Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/59

e-Wanita edisi 59 (5-5-2011)

Berani Mengampuni

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                      TOPIK: Berani Mengampuni
                         Edisi 59/Mei 2011

MENU SAJI
DUNIA WANITA 1: MENGAPA TIADA MAAF BAGIMU?
DUNIA WANITA 2: SAKIT HATI DAN KEPAHITAN HARUS DIBAKAR DI BAK SAMPAH
STOP PRESS: E-DOA

Shalom,

Tuhan menciptakan wanita dengan kepribadian yang lembut. Dibandingkan
dengan pria, wanita lebih peka perasaannya. Oleh karena itu, seorang
wanita mudah tersentuh perasaannya, baik terhadap hal yang positif
maupun yang negatif.

Sahabat wanita, marilah kita belajar bersikap bijaksana terhadap
perasaan sensitif yang kita miliki dan selalu mengontrolnya dengan
kebenaran firman Tuhan. e-Wanita edisi 59 menyajikan bagaimana kita
memiliki perasaan (hati) yang selalu dipenuhi dengan kasih Tuhan,
sehingga kita bisa mengampuni dan apa yang kita pancarkan dari hati
akan menjadi berkat untuk orang lain. Selamat menyimak, Tuhan Yesus
memberkati.

Staf Redaksi e-Wanita,
Fitri Nurhana
< http://wanita.sabda.org >

             DUNIA WANITA 1: MENGAPA TIADA MAAF BAGIMU?

Anda mungkin berpikir bahwa judul di atas diambil dari lagu lama yang
dipopulerkan kembali oleh Yuni Shara pada tahun 1995. Ya, Anda betul.
Entah apa nama judul lagu sekaligus album Yuni Shara itu, yang jelas
bagian lirik lagu yang sangat gampang diingat adalah "Mengapa tiada
maaf bagimu".

Terlepas dari ulasan tentang lagu itu, setiap manusia dalam interaksi
sosial dan komunikasi, baik dalam ruang lingkup kecil maupun luas,
semua perlu memaafkan: satu pihak perlu meminta maaf bila telah
terjadi kekhilafan, dan pihak lain perlu menerima maaf dengan cara
memaafkan kesalahan yang bersangkutan. Pokoknya di antara sesama
manusia harus saling memaafkan, sebab tidak ada insan di dunia ini
yang luput dari kesalahan dan kelemahan, dan ketidaksempurnaan kita
perlu diimbangi dengan saling memaafkan.

Itulah yang terjadi antara si "leher beton" Mike Tyson dan Evender
Holyfield 28 Juni 1997 lalu. Pada ronde ketiga pertarungan kelas berat
antara kedua petinju Amerika Serikat itu, Mike Tyson menggigit kedua
telinga sang juara bertahan. Bahkan telinga kanan Holyfield sampai
putus sehingga harus menjalani operasi plastik untuk menyambung
telinganya itu.

Sungguh memalukan perbuatan Mike Tyson di ring tinju hari itu, sebab
diperkirakan sekitar 3 milyar penduduk dunia menyaksikan pertandingan
tersebut. Menurut aturan main dalam olahraga tinju, perbuatan tersebut
tidak dapat ditoleransi, sehingga Mike Tyson didiskualifikasi. Namun
dua hari sesudah peristiwa memalukan itu, Mike Tyson dengan jantan
meminta maaf kepada Holyfield.

Pihak Mike Tyson dengan rendah hati memohon maaf atas kesalahannya,
dan pihak Holyfield dengan tangan terbuka memaafkan kesalahan Tyson.
Kita lihat di sini, ada kerja sama di antara keduanya dalam melakukan
bagian masing-masing. Tyson bersedia mengulurkan tangan untuk memohon
maaf, dan Holyfield menerima uluran tangan Tyson sebagai bukti ia
memaafkan Tyson. Jika tidak demikian, maka pemulihan hubungan di
antara keduanya tidak pernah terjadi.

Terkadang kita tidak mau memohon maaf ketika kita berbuat salah. Atau
kalaupun pihak yang bersalah sudah bersedia meminta maaf kepada kita,
namun kita yang tidak bersedia memaafkannya. Hal ini bila dibiarkan
sekian lama, malah menjadi tambah rumit.

Amsal 19:11 berkata, "Akal budi membuat seorang panjang sabar dan
orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran." Itulah yang dilakukan
oleh Allah terhadap manusia. Seandainya Allah tidak memaafkan segala
pelanggaran dan kesalahan kita, pastilah kita semua tidak ada yang
layak untuk menjadi umat-Nya.

Mengapa saling memaafkan itu penting? Sebab tanpa mau meminta maaf
kepada orang lain dan memberi maaf kepada orang yang bersalah kepada
kita, mustahil kita dapat mengampuni orang lain yang bersalah kepada
kita. Sikap memaafkan dan mengampuni itu saudara kembar: Jika kita
tidak mau memaafkan orang lain berarti kita tidak mau mengampuni orang
itu. Padahal, mengampuni orang lain merupakan hasil mutlak dari iman
kita kepada Kristus.

Kita diselamatkan dari hukuman dosa, kita diangkat menjadi anak-anak
Allah, kita disebut sebagai orang yang dinyatakan benar di hadapan
Allah, hanya oleh rahmat dan kasih karunia Allah yang telah memberikan
maaf dan pengampunan kepada kita. Allah telah membayar harga yang
sangat mahal untuk memaafkan dan mengampuni kita, yaitu Yesus Kristus
harus dikorbankan mati di kayu salib.

Itulah sebabnya Paulus menasihati jemaat di Kolose, "Sabarlah kamu
seorang terhadap yang lain, dan ampuni seorang terhadap yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti
Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose
3:13) Apabila Anda memiliki sikap memaafkan dan mengampuni, maka
masalah apa pun yang terjadi -- mungkin terhadap pasangan, anak, orang
tua, teman kita, bahkan terhadap siapa pun -- akan dapat diselesaikan
dengan baik dan tuntas.

Seandainya suami Anda tidak mau memaafkan dan mengampuni kesalahan
Anda, sehingga masalah di antara Anda dan dia tidak kunjung
terselesaikan, rasanya Anda dapat menyanyikan syair lagu tadi,
"Mengapa tiada maaf bagimu?" Sebab logikanya, kalau di masyarakat umum
saja memiliki sikap saling memaafkan, bukankah aneh kalau di antara
teman seiman masih ada ungkapan "tiada maaf bagimu dan tiada ampun
dariku?"

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Kalam Hidup, Oktober 2007
Judul artikel: Mengapa Tiada Maaf Bagimu?
Penulis: Kor
Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman: 50 -- 51

         DUNIA WANITA 2: SAKIT HATI DAN KEPAHITAN HARUS
                    DIBAKAR DI BAK SAMPAH

Sakit hati, kepahitan, dan iri hati dimulai dan diperangkap oleh
amarah -- penyakit yang bisa membusukkan tulang (Pengkhotbah 7:9;
Amsal 14:30). Kepahitan akan menghambat berkat dan perkembangan
kepribadian, sehingga menjadi tembok yang menghalangi pembaharuan
(Efesus 4:23, 31). Sebagaimana kemalasan adalah ibu dari kemiskinan,
maka amarah adalah ibu dari segala kekacauan. Jadi, apabila Anda
memilih tetap memeliharanya, maka hal itu sama dengan Anda memilih
diam di tempat dan tidak beranjak ke mana-mana.

Sakit hati (kepahitan) harus dibuang jauh-jauh sampai tidak tampak
lagi. Ada contoh yang bagus dalam dunia komputer. Apabila sebuah
berkas (file) tidak diperlukan lagi, maka berkas itu akan dihapus oleh
pemiliknya. Tetapi program yang tersedia di komputer akan membuang
berkas itu ke dalam Bak Sampah (Recycle Bin). Apabila pemilik komputer
masih menginginkan berkas itu, dia masih dapat mengambil lagi dari Bak
Sampah tersebut. Dalam kasus kepahitan, yang sebaiknya dilakukan
adalah menghapus selamanya berkas itu dari Bak Sampah -- sama seperti
kita membakar sampah rumah tangga -- sehingga benar-benar hilang dan
tidak terlacak lagi. Dengan kata lain, kita harus membuang kepahitan
tersebut dari pikiran, hati, dan jiwa kita.

Kemampuan Menghapus Sakit Hati dengan Cara Ajaib

Penyertaan Allah pada Yakub membuat Esau dapat mengampuni. Esau patut
memendam sakit hati kepada saudaranya, Yakub. Yakub telah memperdaya
Esau dengan semangkok sup kacang merah, sehingga Esau kehilangan hak
kesulungan yang berharga. Dalam hal ini, Esau sendirilah yang bersalah
karena dia tidak menghargai atau memelihara haknya dengan baik. Yakub
bersama Ribka, ibu mereka, telah memperdaya Ishak, ayah mereka,
sehingga Ishak memberkati Yakub dengan berkat yang telah disiapkannya
untuk Esau. Esau kemudian mengucapkan kata-kata dendam. Dia berjanji
akan membunuh Yakub setelah ayah mereka meninggal. Dia meraung-raung
ketika mengetahui berkat untuknya telah diberikan kepada Yakub.
Bagaimanakah akhir dari dendam yang menjadi kepahitan itu?

Bertahun-tahun kemudian, pada perjumpaan pertama yang menegangkan bagi
Yakub, Esau datang dengan pasukannya menghampiri Yakub. Apa yang Esau
lakukan? "... Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk
lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka."
(Kejadian 33:4) Apakah waktu yang cukup lama yang telah menghapus
dendam Esau? Saya lebih suka merujuk pada jaminan Tuhan kepada Yakub,
"Pulanglah ... Aku akan menyertai engkau." (Kejadian 31:3)

Kemampuan Menghapus Sakit Hati dengan Jiwa yang Besar

Yusuf, anak Yakub, oleh saudara-saudaranya disingkirkan dari
tengah-tengah keluarganya dengan keji. Dia dipisahkan dari ayahnya.
Dia dibuang ke lubang bekas sumur, lalu dijual ke saudagar budak untuk
dibawa ke tempat asing. Bagaimanakah Yusuf menyikapi perlakuan
saudara-saudaranya itu? Yusuf tidak pernah mengingat-ingat persoalan
itu dalam pikirannya. Selama di perjalanan, di pembuangan, di rumah
Potifar, dan di dalam penjara, Yusuf tidak pernah membahas atau
memperbincangkan deritanya kepada siapa pun, padahal Yusuf orang yang
mudah bergaul, tentu memunyai banyak teman. Setelah dua puluh tahun,
dia berjumpa dengan saudaranya. Dalam posisi yang paling mungkin untuk
membalaskan sakit hatinya, dia tidak melakukannya. Apa rahasianya? Dia
memiliki hati yang bersih, jujur, taat pada Tuhan, serta hidup kudus.
Dengan pribadi yang senantiasa menceritakan Tuhannya, dia dapat
berkata kepada saudara-saudaranya, "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu
jual ke Mesir. Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh
Mesir." (Kejadian 45:4,9) Dalam pernyataan itu, ada pengakuan bahwa
semua yang telah terjadi adalah rencana Tuhan.

Bagaimanakah Kita Dapat Menghilangkan Sakit Hati yang Berkepanjangan?

Yang pertama dilakukan adalah memeriksa diri kita sendiri dengan jujur
dan berjiwa besar. Apakah kita sedang "memakai kacamata hitam",
sehingga semua menjadi gelap? Ataukah kita senang melihat ke belakang?
Apabila tidak, kita dapat memberitahukan satu atau dua dari beberapa
kemungkinan di bawah ini terhadap si pembuat sakit hati.

1. Mempelajari Siapa Pembuat Sakit Hati Itu

Ada kemungkinan si pembuat sakit hati itu adalah seorang yang kurang
cerdas, ikut-ikutan, kekanak-kanakan -- atau sebaliknya malahan sudah
uzur --, terikat aturan, seorang yang polos yang berpikiran sangat
sederhana, seorang yang sangat berambisi, pemarah (menjadi tawanan roh
pemarah), memiliki latar belakang yang pahit, serta belum dilepaskan.
(Sama seperti Tuhan memahami umat Israel, yang telah menjadi budak di
Mesir selama 400 tahun dan kemudian tawanan di Babel selama 70 tahun.)
Apabila demikian, sesungguhnya si pembuat sakit hati itu sebenarnya
adalah pribadi yang patut dikasihani. Lebih dari itu, apabila Anda
sering berdoa syafaat, dia perlu dibawa dalam doa. Mari memahami bahwa
kepada orang-orang seperti itulah Yesus berkata, "Ya Bapa, ampunilah
mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas
23:34)

2. Memeriksa Hubungan Anda Dengan si Pembuat Sakit Hati

Anda perlu mengingat-ingat kebaikan apa yang pernah Anda terima dari
si pembuat sakit hati. Bila perlu, buatlah daftar kebaikan yang pernah
dia perbuat, yang sangat bernilai dalam sejarah kehidupan Anda. Kalau
Anda tidak dapat mengingatnya, mungkin kebaikan itu hanya berupa
segelas air putih yang ia berikan. Kebaikan itu kemudian dapat
dijabarkan ke dalam sub-sub nilai yang pernah Anda peroleh sekecil apa
pun itu. Hanya orang yang berhati sabarlah yang dapat melakukan hal
tersebut. Seperti nasihat Paulus kepada jemaat di Kolose, "Sabarlah
kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain
apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti
Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose
3:13)

3. Membangun Kemampuan Diri untuk Mengampuni

Mengampuni kesalahan orang lain bukanlah suatu kelemahan melainkan
suatu kekuatan. Bandingkan ketika Yesus berkata "Anak Manusia berkuasa
untuk mengampuni dosa", Ia berkuasa untuk menghapus dosa. Manusia
hanya cukup di tingkat memaafkan saja, namun keduanya merupakan suatu
tindakan yang melupakan dosa (Yesaya 43:25). Supaya terbiasa, sekarang
Anda boleh menyanyikan lagu, "Sejauh timur... dari barat, Engkau
membuang dosaku.... Tiada Kau ingat lagi... pelanggaranku. Jauh ke
dalam... tubir laut, Kau melemparkan dosaku.... Tiada Kau
perhitungkan... kesalahanku." (Mikha 7:19) Untuk membangun kemampuan
di atas, tidak dapat dilakukan dengan kekuatan sendiri karena manusia
memang lemah. Kita harus masuk dalam persekutuan dengan Tuhan.
"Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih
karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan
kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang." (Ibrani 12:15)

4. Jangan Memberi Peluang Kepada Sakit Hati

Hal itu seperti meniup bara api yang akan semakin membesar, sampai
sulit dipadamkan, lalu akan membakar hati dan seluruh pribadi Anda.
Jangan biarkan api sakit hati sekecil apa pun mulai menyala karena dia
akan terus membakar (Yakobus 3:5). Walaupun sulit, mari terus melatih
diri agar dapat memadamkan api kemarahan sebelum matahari terbenam.
Segala kepahitan, kegeraman, amarah, pertikaian, dan fitnah hendaklah
dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. (Efesus
4:26,31)

5. Melihat ke Depan

Senantiasalah melihat ke depan. Apabila memelihara permusuhan dan
sakit hati, Anda pasti akan menuai kerugian demi kerugian. Apabila
mengingat-ingat kesalahan, Anda pasti akan membatasi ruang gerak ke
masa depan. Walaupun dalam konteks yang berbeda, tetapi cara Paulus
menatap ke depan dapat Anda teladani. "Saudara-saudara, aku sendiri
tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang
kulakukan, aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan
diri kepada apa yang di hadapanku." (Filipi 3:13) Bahkan Paulus dengan
ekstrem menganggap apa yang ada di belakangnya adalah sampah, baik itu
kebesaran-kebesaran dunia, apabila dia bandingkan dengan Kristus.

6. Jangan Berkompromi

Sering orang berkata, "Saya dapat memaafkan, tetapi tidak dapat
melupakan." Manusia memang dibekali dengan memori atau daya ingat,
namun ketika kalimat itu diucapkan, ada sesuatu yang terjadi: masih
ada kompromi antara menghapus dan menyebut-nyebut. Jika dalam doa Anda
memohon pengampunan dan mengatakan Anda mengampuni kesalahan orang
lain (Matius 6:12), tetapi Anda masih menyimpan akar kepahitan, maka
hal itu sama dengan Anda tidak memperoleh pengampunan dari Allah
karena Anda tidak mengampuni orang lain. Mari mengambil sikap tidak
mengingat dan tidak membicarakan lagi. Kita harus memilih salah satu
antara mengampuni atau tidak, bukan kedua-duanya -- "Dari mulut yang
satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh
demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit
dari mata air yang sama?" (Yakobus 3:10-11)

7. Segera Keluar dari Jerat Kepahitan yang Dibuat oleh Iblis

Segera keluar dari jerat yang dibuat oleh iblis dengan kemasan yang
menarik. Lakukanlah cara apa saja (awali dengan berdoa) yang bermuara
kepada kemampuan untuk memunyai perasaan damai dan sejahtera. Bukan
sembarang damai dan sejahtera, tetapi damai dan sejahtera yang berasal
dari Bapa Surgawi di dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Filipi 4:7).

Diambil dan disunting dari:
Judul buletin: TABUR No.002 - 2008
Judul artikel: Sakit Hati dan Kepahitan Harus Dibakar di Bak Sampah
Penulis: Albiden Hutagaol
Penerbit: Tidak dicantumkan
Halaman: 35 -- 40

                         STOP PRESS: E-DOA

e-DOA adalah sebuah milis yang lahir dari kerinduan YLSA untuk
memberikan bahan-bahan tulisan seperti renungan, artikel, kesaksian,
tokoh bagi para pendoa Kristen Indonesia. Milis ini bertujuan
memperkaya pendoa Kristen Indonesia dalam kehidupan spiritual dan
kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu, diharapkan dapat memberikan
inspirasi dan penguatan melalui pelayanan doa.

Milis ini terbuka bagi denominasi gereja mana pun. Dengan menjadi
pelanggan e-DOA, maka secara otomatis Anda juga menjadi pelanggan
KADOS, Open Doors, dan 30 Hari Doa. Jadi, bagi para pendoa Kristen
Indonesia yang ingin dibekali menjadi pendoa Kristen seutuhnya, tunggu
apa lagi? Kami tunggu keikutsertaan Anda di milis ini.

Kontak redaksi: < doa(at)sabda.org >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >
Situs: < http://doa.sabda.org >

"Setiap Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan yang Kita Lakukan Dilahirkan
dari Hati"

Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Fitri Nurhana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org