Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/7

e-Wanita edisi 7 (6-3-2009)

Wanita dan Materialisme

_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
                    Topik: Wanita dan Materialisme
                          Edisi 07/Maret 2009
______________________________________________________________________
MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Yang Tidak Terbeli dengan Uang
- DUNIA WANITA: Hidup dalam Dunia Materialisme -- Mengapa Tidak Akan
                Pernah Memuaskan Jiwa yang Lapar
- WAWASAN WANITA: Tips Berbelanja untuk Konsumen yang Hemat
- POKOK DOA: Mengelola Keuangan
- STOP PRESS: Bergabung dalam Forum Diskusi "paskah.sabda.org"

______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Shalom,

  Tidak dapat dimungkiri bahwa saat ini kita hidup di dunia yang tidak
  lepas dari benda yang bernama uang. Sebuah nominal yang terdiri dari
  sederet angka yang menunjukkan besaran nilai tertentu. Kepungan
  nilai-nilai duniawi yang keras, kadang membuat kita lupa ada
  beberapa hal yang tidak dapat kita beli dengan uang, misalnya
  kebijaksanaan, kesehatan, dan terutama keselamatan kita yang ditebus
  melalui Yesus Kristus.

  Bulan ini, e-Wanita akan mengajak Sahabat Wanita sekalian untuk
  menyikapi gaya hidup modern yang selama ini telah menggerus
  nilai-nilai kekristenan kita. Dua edisi e-Wanita bulan Maret akan
  membahas tentang materialisme dan konsumerisme, terutama bagaimana
  seharusnya kita menggunakan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam
  menyikapi kedua hal tersebut. Tuhan memberkati.

  Teriring salam dan doa,
  Yohanna Prita Amelia
  Pimpinan Redaksi e-Wanita
  http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/

______________________________________________________________________

         God can make you anything you want to be, but you
       have to put everything in his hands - Mahalia Jackson -
______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                 YANG TIDAK TERBELI DENGAN UANG

  "Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu
  pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang
  tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak
  dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga
  hatimu berada." (Lukas 12:33-34)

  Menghimpun banyak kekayaan di dunia seperti yang sering kita lakukan
  sebenarnya adalah suatu kesalahan besar. Namun, ada kekayaan yang
  tidak dapat terlalu kita banggakan, tetapi tidak akan lenyap.
  Kekayaan ini dihimpun di surga bagi mereka yang benar-benar milik
  Allah.

  Sekaya apa pun atau setinggi apa pun pangkat kita di dunia ini,
  selalu masih ada hal yang kita inginkan. Kesempatan yang lebih
  banyak dimiliki orang kaya daripada orang miskin, namun yang justru
  paling sedikit mereka nikmati, adalah kesempatan membuat diri mereka
  bahagia. Kekayaan duniawi tidak pernah membuat seseorang benar-benar
  bahagia.

  Ada banyak kebenaran tentang hal ini. Uang, seperti juga waktu,
  sebaiknya tidak disia-siakan. Saya kasihan terhadap orang yang
  memiliki lebih banyak uang dan waktu, tetapi tidak tahu bagaimana
  menggunakannya. Tak ada nasihat yang lebih tepat untuk orang
  tersebut selain melakukan perbuatan baik dengan uangnya di dunia
  ini, yang berarti mengumpulkan harta di surga. Namun perlu diingat,
  semua harta di alam semesta ini tidak dapat membeli tiket ke surga.
  Keselamatan harus diterima sebagai hadiah dari permintaan. Tidak ada
  seorang manusia pun yang terlalu miskin di dunia ini sehingga tidak
  bisa menjadi jutawan di surga.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Waktu Teduh bersama D.L. Moody
  Judul asli buku: Quiet Times With D.L. Moody
  Penyusun: James S. Bell, Jr.
  Penerjemah: Nani Tjahjani
  Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2004
  Halaman: 48

______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

            HIDUP DALAM DUNIA MATERIALISME -- MENGAPA TIDAK
                AKAN PERNAH MEMUASKAN JIWA YANG LAPAR

  Pada saat saya dan suami masih terbilang pengantin baru dan tinggal
  di sebuah apartemen kecil, saya berpikir bahwa andai saja kami dapat
  membeli sebuah rumah, pasti saya akan merasa puas.

  Beberapa tahun kemudian, akhirnya kami memiliki rumah. Meskipun
  sederhana, dengan tiga kamar tidur yang memerlukan perbaikan dan
  dekorasi, rasanya menyenangkan memiliki rumah sendiri! Dan berjalan
  keluar melewati pintu depan ke halaman berumput -- bukannya sebuah
  lorong yang lembab, terasa seperti surga ada di bumi. Karena rumah
  ini rumah sendiri, tentu saja saya dapat mendekorasinya semau saya.

  Masa Iya?

  Tidak berapa lama kemudian saya menyadari bahwa saya tidak mudah
  puas. Oh, saya baik-baik saja selama sukacita memiliki rumah baru
  masih ada. Namun, keinginan hati kembali menguasai saya. Seandainya
  kita dapat mengganti karpet yang rusak atau mendesain ulang dapur,
  maka saya akan puas.

  Sudah 10 tahun berlalu. Kami telah melakukan semua hal itu (bahkan
  lebih!) dan saya menyadari: tak peduli seberapa banyak yang kita
  beli, akan selalu ada lebih banyak lagi hal yang kita inginkan. Saya
  tidak pernah puas, dan Anda mungkin juga.

  Menyingkap Mitos

  Dalam dunia yang tak pernah puas, seolah-olah diajarkan bahwa mitos
  materialisme adalah kebenaran Injil. Setiap kali membuka majalah,
  menyalakan televisi, atau berbicara dengan tetangga, kita hampir
  selalu dibombardir dengan pesan bahwa materi memberikan jawaban atas
  pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam hidup. Seberapa berhargakah
  saya? Seharga cat rambut termahal. Apakah sukses itu? Memunyai kartu
  "American Express". Bagaimana agar pikiran saya damai? Ikut banyak
  asuransi. Bagaimana saya menunjukkan kepada seseorang betapa saya
  sangat mencintainya? Mengirim sebuah hadiah. Dan apa yang saya
  lakukan saat merasa bosan? Tentu saja pergi berbelanja.

  Materialisme menjanjikan bahwa jika kita memperoleh pendapatan lebih
  banyak, memperoleh rumah impian, mengenakan pakaian bagus, dan
  bersenang-senang, kita akan puas. Tetapi kenyataannya, hal itu
  sering menciptakan keluarga yang tidak dapat keluar dari rutinitas
  kerja karena mereka terjerat utang. Materialisme menciptakan orang
  tua yang tidak punya waktu untuk berbagi satu sama lain atau dengan
  anak-anaknya. Materialisme memberi kita hal-hal yang lebih
  menyenangkan daripada yang didapatkan orang tua kita ketika mereka
  seusia kita, namun kita memiliki lebih sedikit waktu untuk
  menikmatinya. Materialisme juga mencetak para pria dan wanita yang
  tahu bagaimana memakai busana yang menunjang kesuksesan, namun
  sebenarnya hati mereka dipenuhi dengan keraguan dan pertanyaan.

  Harapan-Harapan Besar

  Saya tidak tahu dengan Anda, tapi saya melihat diri saya termasuk
  dalam golongan orang-orang yang berharap lebih. Saya berharap bahwa
  "rumah awal" yang kami tinggali sekarang hanyalah batu loncatan
  untuk sesuatu yang lebih besar. Tapi baru-baru ini saya harus
  bertanya pada diri saya sendiri, "Kata siapa?" Ada banyak orang di
  seluruh dunia dan di kota kami yang tinggal bersama keluarga besar
  mereka di apartemen-apartemen kecil. Mereka tidak pernah "berharap"
  untuk memiliki sebuah rumah yang bisa direnovasi sesuai keinginan
  saya dan orang lain harapkan. Saat ini, di daerah pinggiran kota
  tempat saya tinggal, rumah-rumah seperti itu harganya antara
  0.000 sampai 0.000! Siapa bilang hidup berutang sebanyak itu
  pada saya?

  Saya tidak mengatakan kita tidak akan pernah membeli rumah yang
  lebih luas; sikap yang mengharapkan hal itulah yang harus saya
  tentang dan pertanyakan.

  Sumber Ketidakpuasan

  Saya menemui bahwa sumber dari ketidakpuasan saya tenyata jauh lebih
  dalam daripada pengaruh harapan-harapan budaya. Saya paling rapuh
  saat saya keluar dari relasi-relasi yang untuknya saya diciptakan,
  dan arus kehampaan diri mengancam akan menarik saya ke dalam lautan
  materialisme yang menghanyutkan.

  Kita adalah makhluk sosial yang diciptakan pertama kali untuk
  menjalin hubungan dengan Tuhan. Saat dosa, pemberontakan, atau
  kurangnya perhatian menimbulkan adanya celah pada relasi terpenting
  ini, kehampaan jiwa yang kemudian terjadi, bisa sangat menyakitkan.

  Meskipun kita mencoba untuk mengisi kehampaan kita dengan
  mendapatkan lebih banyak hal, namun perhatikan baik-baik: tidak akan
  ada materi yang cukup untuk memuaskan kerinduan jiwa manusia. Itulah
  mengapa Kitab Ibrani dalam Alkitab menarik sebuah hubungan yang kuat
  antara kebebasan dari materialisme dan relasi kita dengan Tuhan:
  "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa
  yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: `Aku sekali-kali
  tidak akan membiarkan engkau dan sekali kali tidak akan meninggalkan
  engkau`" (Ibrani 3:15). Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam
  mitos materialisme hanya bisa dipuaskan dalam hubungan pribadi
  dengan Tuhan. Semakin kita konsisten mengejar hubungan itu, semakin
  kita tidak terobsesi dengan uang dan materi.

  Memandang Segala Sesuatu Seimbang

  Saya akan menjadi orang yang tidak realistis jika saya tidak
  mengakui betapa saya menikmati segala sesuatu yang bisa dibeli oleh
  uang. Rumah dengan halaman berumput dan tetangga kami yang baik
  telah menjadi sebuah tempat yang sangat bagus untuk membangun
  keluarga dan menyambut teman-teman kami. Dapur hasil desain ulang
  menghemat waktu saya dan mencegah rasa frustasi sehingga saya bebas
  mencurahkan lebih banyak waktu untuk orang-orang dan aktivitas yang
  benar-benar menarik bagi saya. Dan hidup pasti akan menjadi lebih
  sulit tanpa penghasilan rutin yang cukup. Saya menikmati
  anugerah-anugerah ini tanpa rasa bersalah karena Tuhan "dalam
  kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati"
  (1 Timotius 6:17).

  Namun, sudut pandang yang seimbang mengingatkan saya bahwa uang
  memiliki batasan-batasannya. Uang dapat membeli pakaian, tapi tidak
  kecantikan yang sejati. Tempat wisata yang eksotis, tapi bukan
  kemampuan untuk bersantai dan tidur. Sebuah rumah yang besar, tetapi
  tidak keluarga yang bahagia. Biaya dan peralatan olahraga, tetapi
  tidak seorang ayah. Hadiah yang mahal, tetapi tidak cinta. Sebuah
  rumah dan taman yang lebih baik, tetapi tidak seorang ibu yang
  memiliki waktu dan tenaga untuk bermain bersama atau membacakan
  buku.

  Sudut pandang yang seimbang juga menjaga saya agar tidak termakan
  keinginan hati dan memperingatkan saya tentang mengorbankan segala
  yang benar-benar penting dalam kehidupan untuk sesuatu yang tidak
  akan pernah cukup memuaskan. Bertolak belakang dengan mitos
  materialisme, bukan mereka yang mati dengan materi paling banyak
  yang menang. Adalah mereka yang mencintai keluarganya dengan baik,
  dan merasakan sukacita karena juga dicintailah yang menang. Adalah
  mereka yang tahu, apa makna di balik menghabiskan kehidupan untuk
  sebuah tujuan yang lebih besar dari diri merekalah yang menang.
  Adalah mereka yang mengenal Tuhan mereka, dan menanti kehidupan
  kekal bersama-Nyalah yang menang.

  Mengajukan Pertanyaan yang Tepat

  Sering kali, mengajukan pertanyaan yang tepat adalah sama pentingnya
  dengan menemukan jawaban yang benar. Faktanya, saya menemukan bahwa
  proses mengajukan pertanyaan adalah jawaban atas perjuangan saya
  dengan pengaruh-pengaruh budaya, harapan-harapan besar, dan
  kehampaan jiwa: Apa yang saya harapkan dalam hidup dan dari mana
  harapan itu berasal? Apakah sukses itu dan apakah saya cenderung
  mengukurnya dengan materi yang nampak dari luar? Seberapa banyak
  saya memberi diri untuk orang-orang yang saya cintai dan seberapa
  banyak saya bergantung pada hadiah-hadiah yang mahal (misalnya untuk
  ulang tahun atau Natal) untuk mengekspresikan cinta? Apakah sumber
  yang sebenarnya dari kehampaan atau sifat kompulsif yang saya
  rasakan?

  Di dalam kegaduhan kehidupan sehari-hari, sulit untuk menenangkan
  diri kita dan menunggu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sama
  pentingnya dengan jawaban-jawaban ini. Jawaban-jawaban benar dan
  salah atau yang menyelesaikan masalah dengan cepat, bukanlah
  jawaban-jawaban yang kita cari. Jawaban-jawaban yang sejati
  memberikan kepada kita pengetahuan mengenai diri kita sendiri, dunia
  material, dan dunia spiritual, dan membebaskan kita untuk memilih
  gaya hidup yang konsisten dengan nilai-nilai pokok daripada
  harapan-harapan budaya. Jawaban-jawaban yang sejati membantu kita
  menjaga perspektif kita di dunia di mana keinginan hati berada di
  luar kendali kita. Jawaban-jawaban yang sejati membawa kita lebih
  dalam kepada relasi-relasi yang untuknya kita diciptakan. Dan jika
  semua jawaban itu terpenuhi, maka kita akan dipuaskan. (t/Adwin)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Today Christian`s Woman
  Judul asli artikel: Living in a Material World
  Penulis: R. Ruth Barton
  Alamat URL: http://www.christianitytoday.com/tcw/1997/mayjun/7w3062.html

______________________________________________________________________
- WAWASAN WANITA

              TIPS BERBELANJA UNTUK KONSUMEN YANG HEMAT
                   Diringkas Oleh: Yohanna P.A.

  Tidak dapat dimungkiri, semakin hari harga kebutuhan pokok semakin
  tinggi. Hal ini terkadang tidak diikuti dengan naiknya penghasilan
  kita tiap bulannya. Bahkan beberapa orang sering mengeluh karena
  mereka mengalami kesulitan finansial. Sebenarnya masalah utamanya
  bukan karena kita tidak memiliki cukup uang, tapi kadang secara
  tidak sadar kita mengeluarkan uang lebih banyak dari yang
  seharusnya.

  Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan untuk mengatur
  pengeluaran Anda.

  1. Buatlah Perencanaan
     Sebelum berbelanja, alangkah baiknya jika Anda melakukan
     perencanaan terlebih dahulu. Perencanaan akan membantu Anda
     terhindar dari pembelian barang yang tidak perlu.

  2. Bandingkan Harga
     Jangan mudah tergoda oleh barang yang mendapat potongan harga.
     Bandingkan dengan toko lain sebelum Anda menjatuhkan keputusan.
     Terkadang toko lain menjual barang yang sama dengan harga yang
     lebih terjangkau.

  3. Banyak Belum Tentu Hemat
     Biasanya orang berpikir, mereka lebih hemat jika membeli satu
     macam barang dalam jumlah besar. Pikirkan dulu sebelum membeli
     barang dalam jumlah besar, belilah barang hanya untuk
     menggantikan yang sudah habis di rumah. Sebagai contoh, Anda
     tidak perlu membeli tisu enam gulung jika Anda hanya
     membutuhkan satu gulung saja, bukan? Sisa uangnya bisa Anda
     gunakan untuk membeli kebutuhan lain yang kebetulan sedang habis
     di rumah.

  4. Jangan Tergoda Potongan Harga
     Jangan membeli barang hanya karena barang tersebut sedang
     mendapatkan potongan harga, apalagi jika Anda tidak benar-benar
     membutuhkannya. Kadang ketika kita membersihkan dapur atau
     lemari, kita akan menemukan berbagai macam barang yang dulu kita
     beli ketika sedang pesta diskon, tetapi pada akhirnya barang
     tersebut tidak pernah kita gunakan.

  5. Jumlah Besar Belum Tentu Lebih Murah
     Hampir sama dengan tips nomor 3, tips ini ingin mengingatkan Anda
     bahwa pembelian barang dalam besar belum tentu lebih murah.
     Kadang kala, kita perlu melihat harga barang dalam partai besar
     untuk membandingkannya agar mendapatkan harga yang lebih murah.
     Banyak toko yang menyertakan harga per unit di samping harga
     satuan.

  6. Cek Selalu Nota Belanja Anda
     Jangan lupa untuk mengecek kembali nota yang diserahkan oleh
     petugas setelah Anda berbelanja. Komputer pun bisa melakukan
     kesalahan. Saya memiliki sebuah pengalaman di mana saya harus
     membayar 23 potong roti, padahal seharusnya hanya 2 potong. Saya
     senang sekali karena saya mengecek nota saya.

  7. Jangan Membawa Kartu Kredit
     Supaya tidak membelanjakan terlalu banyak uang, saya sarankan
     jangan membawa kartu kredit Anda. Bawalah sejumlah uang yang Anda
     perlukan. Dengan begitu, Anda tidak akan tergoda untuk membeli
     barang lain yang mungkin tidak Anda perlukan.

  8. Jangan Belanja pada Tanggal Muda
     Berbelanja bisa memberi tekanan yang besar terutama jika pusat
     perbelanjaan ramai dipenuhi oleh orang. Oleh karena itu,
     hindarilah tanggal muda di mana orang kebanyakan berbelanja
     setelah menerima gaji bulanan mereka. Bayangkan kelelahan yang
     harus Anda rasakan dan waktu yang terbuang hanya untuk mengantri
     di kasir ketika tanggal muda.

  Banyak cara lain untuk berbelanja. Awali acara belanja Anda dengan
  sebuah perencanaan, jangan pernah pergi ke toko tanpa perencanaan
  terlebih dahulu. Bijaksanalah dan tetapkan tujuan ketika Anda
  menghadapi godaan. Selamat berbelanja. (t/Yohanna)

  Diterjemahkan dan diringkas dari:
  Nama situs: EzineArticles.com
  Judul asli artikel: Shopping Tips For the Frugal Shopper
  Penulis: Martin Lukac
  Alamat URL: http://ezinearticles.com/?Shopping-Tips-For-the-Frugal-Shopper&id=241516

______________________________________________________________________
- POKOK DOA

                         MENGELOLA KEUANGAN

  1. Doakan agar setiap orang, khususnya para wanita Kristen, dapat
     memanfaatkan dan mengelola keuangan yang sudah Tuhan percayakan
     kepada mereka secara bijaksana.

  2. Berdoa juga agar setiap wanita Kristen selalu memiliki hidup yang
     penuh ucapan syukur di tengah-tengah dunia yang semakin
     materialisme ini.

______________________________________________________________________
- STOP PRESS

        BERGABUNG DALAM FORUM DISKUSI "paskah.sabda.org"
                    http://paskah.sabda.org/

  Situs "paskah.sabda.org" telah menyediakan fasilitas khusus, yaitu
  Forum Diskusi. Fasilitas ini disediakan bagi para pengunjung yang
  ingin bergabung dalam diskusi Paskah bersama dengan saudara-saudara
  seiman yang lain.

  Saat ini, ada beberapa topik yang sedang dibahas dalam diskusi, di
  antaranya:
  1. Etimologis arti kata "Paskah"
     ==> http://paskah.sabda.org/apa_arti_kata_paskah
  2. Mengapa Kristus harus mati?
     ==> http://paskah.sabda.org/mengapa_kristus_harus_mati
  3. Apakah kematian Kristus dapat dibuktikan?
     ==> http://paskah.sabda.org/apakah_kematian_kristus_bisa_dibuktikan
  4. Apa makna kebangkitan Kristus bagi iman Kristen kita?
     ==> http://paskah.sabda.org/apakah_makna_kebangkitan_kristus_bagi_iman_kristen
  5. Apakah kebangkitan Kristus dapat dibuktikan?
     ==> http://paskah.sabda.org/apakah_kebangkitan_kristus_bisa_dibuktikan

  Nah, kami mengundang Anda untuk bergabung dan saling menguatkan
  serta menjadi berkat bagi saudara-saudara seiman yang lain.

  Tim Moderator,
  paskah.sabda.org

______________________________________________________________________
Koresponsdensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Yohanna Prita Amelia
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Christiana Ratri Yuliani
Kontributor: Adwin Agung Kurniawan
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/

_______________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org