di dalam doa.

Judul buletin: JDN NEWS, Edisi 4 - April 2007
Judul artikel: Intim dengan Tuhan
Penulis: Pdm. Charles Jonan
Penerbit: Jaringan Doa Nasional
Halaman: 1

                       DUNIA WANITA 2: EN THEOS

Orang yang tidak bersemangat dapat diumpamakan seperti mobil tanpa
bensin. Dia tidak akan pernah ke mana-mana -- pertumbuhan rohaninya
macet, pasif, kurang gairah dalam melayani Tuhan, takut untuk membuka
diri, jarang mengambil tindakan iman, suasana hidupnya tidak ditandai
dengan kemenangan, cenderung untuk mengomel/menggerutu, suka
mengkritik daripada membangun. Tidak bersemangat merupakan "kartu
mati".

Orang yang bodoh, kalau ia memiliki semangat untuk belajar, ia dapat
menjadi pandai. Orang yang sakit-sakitan, kalau ia bersemangat untuk
berolahraga, maka ia dapat menjadi sehat. Orang yang gagal, kalau ia
bersemangat untuk mencoba terus, maka ia akan berhasil. Tetapi
sebaliknya, orang pandai, kalau ia malas belajar, ia dapat menjadi
bodoh. Orang sehat, kalau ia malas berolahraga, ia dapat menjadi
sakit. Prinsipnya, orang dapat memunyai banyak kekurangan dan
kelemahan, tetapi kalau ia bersemangat untuk belajar, maka ia akan
maju.

Semangat dalam bahasa aslinya adalah "En Theos". En artinya di dalam,
dan Theos artinya Allah. Secara hurufiah "En Theos" artinya Allah di
dalam diri seseorang. Orang yang dipenuhi oleh Roh Allah, hatinya akan
penuh dengan semangat. Mengapa kita harus bersemangat? Firman Tuhan
mengatakan: "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya,
tetapi siapa yang akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14)
"Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan kecillah kekuatanmu."
(Amsal 24:10)

Orang yang kuat rohaninya adalah orang yang bersemangat. Kalau kita
memerhatikan kehidupan rasul Paulus, kita akan melihat betapa kokoh
imannya seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan, "Dalam segala hal
kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak
putus asa." (2 Korintus 4:8) Luar biasa, sudah kehabisan akal, tetapi
ia tidak patah semangat.

Bagaimana dengan kita? Bukankah kita sering patah semangat padahal
belum habis akal. Pada saat kita berhadapan dengan masalah, langsung
hati kita menjadi ciut, kita khawatir, kita bingung, padahal kita
belum memikirkan apa-apa atau kemungkinan-kemungkinan jalan keluar
dari masalah tersebut. Beda dengan rasul Paulus waktu dia menghadapi
masalah. Dia berpikir keras bagaimana menyelesaikan masalahnya, supaya
ia bisa menang atas masalah yang dihadapi -- tetapi jika jalan buntu
yang dihadapinya, dia tidak patah semangat ... Luar biasa! Paulus
yakin pasti ada jalan keluarnya (1 Korintus 10:13), pasti ada
hikmatnya (Roma 12:11), pasti ada berkatnya (Ibrani 12:11).

Perhatikan tokoh-tokoh dalam Alkitab, bagaimana mereka ini dipakai
Allah dan mengalami mukjizat dari Allah. Perempuan yang Sakit
Pendarahan Selama 12 Tahun (Markus 5:21-34). Setelah mendengar tentang
Yesus, semangatnya bangkit. Dia mengimani kesembuhannya. Dua belas
tahun berobat dan hartanya habis untuk berobat, namun belum sembuh
juga. Kalau sudah demikian bagaimana? Menyerah kepada nasib? Tidak, ia
berharap kepada Yesus. Melalui semangatnya, ia berkata kepada dirinya,
"Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Akhirnya, jarinya
menyentuh jubah Yesus, akibatnya penyakit yang sudah bertahun-tahun
itu sembuh seketika juga. Semangat selalu berhasil dengan perkara
besar.

Yosua dan Kaleb

Cerita tentang minoritas vs mayoritas. Minoritas (Yosua dan Kaleb)
beritanya positif. Iman mereka tidak terintimidasi oleh besarnya
raksasa yang menduduki tanah perjanjian. Mereka ini adalah pahlawan
yang gagah berani, semangat mereka tidak kunjung padam sampai mereka
tua. Kaleb, pada waktu berumur 85 tahun, ia masih bersemangat untuk
berperang dan akhirnya mengalahkan orang-orang Arba, yaitu orang yang
paling besar di antara orang Enak (Yosua 14:6-15).

Yosua dalam pidatonya dengan orang Israel masih memperlihatkan
semangat dalam mengikut Tuhan dengan mengatakan "...aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan." (Yosua 24:15) Apa yang
dikatakan bangsa Israel? "Kamipun akan beribadah kepada Tuhan..."
(ayat 18) Semangat itu menular. Pemimpin yang tidak punya semangat
tidak akan punya pengaruh.

Sekarang bagaimana dengan kita? Apakah kita bersemangat dalam memuji
Tuhan, mendoakan orang, bersaksi? Firman Tuhan mengingatkan supaya apa
saja yang kita kerjakan, kita harus mengerjakannya dengan semangat --
"Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah
itu sekuat tenaga." (Pengkhotbah 9:10)

Bagaimana supaya kita tetap bersemangat?

1. Tetap memegang visi yang Tuhan berikan. Visi tidak boleh luntur.
Jika visi luntur, semangat luntur.

2. Berhati-hati terhadap hal-hal yang menekankan kenikmatan jasmani
saja. Banyak orang ikut Tuhan karena ia ingin kenikmatan jasmani saja.
Kenikmatan itu sendiri tidak salah, tetapi itu bukan yang terpenting.
Yang terpenting ialah mengutamakan kehendak Allah dalam kehidupan
kita.

3. Belajar untuk mengucap syukur dalam segala perkara. Ucapan syukur
membuat hati kita kuat, sedangkan omelan adalah racun untuk iman
(Kisah Para Rasul 28:15).

4. Hiduplah dalam pengorbanan. Orang yang banyak berkorban adalah
orang yang bersemangat. Kalau seseorang mulai mementingkan diri
sendiri, tidak mau berkorban untuk pekerjaan Tuhan, lambat laun
semangatnya menurun.

5. Bergaul dengan orang yang bersemangat. Pepatah mengatakan: "Api
menghasilkan api." Mendekatkan diri dengan orang yang bersemangat
dalam mengasihi Tuhan, membuat kita bersemangat juga.

Diambil dari:
Judul jurnal: MDC NEWS, Edisi III, Tahun I/1994
Penulis: Andreas Raharjo
Penerbit: GKPB Masa Depan Cerah
Halaman: 2 -- 3

             KESAKSIAN WANITA: AWAL DARI SEBUAH PERGUMULAN

Pada bulan Juli 1998, saya menikah dengan E dan 11 Agustus 1998
pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Belanda. Tidak lama saya pun
hamil dan pada tanggal 21 Juni 1999, lahirlah putri kami M. Sejak awal
pernikahan, saya berkomitmen, dalam 5 tahun pertama anak kami, tidak
akan bekerja dan akan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya -- menjaga,
mendidik, dan memelihara anak kami.

Seperti kehidupan rumah tangga yang lain, masalah tidak akan bisa
dihindari. Berbagai macam perbedaan dan penyesuaian harus dilakukan
dalam banyak hal. Saat terjadi pertengkaran akibat perselisihan atau
campur tangan pihak lain dalam urusan rumah tangga, yang terpikir
hanyalah perceraian. Namun, tiba-tiba saya mendengar ada suara yang
berkata, "Sabar... sabarlah, tetaplah bertahan karena ada rencana lain
dalam hidupmu, ada rencana lain dalam keluargamu. Sabar, sabar..."

Awalnya, saya pikir ini adalah sugesti saya sendiri untuk
mempertahankan keutuhan rumah tangga kami. Di tahun keempat dan
kelima, terjadi pergumulan dalam diri saya. Sering kali, ketika saya
sedang mencari informasi dan mempersiapkan apa yang akan saya lakukan
setelah lepas dari komitmen saya sebagai ibu rumah tangga, selalu ada
semacam suara yang berkata, "Bukan ini pekerjaanmu. Bukan ini, nanti
ada pekerjaan lain buat kamu."

Awal April 2004, ketika saya berbicara kepada pemilik Taman Kupu-Kupu
untuk melamar pekerjaan di tempat itu, suara tersebut muncul lagi,
"Bukan ini pekerjaanmu. Bukan ini. Percuma kamu melamar di sini, kamu
tidak akan bekerja di sini." Lalu saya menghentikan pembicaraan saya
dengan pemilik taman itu dan saya menjawab dalam hati, "Ini bidangku,
berurusan dengan taman tropis dan lokasinya juga dekat dengan
rumahku." Lalu dijawab lagi, "Benar, tapi pekerjaanmu nanti bukan ini.
Ada pekerjaan lain buat kamu." Saya diam meskipun sambil penasaran.

Beberapa hari kemudian ketika sedang bersaat teduh, Tuhan mengingatkan
saya satu ayat yang tertulis dalam Yeremia 29:11-14 -- "Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh
harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku,
maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan
menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku
akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman Tuhan, ..."

Siang itu saya menyediakan waktu khusus berdoa. Saya mengutarakan
semua yang selama ini terjadi, yang juga menjadi tanda tanya besar apa
sebenarnya yang dimaksud dengan pekerjaan saya nanti. Saya
sungguh-sungguh ingin tahu dan saya sungguh-sungguh mau menurut apa
pun pekerjaan itu. Saat itu saya merasakan semacam ada yang membelai
kepala saya. Siang itu Tuhan berkata kepada saya dengan sangat jelas,
"Pekerjaan adalah melayani keluarga muda Kristen di Belanda, dengan
membuat majalah Kristen berbahasa Indonesia di Belanda, membuat
kelompok doa, membuat kegiatan bagi keluarga muda, membuat badan
penampungan problematika, membuat kegiatan kreativitas anak-anak muda,
membuat radio Kristen berbahasa Indonesia di Belanda, membuat figur
keluarga Kristen dan orang Kristen yang sesuai realita dunia dalam
bentuk buku cerita, majalah, lagu, film, yang semua bertujuan untuk
menjadi berkat bagi orang lain."

Ketika itu saya menjawab, "Tuhan saya belum siap. Saya ingin kerja
dulu dan separuh dari hasil kerja saya akan saya gunakan untuk
menopang pekerjaan Tuhan. Saya belum siap dengan situasi dan kondisi
rumah tangga saya. Saya tidak punya keahlian di bidang penulisan.
Tuhan, suamiku tidak akan mendukungku -- dia memang orang Kristen,
tetapi hanya sekadar orang Kristen saja. Lagi pula pelayanan ini
membutuhkan dana yang tidak sedikit, saya tidak memiliki uang untuk
hal ini. Tuhan, saya masih punya cita-cita dan saya ingin meraih
cita-cita itu. Saya tidak fasih berbahasa Belanda. Tuhan, siapa saya
ini. Saya tidak sempurna -- saya memiliki banyak kekurangan. Dua tahun
lagi Tuhan, saya akan sekolah Alkitab dulu supaya saya lebih siap."

Tuhan berkata, "Mulailah dari sekarang, Aku memakaimu dan keluargamu.
Aku akan memberikan orang-orang yang bisa membantu pelayananmu, para
pekerja-Ku. Bukan engkau yang akan menulis di majalah, tetapi
hamba-Ku. Engkau hanya menghimpun, menghubungi, mengelola, dan
mengatur tulisan-tulisan mereka untuk dimuat di majalah. Melalui
pelayanan yang engkau lakukan, suami akan berubah, bahkan nantinya ia
yang akan membuat pelayananmu menjadi lebih besar. Engkau tidak akan
mengeluarkan uang banyak. Aku akan mempertemukan engkau dengan
orang-orang yang akan menopang keuangan pelayananmu. Pelayananmu
tidak akan menggunakan bahasa Belanda, melainkan menggunakan bahasa
Indonesia. Aku mengenal siapa engkau. Tetapi Aku telah memilih engkau
untuk menjangkau orang-orang yang tertutup dan tidak mau membuka hati
mereka untuk Aku, karena kekerasan hati mereka atau status mereka".

Saat itu saya menangis. Saya membutuhkan waktu -- beberapa bulan untuk
saya bisa melakukan pelayanan itu. Dalam pergumulan yang berat itu,
saya meminta banyak tanda dan peneguhan dari Tuhan untuk menguatkan
saya serta keluarga saya. Dari semua yang pernah saya alami, akhirnya
saya mengerti bahwa semuanya ini harus saya jalani. Tuhan membentuk
hidup saya melalui setiap persoalan yang terjadi, untuk mendewasakan
saya. Saya bersyukur boleh mengalami semuanya ini.

Pada tanggal 28 Desember 2004, saya dan suami saya membuat keputusan
yang besar bagi kehidupan rumah tangga kami, yaitu saya akan
mendedikasikan semua hidup saya untuk melayani Tuhan, menjadi
alat-Nya, dan menjadi perpanjangan tangan-Nya. Saya percaya akan
janji-Nya, "Aku akan membuka jalan bagimu. Aku menyertaimu tahap demi
tahap, satu per satu. Aku telah berjanji kepadamu dan Aku tidak akan
mengingkari janji-Ku kepadamu".

"Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan
kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir."
(Pengkhotbah 3:11)

Diambil dan disunting dari:
Judul majalah: Curahan Hati, Januari 2006
Penulis: Mie Tie Tio
Penerbit: Yayasan Curahan Hati
Halaman: 19 -- 20

            STOP PRESS: DAPATKAN BUNDEL BULETIN PARAKALEO!

Buletin Parakaleo berisi tulisan-tulisan dari penulis dan konselor
Kristen yang telah berpengalaman dalam bidangnya, seperti Yakub
Susabda, Esther Susabda, Paul Gunadi, dan Paul Soetopo. Buletin
Parakaleo ini diterbitkan oleh Departemen Konseling Sekolah Tinggi
Teologi Reformed Injili Indonesia sejak tahun 1984 hingga tahun 2007
[buletin ini sekarang sudah tidak terbit lagi]. Saat ini tersedia
bundel Buletin Parakaleo yang berisi 56 edisi (lengkap).

Jika Anda berminat untuk mendapatkan bundel buletin Parakaleo ini,
silakan mengisi form pemesanan di bawah ini. Pesanan Bundel Parakaleo
akan dikirim lewat pos ke alamat pemesan (mohon tulis alamat yang
lengkap).

Sebagai ganti biaya cetak dan ongkos kirim, pemesan bisa memberikan
sumbangan sukarela lewat transfer Bank:
Rekening: BCA Pasar Legi Solo
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati

----------------> potong di sini <-------------------
FORM PEMESANAN BUNDEL PARAKALEO

Nama Pemesan:
Alamat lengkap:
Kota:
Kode Pos:
No. HP:
Email:

Jumlah yang dipesan: .... bundel (masing-masing berisi 56 edisi -- lengkap)

----------------> potong di sini <-------------------

Kirimkan kembali form ini dan bukti transfer ke:
==> konsel(at)sabda.org

Atau kirimkan data Anda lewat SMS ke: 088-1297-9100

Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org