Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/82

e-Wanita edisi 82 (19-4-2012)

Kebahagiaan Khusus, Hidup Lajang

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
               TOPIK: Kebahagiaan Khusus, Hidup Lajang
                         Edisi 82/April 2012

MENU SAJI
RENUNGAN WANITA: KEBAHAGIAAN KHUSUS, HIDUP LAJANG
KESAKSIAN WANITA: BERTEMU TUHAN MELALUI ALKITAB YANG PERNAH DIJUAL
STOP PRESS: DVD LIBRARY SABDA ANAK 1.2

Shalom,

Edisi kali ini akan membahas kebahagiaan khusus yang diterima oleh
mereka yang melajang. Selain itu, Anda juga dapat menyimak kesaksian
seseorang yang bertemu dengan Tuhan melalui Alkitab yang pernah dia
jual. Kiranya sajian kami menjadi berkat bagi Anda.

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
Novita Yuniarti
< novita(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >

          RENUNGAN WANITA: KEBAHAGIAAN KHUSUS, HIDUP LAJANG

Pada suatu tengah malam, saya bercakap-cakap dengan Tuhan:

Bapa, mereka minta saya berbicara mengenai hidup melajang. Mengenai
kehidupan saya sendiri sebagai wanita yang melajang, sehubungan dengan
iman Kristen saya. Bapa, apakah yang harus saya katakan kepada mereka?
Apakah saya mulai saja dengan ayat-ayat yang Kau pakai dalam mengajar
saya mengenai hidup melajang?

"Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela."
(Mazmur 84:11) Terjemahan lain dari ayat ini mengatakan, "Segala
sesuatu yang baik tidak akan ditahan-Nya dari mereka yang berjalan
sepanjang jalan-Nya." (FAYH)

Saya ingat bagaimana saya tersentak bagaikan terkena arus listrik,
ketika Engkau menerapkan ayat itu pada kehidupan saya. Waktu itu, saya
baru masuk perguruan tinggi dan tinggal di kampus Greenville. Saya
sering bertanya-tanya dalam hati mengenai masa depan seorang
mahasiswa. "Ia tidak menahan kebaikan," demikian firman-Mu. Baiklah
kalau begitu. Praktisnya bisa dikatakan, "Bila Engkau menghindarkan
saya dari pernikahan, maka artinya pernikahan bukan suatu `kebaikan`
untuk saya." Bagian saya dalam perjanjian itu ialah hidup tak bercela.

Atau Bapa, apakah saya harus mulai dengan humor dari Dr. Ethel Muller?
Sewaktu dia menjadi guru besar di sebuah universitas, seseorang
bertanya kepadanya mengapa ia tidak menikah. "Entahlah," sahutnya.
"Saya pikir mungkin saya orang yang beruntung." Atau, apakah saya
sampaikan kepada mereka ungkapan Eugenia Price, "Tuhan Yesus tidak
menjanjikan pernikahan. Dia menjanjikan Diri-Nya sendiri bagi kita"?
Hasil pengamatan terus-menerus menegaskan bahwa di antara anak-anak-Mu
yang mengikuti Engkau dengan setia, ada yang Kau pimpin untuk memasuki
hidup pernikahan dan ada pula yang Kau pimpin untuk menjalani hidup
melajang.

Kata-kata Eugenia tersebut cocok dengan Yohanes 21:22 (BIS), "Itu
bukan urusanmu. Tetapi engkau, ikutlah Aku." -- ayat yang Kau berikan
kepada saya. Ayat ini masih berlaku -- berlaku ketika saya di SMU,
ketika kawan-kawan saya mulai berpacaran kemudian menikah, waktu saya
harus menentukan pilihan dan mengambil keputusan mengenai sekolah di
perguruan tinggi dan sesudah saya lulus, dan berlaku bagi saya selama
di sekolah tinggi Kristen. Perintah-Mu sangat jelas, "Engkau, ikutlah
Aku."

Sementara pria-pria yang mengagumkan keluar masuk dalam kehidupan
saya, tanggapan saya atas panggilan-Mu ialah, "Ya, Tuhan, saya akan
ikut Engkau." Saya tersenyum bila teringat pada Philip dan
bertanya-tanya di hati bagaimana keadaannya sekarang. Dia termasuk
salah seorang anggota kelompok persekutuan kami dalam kegiatan
penginjilan antarkampus di Urbana. Tetapi, rencana-Mu untuk saya
bukanlah agar saya menjadi Nyonya Philip.

Bapa, izinkan saya memanjatkan rasa syukur dan terima kasih yang
sedalam-dalamnya. Engkau yang memampukan saya untuk hidup sebagai
wanita lajang dan tetap bergaul secara wajar dengan kaum pria. Bila
tidak demikian, hidup melajang tentunya memunyai jalur yang sangat
lain untuk saya. Kadang-kadang ada saat pergi bersama, saling
menyurat, saling menelepon. Kadang-kadang, ada teman pria menjadi
penasihat saya. Kadang-kadang, saya menjadi penasihatnya.
Kadang-kadang ada getaran tarik-menarik antara dia dan saya, yang
membuat saya bertanya-tanya di hati, apakah Engkau sedang merancangkan
pernikahan bagi saya. Sahabat-sahabat adalah pemberian-Mu.

Sebenarnya, saya kenal beberapa orang yang sungguh baik di antara
anak-anak-Mu yang hidup melajang. Mereka tidak suka mengungkit-ungkit
pengalaman berpacaran saya di masa lalu. Terima kasih Bapa atas
berkat-Mu yang melimpah. Terima kasih bahwa saat itu Engkau memberi
saya keberanian untuk percaya, memberikan reaksi emosi yang tepat,
memampukan saya untuk memberikan dan menerima persahabatan.

Beberapa tahun yang lalu ketika mencoba mengerti tentang Irma, saya
pernah mengatakan pendapat saya kepada Yason, "Saya pikir Irma takut
pada emosinya." Yason boleh dikatakan mencibir saya dan berkata sinis,
"Bukankah semua gadis tua memang begitu?" Perkataan Yason itu sekarang
sudah ketinggalan zaman. Tetapi, saat ia mengutarakannya, asumsinya
keliru. Wanita Kristen yang hidup melajang tidak perlu gersang emosi.
Hal inilah yang akan saya beritahukan. Benarkah saya harus
memberitahukan hal ini kepada mereka, bahwa orang Kristen yang hidup
melajang tidak perlu gersang emosi?

Pada kenyataannya, Engkau mencurahkan kasih secara khusus kepada
anak-anak-Mu yang hidup melajang, dan Engkau memberi mereka banyak
jiwa untuk dikasihi. Saya teringat akan Ibu Teresa dan Rasul Paulus.
Saya teringat akan vitalitas dan semangat emosional guru saya, Miss
Miner, ketika di kelas 11 SMA. Begitu besar anugerah Allah bagi saya
melalui dia. Kalau Engkau berkenan, Engkau akan memberikan kepada
mereka yang hidup melajang suatu karunia khusus, untuk "menghitung
berkat-berkat (kami) yang banyak, dan menyebutkannya satu per satu".
Berkat-berkat itu datang secara berlimpah dan terus-menerus, bila kami
mau memerhatikannya.

Karunia-Mu yang lainnya, ya Tuhan: Meskipun sebagai wanita yang hidup
melajang, saya tidak punya suami sebagai pendengar yang dapat
dipercayai, tetapi saya memunyai orang-orang lain yang dapat
dipercaya. Sebagaimana telah Kau lakukan terhadap semua anak-Mu,
Engkau berkenan saya berbicara dengan Engkau secara leluasa. Saya
dapat datang kepada-Mu dengan masalah sepele dalam kehidupan
sehari-hari dan Engkau selalu mau mendengarkan. Saya teringat ketika
di Missouri saya kehilangan kunci mobil. Saya memberitahukannya
kepada-Mu (terima kasih Tuhan, saya telah menemukan kembali kunci
itu). Kau ingat bahwa tadi pagi saya bertanya mengenai bagaimana
menyelesaikan tugas-tugas setiap hari? Kau ingat bagaimana saya
berbicara kepada-Mu dengan serius mengenai keputusan membeli rumah
sebelum pindah ke rumah yang sekarang?

Bapa, Engkau telah melatih saya selama puluhan tahun sampai sekarang.
Kekuatan mental yang dihabiskan untuk khayalan-khayalan yang romantis
dan lamunan-lamunan yang menerawang langit mengenai, "Bagaimana
seandainya...," adalah kekuatan yang disia-siakan. Kami perlu "menawan
segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus", demikian kata Rasul
Paulus kepada orang-orang Korintus. Kata-katanya itu masih tetap
berlaku.

Kau ingat Bapa, apa yang saya katakan (sambil tertawa namun serius)
kepada teman-teman seasrama, ketika saya hampir lulus perguruan
tinggi? "Saya lebih baik tetap melajang daripada menikah, tetapi
kemudian menyesal," kata saya dengan mantap. Sekarang, beberapa puluh
tahun sesudahnya, saya kutip kata-kata Daud, sahabat-Mu. Banyak
pernyataannya sangat cocok untuk saya yang hidup melajang di dalam
pemeliharaan kasih-Mu. Misalnya, Mazmur 13:6, "Tetapi aku, kepada
kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena
penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah
berbuat baik kepadaku." Atau Mazmur 30:12. Karena Engkau Bapa,
mengasihi saya, maka "pinggangku Kauikat dengan sukacita".

Dalam Alkitab saya, Mazmur 16 digarisbawahi	semuanya. Orang-orang yang
telah menikah juga dapat menggunakannya, tetapi Engkau membuatnya
khusus untuk saya: "Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku,
Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Tali
pengukur jatuh bagiku di tempat-tempat yang permai; ya, milik pusakaku
menyenangkan hatiku. Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat
kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Engkau
memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita
berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." (Mazmur
16:5-7,11)

Apa yang akan saya katakan mengenai masa depan saya di dunia ini? Saya
akan mengatakan bahwa hanya Engkaulah yang mengatur hidup saya. Bila
Engkau menghendaki suatu perubahan dalam hidup saya, saya dapat
memercayai-Mu dan Engkau akan membuat petunjuk-Mu jelas bagi saya.
Bapa, saya bersukacita karena Engkaulah Bapa saya.

"Segala sesuatu yang baik tidak akan ditahan-Nya dari mereka yang
berjalan sepanjang jalan-Nya." (Mazmur 84:11 -- FAYH)

Diambil dari:
Judul majalah: Sahabat Gembala, Juli/Agustus 1998
Judul artikel: Kebahagiaan Khusus, Hidup Lajang
Penulis: Elva McAllister
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 29 -- 32

           KESAKSIAN WANITA: BERTEMU TUHAN MELALUI ALKITAB
                         YANG PERNAH DIJUAL

Pujian adalah bagian dari kehidupan orang Kristen, bagian dari doa,
dan menjadi bagian dari setiap peribadatan kita. Salah satu nyanyian
yang indah terdapat di dalam Mazmur.

"Kupuji Engkau ya Tuhan! Karena Anak yang Kau kasihi.
Yesus yang telah mati! Mulia bagi-Mu, Haleluya! Amin.
Haleluya! Mulia bagi-Mu, hidupkan kami lagi.

Lagu pujian ini memuliakan Yesus dan itulah bentuk puncak pemuliaan
yang sejati.

Penggubah lagu ini seorang dokter Skotlandia, dr. W.P Mackay. Setelah
bertobat, dr. Mackay menjadi pendeta. Banyak orang dibawa kepada
Kristus melalui pelayanannya. Pertobatannya adalah sebuah mukjizat.
Pengalamannya begitu menawan sebagaimana disaksikannya sendiri berikut
ini.

Sebelum saya menjadi dokter, saya bertugas sebagai asisten dokter di
sebuah rumah sakit. Di tempat seperti itu, seseorang pasti berkenalan
dengan sebagian besar penderitaan manusia. Tetapi, di tengah-tengah
keadaan seperti ini, muncullah buah roh yang sangat berharga, yang
dapat dihasilkan oleh iman kristiani.

Sebenarnya, ini bukanlah hal baru bagi saya karena sejak kecil saya
telah mendapat kesempatan untuk melihat buah roh yang demikian,
khususnya dalam kehidupan ibu saya. Ia seorang perempuan saleh, penuh
perhatian, sering menceritakan tentang Juru Selamat kepada saya, dan
kerap kali saya lihat ia bergumul dalam doa demi keselamatan saya.

Tetapi, waktu itu tidak ada sesuatu yang membuat hati saya tergerak.
Semakin dewasa, semakin buruk kelakuan saya. Saya tidak peduli dengan
Tuhan yang disembah ibu saya. Bahkan, saya berusaha merintangi Tuhan
dari pikiran saya. Saya berada dalam bahaya -- tidak percaya kepada
Tuhan sama sekali. Namun, hati nurani saya mengusik dan mencela diri.
Lalu sebuah peristiwa terjadi dan mengubah hidup saya.

Pada suatu hari, seorang yang mengalami luka serius dibawa ke rumah
sakit. Pasien itu tanpa harapan sama sekali; satu-satunya jalan yang
dapat kami tempuh ialah berusaha meredakan rasa sakitnya. Tampaknya,
ia menyadari keadaannya yang cukup parah setelah jatuh dari tangga
yang cukup tinggi. Karena masih sadar, ia bertanya berapa lama ia
dapat bertahan. Sulit untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya kepada
orang itu dan sulit pula untuk tidak mengatakan yang sebenarnya. Saya
hanya bisa mengatakan, "Kami akan berusaha, tetapi Tuhan yang
mengetahui yang terbaik."

"Saya percaya dan tahu itu," jawabnya. "Apakah Anda memiliki kerabat
yang dapat kami hubungi?" tanya saya. Pasien itu menggeleng. Ia
sebatang kara di dunia ini. Satu-satunya orang yang ingin ditemuinya
hanyalah induk semangnya karena ia berutang sedikit kepadanya dan juga
untuk mengucapkan selamat tinggal. Ia meminta agar ibu itu mau membawa
"buku itu". "Buku apa?" tanyaku. "Katakan saja buku itu, pastilah ia
tahu," begitulah ia menjawab.

Seminggu kemudian ia meninggal dunia. Saat dinas kunjungan, saya
melihatnya. Yang sangat mengejutkan, wajahnya terlihat penuh dengan
ketenangan, membayangkan kebahagiaan. Saya tahu ia seorang Kristen,
namun tentang itu saya tidak mau berbicara dengannya atau tidak ingin
mendengarnya. Setelah orang itu meninggal, peninggalan orang itu
ditanyakan kepada saya.

"Mau diapakan ini?" tanya perawat kepada saya, sementara ia
menunjukkan sebuah buku yang dipegangnya.

"Buku apa itu?" saya balik bertanya.

"Alkitab milik orang miskin itu. Induk semangnya membawanya pada
kunjungannya yang kedua kali. Selama ia mampu membacanya, ia
melakukannya; dan ketika ia tidak lagi mampu membacanya, ia menaruhnya
di bawah seprai tempat tidur."

Saya mengambil Alkitab itu. Ternyata Alkitab itu milik saya sendiri --
Alkitab yang diberikan ibu ketika saya meninggalkan rumah. Saat saya
kekurangan uang, saya menjualnya dengan harga murah. Nama saya masih
tertera di situ, ditulis oleh ibu saya sendiri. Di bawah nama itu, ibu
menulis ayat yang khusus dipilih untuk saya. Benar-benar seperti dalam
mimpi. Untung saya dapat mengendalikan diri, agar tidak larut dalam
emosi. Dengan berbuat seolah-olah tidak ada apa-apa dan dengan suara
yang biasa saya menjawab, "Buku itu sudah tua sekali, harganya tidak
ada lagi, biarlah saya yang menyimpannya, entah bagaimana nanti, ya
nanti saja."

Alkitab itu saya bawa ke kamar. Buku itu terlalu sering digunakan.
Banyak lembarannya yang lepas-lepas, sebagian lagi ada yang robek;
sampulnya pun sudah rusak. Hampir setiap lembar menunjukkan bahwa buku
itu sering dibaca. Banyak bagian yang ditandai, yang merupakan
ayat-ayat yang sangat berharga. Sebuah kata yang pernah saya hafal
waktu remaja muncul lagi dalam pikiran. Dengan rasa malu saya menatap
buku itu, buku yang sangat berharga. Buku itu menyegarkan perasaan dan
menghibur hari orang yang malang pada saat-saat terakhir hidupnya.
Itulah yang telah menuntunnya kepada kehidupan kekal, yang membuatnya
mati dengan tenang dan penuh kebahagiaan. Buku ini, buku terakhir
pemberian ibu yang telah saya jual dengan harga yang tidak berarti
sama sekali. Cukup sudah. Saya telah menerima kembali Alkitab yang
mendorong saya bertobat.

Suara hati nurani saya tidak dapat diam. Saya bangkit dan menuju Dia
yang penuh kasih sayang, yang telah saya perlakukan dengan cara kasar,
tetapi justru memedulikan saya ketika berada dalam kesusahan.
Kemurahan Tuhan yang menyanggupkan saya percaya, bahwa Kristus Yesus
datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan menjadi
Pemimpin bagi saya.

Segala puji dan kemuliaan bagi Allah yang telah membeli, mencari, dan
membimbing kita sepanjang jalan.

Diambil dari:
Judul majalah: Kalam Hidup/Oktober/2005/No.714
Judul artikel: Bertemu Tuhan Melalui Alkitab yang Pernah Dijual
Penulis: Wilbur Konkel
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2005
Halaman: 45 -- 47

                 STOP PRESS: DVD LIBRARY SABDA ANAK 1.2

Telah hadir produk terbaru Yayasan Lembaga SABDA berupa DVD "Library
SABDA Anak 1.2", yang memuat 10.000+ bahan pelayanan anak.

DVD "Library SABDA Anak 1.2" adalah sebuah perpustakaan digital, yang
berisi: cerita-cerita Alkitab dalam format video, audio, gambar, komik
dan animasi; dan bahan-bahan lain seperti Software Alkitab SABDA,
Alkitab mobile (HP), ribuan artikel pelayanan anak dan ratusan e-Buku
Kristen. Semua bahan ini tersedia untuk melengkapi pelayanan hamba
Tuhan, guru sekolah, sekolah minggu, dan juga para orangtua. Selain
bermanfaat untuk dipakai sebagai alat peraga, bahan-bahan ini juga
menjadi sumber inspirasi untuk mengembangkan pelayanan anak di mana
pun Anda berada. Harapan kami DVD ini juga dapat tersebar dengan
mudah, karena gratis dan dapat dicopy atau diberikan kepada
rekan-rekan pelayan lain yang membutuhkan. Tetapi tidak diizinkan
untuk menggandakan DVD ini guna tujuan komersial.

Jika Anda tertarik untuk mendapatkan DVD di atas, silakan kontak:
< ylsa(at)sabda.org >. Apabila Anda rindu mendukung pelayanan YLSA
dengan dana, agar YLSA bisa membagikan DVD "Library SABDA Anak 1.2"
secara gratis kepada lebih banyak orang, silakan kirim ke:

YAYASAN LEMBAGA SABDA
a.n. Yulia Oeniyati
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo
No. Rekening: 0790266579

Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org