Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/70

e-Wanita edisi 70 (20-10-2011)

Peranan Wanita dalam Penginjilan

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
               TOPIK: Peranan Wanita dalam Penginjilan
                      Edisi 70/Oktober 2011

MENU SAJI
DUNIA WANITA: PERANAN WANITA DALAM PENGINJILAN
WAWASAN WANITA: KELUARGA DAPAT MENJADI TELADAN DALAM PELAYANAN
STOP PRESS: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Shalom,

Peranan seorang wanita dalam pelayanan sudah terlihat sejak dahulu,
meskipun tidak terlalu diperlihatkan, namun hasilnya dapat dilihat.
Wanita bukan hanya ditempatkan untuk mengurus keluarga saja, tetapi
kemampuannya bisa disalurkan dalam penginjilan. Kehadiran seorang
wanita adalah sebagai penolong dalam segala hal untuk memperlengkapi
pria. Kali ini kami menyajikan edisi tentang peranan wanita dalam
penginjilan. Kiranya dapat menginspirasi Anda untuk terus menyalurkan
talenta yang Tuhan sudah berikan bagi penginjilan.

Selamat melayani, Tuhan Yesus memberkati.

Redaksi e-Wanita,
Fitri Nurhana
< http://wanita.sabda.org/ >

           DUNIA WANITA: PERANAN WANITA DALAM PENGINJILAN

Ketika Allah menciptakan wanita, Ia menciptakan seorang penolong bagi
laki-laki yang sepadan dengan dia (Kejadian 2:20). Dan sejak saat itu
sampai sekarang, peranannya ialah sebagai penolong. Maksud Allah
tersebut dapat dikelabui oleh kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan yang
memuat tata cara dan tata nilai terhadap peranan dan kedudukan kaum
wanita dari masa ke masa. Dewasa ini, sudah terjadi perseteruan antara
dua posisi, yaitu kedudukan wanita dalam gereja dan masyarakat. Kedua
pandangan tentang peranan wanita dan statusnya adalah: pertama, paham
tradisional, bahwa wanita hanyalah sebagai ibu rumah tangga. Yang
kedua adalah wanita karier, yang berarti bahwa wanita dapat mengambil
bagian dalam fungsi sosial atau masyarakat sebagaimana halnya kaum
pria. Selayang pandang terhadap sejarah membuktikan kebenaran
tersebut.

Allah menciptakan pria dan wanita dan tidak memberikan vonis bahwa
kedudukan wanita itu lebih rendah daripada kedudukan pria. Pada masa
Perjanjian Lama, Allah terus-menerus menjunjung tinggi derajat kaum
wanita setara dengan kaum pria. Dalam hukum Taurat, seorang ibu harus
dihormati, ditaati, dan ditakuti. Ia memberikan nama kepada anak-anak
dan mengajar mereka. Persembahan yang sama diberikan untuk penyucian
apakah yang baru lahir itu anak laki-laki atau perempuan. Wanita
menghadiri kegiatan-kegiatan keagamaan dan mempersembahkan korban sama
dengan kaum pria. Janji seorang nazir dilakukan ketika ia
mempersembahkan hidupnya khusus untuk penyembahan kepada YHWH. Wanita
dikecualikan dari pekerjaan Sabat.

Masa berganti masa dan ada kecenderungan di bawah pengajaran rabi
untuk membuat kaum pria lebih unggul dan menyimpang dari maksud
Kejadian 2:20, "Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada
burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi
baginya sendiri, ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia."
Penyimpangan dan kecenderungan tersebut tercermin dalam sebuah buku,
"Jerusalem in the Time of Jesus" oleh Joachim Jeremias. Pengarang buku
ini menggambarkan kedudukan wanita dalam masyarakat dengan jelas.

Berikut ini ada beberapa kutipan.

1. Wanita tidak mengambil bagian dalam kehidupan kemasyarakatan dalam
lingkungan Yudaisme, khususnya keluarga yang taat pada hukum Taurat.

2. Wanita tidak diperhatikan di muka umum, tidak sopan bagi pria untuk
berduaan dengan wanita atau melirik atau memberikan salam kepada istri
orang lain.

3. Tempat umum hanya cocok untuk kaum pria; rumah adalah tempat bagi
kaum wanita.

4. Memiliki seorang istri sama dengan memiliki seorang budak yang
dibeli dengan harga atau harta.

5. Poligami diizinkan dan istri harus toleran terhadap gundik-gundik
suaminya yang tinggal bersama dengan mereka dalam satu rumah. Hak
untuk bercerai adalah milik suami.

6. Istri adalah milik suami dan ia dapat dijual sebagai budak untuk
membayar curiannya sebagai tebusan.

7. Dalam bidang keagamaan, dalam ibadah, ia hanya pendengar; ia tidak
berhak untuk bersaksi, karena dalam Kejadian 18:15 ia adalah seorang
penipu -- wanita pada umumnya adalah penipu. Semboyan yang berlaku
ialah, "Wanita, budak, anak tidak tahu apa-apa".

8. Kelahiran seorang bayi perempuan disambut dengan dukacita;
kelahiran seorang bayi laki-laki disambut dengan sukacita.

Kesimpulan dari kedudukan wanita dalam masyarakat pada masa itu ialah
bahwa kedudukan pria lebih tinggi daripada wanita; kaum wanita
tertutup dari dunia luar; wanita tunduk kepada kekuasaan atau suami;
dalam bidang keagamaan, wanita lebih rendah daripada kaum pria.

Dengan latar belakang inilah kita dapat menghargai pengangkatan wanita
seperti yang dilakukan Yesus sendiri. Dalam Perjanjian Baru, kedudukan
wanita dikembalikan seperti pada mulanya dan itu dilakukan oleh Yesus
sendiri. Kaum wanita ada sejak pemberitahuan tentang kelahiran sampai
kedatangan Kristus dan kenaikan-Nya ke surga. Yesus menyembuhkan
wanita. Yesus berkata bahwa dalam kebangkitan tidak ada
kawin-mengawin, tetapi tidak berkata bahwa kaum pria akan mendapatkan
keunggulan apa pun atas wanita. Yesus menempatkan semua orang, baik
pria maupun wanita, pada tingkat anugerah yang sama, yang tercermin
pada penghormatan yang diberikan-Nya bagi kaum wanita, melalui
perbuatan dan sifat universal dari kasih dan pelayanan-Nya. Ia
mengasihi dan melayani pria dan wanita, tanpa memandang bulu. Tuhan
Yesus menghapuskan segala inferioritas dan superioritas!

Yesus meniadakan kebiasaan ketika Ia mengizinkan kaum wanita
mengikuti-Nya dan melayani-Nya. Lukas 8:1-3 mencatat: "Tidak lama
sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota dan dari desa ke desa
memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama
dengan Dia, dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan
dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut
Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana istri
Khuza bendahara Herodes, Susana, dan banyak perempuan lain.
Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan
mereka."

Selanjutnya, pada saat menjelang kematian Tuhan Yesus di kayu salib,
kaum wanita tetap mengiring Dia. Firman Tuhan berkata: "Ada juga
beberapa perempuan yang melihat dari jauh, di antaranya Maria
Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda dan Yoses, serta Salome. Mereka
semuanya telah mengikut Yesus dan melayani-Nya waktu Ia di Galilea.
Dan ada juga di situ banyak perempuan lain yang telah datang ke
Yerusalem bersama-sama dengan Yesus." (Markus 15:40-41)

Semua ayat di atas berbicara tentang wanita yang mengikuti Yesus yang
belum pernah terjadi dalam sejarah. Yohanes Pembaptis telah berkhotbah
kepada wanita (Matius 21:32) dan membaptiskan mereka. Yesus membawa
mereka kepada Allah dalam kedudukan yang sama.

Selain dari kebebasan yang diberikan Yesus kepada wanita untuk
menyertai-Nya dalam perjalanan-Nya, Yesus menuntut suatu sikap
penghormatan dan penghargaan terhadap kaum wanita dari kaum pria,
yaitu dari para murid-Nya. Yesus menegaskan: "Kamu telah mendengar
firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang
yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan
dia di dalam hatinya." (Matius 5:27-28)

Tuhan Yesus tidak puas dengan hanya mengangkat kedudukan kaum wanita
di mata masyarakat. Ia menjadi Juru Selamat mereka dan seluruh umat
manusia (Lukas 7:36-50). Jika benar bahwa dosa masuk ke dalam dunia
karena wanita, bukankah benar pula bahwa Juru Selamat datang melalui
wanita?

Tugas penginjilan adalah tugas setiap orang percaya. Orang-orang
percaya terdiri dari pria dan wanita, anak, pemuda/i dan dewasa.
Berarti bahwa penginjilan adalah tugas bersama kaum pria dan kaum
wanita.

Matius 28:18-20 mencatat bahwa penginjilan adalah pekerjaan yang
diberikan kuasa Roh Kudus, pekerjaan yang harus dikerjakan dengan dan
melalui kuasa Roh Kudus. Tuhan Yesus datang ke dunia ini sebagai
Penginjil yang membawa Kabar Baik. Penginjilan ada karena suatu
perintah yang disertai kuasa, diteruskan karena kebutuhan global, dan
berlangsung terus karena ada orang-orang yang mengasihi jiwa-jiwa dan
berbeban untuk membawa mereka kepada Tuhan Yesus. Seandainya anak-anak
Tuhan tidak lagi berbeban untuk penginjilan, maka pekerjaan
pemberitaan Kabar Baik akan berhenti, sebab Tuhan tidak memiliki
pengerja lagi.

Apakah peranan kaum wanita dalam pelayanan penginjilan? Paulus
terkenal dalam penyebaran Injil di Eropa dan Asia. Kita mendengar
surat kirimannya kepada jemaat di Filipi, Efesus, Roma, dan
sebagainya, khususnya untuk ketiga jemaat itu, tiga wanita berperan
penting dalam pertumbuhan jemaat-jemaat ini. Ketiga wanita ini
berperan sebagai perintis di Filipi, pembina sidang di Efesus, dan
pengantar firman Tuhan dari Korintus ke Roma. Siapakah nama ketiga
wanita ini?

Pertama, adalah Lidia. Ia berasal dari Filipi
(Kisah Para Rasul 16:13-40). Ia pengikut pertama dari Eropa, seorang
yang bukan Kristen. Pada tahun 50, ia menjadi anggota kelompok doa dan
pemahaman Alkitab wanita Yahudi yang bertemu di tepi Sungai Gangites.
Setelah ia dibaptis, ia membuka rumahnya menjadi tempat pertemuan
kelompok PA yang sedang maju itu. Paulus setia mengajar dan berdoa
bersama mereka. Walaupun seorang pedagang kain ungu, ia tetap membuka
rumahnya bagi Tuhan. Ia adalah bagian dari perluasan Injil di kotanya.
Rumah Lidia terbuka untuk menjadi tempat ibadah, persekutuan, dan
pendidikan, serta latihan di dalam kehidupan Kristen. Dari kelompok
kecil ini, berdirilah jemaat Filipi tempat Paulus menulis:

"Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.
Memang sudahlah sepatutnya aku berpikir demikian akan kamu semua,
sebab kamu ada di dalam hatiku, oleh karena kamu semua turut mendapat
bagian dalam kasih karunia yang diberikan kepadaku, baik pada waktu
aku dipenjarakan, maupun pada waktu aku membela dan meneguhkan Berita
Injil. Sebab Allah adalah saksiku betapa aku dengan kasih mesra
Kristus Yesus merindukan kamu sekalian." (Filipi 1:3,7,8)

Kedua, adalah Priska (Kisah Para Rasul 18). Bersama dengan Akwila
suaminya, kemungkinan bertobat melalui pelayanan Paulus pada tahun 52.
Mereka bekerja sama dengan Paulus sebagai tukang kemah. Paulus tinggal
satu setengah tahun dengan mereka di Korintus. Mereka meninggalkan
Korintus bersama Paulus ke Efesus (Kisah Para Rasul 18:18-19). Setiba
di Efesus, Paulus meninggalkan pekerjaan dan tanggung jawab sekumpulan
orang Kristen pada mereka. Apolos mengunjungi mereka, seorang yang
fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Tetapi,
Akwila dan Priska menjelaskan kepadanya Jalan Allah. Setahun kemudian,
waktu Paulus kembali, ia melihat sebuah gereja yang bertumbuh dengan
pesat.

Dalam Roma 16:5, Paulus mengirim salam kepada Priska dan Akwila dan
juga jemaat di rumah mereka, yang dalam sejarah disebut "ecclesia
domestica", yang berarti gereja rumah (atau jemaat yang beribadah
dalam satu rumah). Juga disebut dalam Kolose 4:15; Filemon 1:2. Akwila
dan Priska telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk hidup Paulus (Roma
16:4).

Tidak dapat disangkal lagi bahwa adanya jemaat di Filipi dan di Efesus
ialah karena Lidia dan Priska ikut ambil bagian yang terpenting dalam
pertumbuhan gereja dan pengabaran Injil sebagai perintis dan pembina
jemaat. Strategi pertumbuhan gereja tidak meniadakan sumbangan wanita
sebagai penyumbang dan penolong. Tantangan bagi orang-orang percaya
ialah juga untuk mendirikan "ecclesia domestica" -- gereja di dalam
rumah yang akan kelak menjadi gereja dan jemaat Tuhan.

Ketiga ialah Febe. Kitab Roma adalah risalat doktrin terkemuka yang
diilhamkan Roh Kudus. Tetapi risalat/buku tersebut yang diberikan
Allah melalui Roh Kudus kepada Paulus akan bisa hilang tanpa pengantar
yang bertanggung jawab. Pengantar firman Tuhan itu ialah Febe. Ia
mengantar surat kepada jemaat di Roma dari Korintus.

Penyelidikan Alkitab yang diadakan di rumah ibu-ibu akan tumbuh dengan
limpah karena mereka mengambil bagian dalam mengabarkan firman Allah
kepada tetangga mereka, kepada teman-teman mereka, atau rekan sekerja
mereka. Wanita Kristen menghadapi tantangan untuk membawa firman Allah
di dalam rumah tangga dan dari rumah tangganya kepada rumah tangga
orang lain. Inilah satu cara penginjilan yang berhasil.

Peranan khusus kaum wanita dalam pelayanan penginjilan ialah sebagai
penolong, pembina, dan pembawa firman Allah. Lidia menjadi penolong
dalam merintis jemaat di Filipi dengan membuka rumahnya untuk tempat
ibadah; Priska bersama suaminya menjadi pembina sidang di Efesus; Febe
adalah pembawa firman Tuhan yang setia dan penuh tanggung jawab. Kaum
wanita adalah penyumbang, bukan saingan dalam pelayanan penginjilan.
Walaupun kedudukan wanita dewasa ini menjadi isu yang hangat, baiklah
kita membiarkan perbedaan paham ini dan marilah kita bersatu dalam
tugas penginjilan. Kaum wanita dan kaum pria termasuk para penuai di
ladang Tuhan. Bukankah Tuhan menciptakan wanita sebagai penolong kaum
pria? Dengan demikian, berikanlah tempat yang layak baginya dalam
rencana Allah di pelayanan gereja dan untuk pengabaran Injil. Marilah
kita sebagai kaum wanita bersiap-sedia menyokong pekabaran Injil
dengan apa yang kita miliki, dengan bahu-membahu bekerja sama dengan
kaum pria dalam pelayanan penginjilan.

Diambil dari:
Judul buku: Wanita Kristen dalam Mengatasi Pergumulan Hidup
Judul artikel: Peranan Wanita dalam Penginjilan
Penulis: DR. Ruth F. Selan
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1993
Halaman: 45 -- 50

               WAWASAN WANITA: KELUARGA DAPAT MENJADI
                        TELADAN DALAM PELAYANAN

1. Selesaikanlah masalah dalam keluarga secara terbuka.

Masalah yang terjadi harus diselesaikan secepatnya. Terbukalah kepada
setiap anggota keluarga, dan selalu bersikap rendah hati dalam
mengakui kesalahan. Akan lebih efektif lagi bila setiap hari ada
ibadah keluarga, semua masalah dapat diselesaikan baik kepada anggota
keluarga maupun kepada Tuhan.

2. Berilah pujian.

Anggota keluarga yang telah menunjukkan sikap yang baik, berhasil
dalam karier, atau memiliki prestasi yang baik harus diberikan pujian
yang tulus, agar lebih semangat lagi untuk menjadi yang terbaik,
terlebih menjadi teladan dalam melakukan firman Tuhan.

3. Terus menjadi model dalam melayani.

Keluarga harus dilibatkan dalam pelayanan karena dengan melayani,
setiap anggota akan mengerti bahwa ia hidup hanya untuk kemuliaan
Tuhan. Kepala keluarga harus memerhatikan karunia yang ada dalam
setiap anggota keluarga, agar dapat dipakai secara maksimal dalam
pelayanan.

4. Binalah keharmonisan.

Membina keharmonisan merupakan tuntutan kepada setiap orang yang
mengaku dirinya anak Tuhan. Kita harus menunjukkan keharmonisan dalam
keluarga untuk menjadi model bagi keluarga lainnya. "Membina
keharmonisan merupakan tuntutan kepada setiap orang yang mengaku
dirinya anak Tuhan."

Diambil dari:
Judul majalah: Kalam Hidup, Januari 2007
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup
Halaman: 10

             STOP PRESS: INTERNATIONAL DAY OF PRAYER FOR THE
                       PERSECUTED CHURCH (IDOP)

Pada bulan kegiatan IDOP, gereja-gereja dan umat Kristen di seluruh
dunia berdoa bersama bagi gereja Tuhan yang teraniaya. Tahun ini,
kegiatan IDOP akan dilaksanakan secara serempak pada bulan November
2011.

Kami mengajak Anda, para gembala sidang, pengajar, pemimpin, kaum
muda, pendoa syafaat, dan semua orang percaya untuk dapat bergabung
dalam acara doa bersama ini. Dapatkan pula IDOP KIT untuk membantu
Anda berdoa dan menyusun acara IDOP di gereja, sekolah, atau
persekutuan doa Anda. Informasi lebih lanjut tentang acara IDOP, bisa
di lihat di < www.persecutedchurch.org >

"TUHAN AKAN MEMBERIKAN KEMENANGAN JIKA KITA MAU MENYANGKAL DIRI"

Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Fitri Nurhana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org