Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/53

e-Wanita edisi 53 (3-2-2011)

Kasih dalam Keluarga

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                     TOPIK: Kasih dalam Keluarga
                        Edisi 53/Februari 2011

MENU SAJI
RENUNGAN WANITA: CINTAILAH AKU SEBAGAIMANA ADANYA ENGKAU
DUNIA WANITA: KASIH AGAPE DALAM KELUARGA
STOP PRESS: KELAS DISKUSI PESTA -- PASKAH 2011

Shalom,

Selamat berjumpa kembali dalam kesempatan kali ini. Wah, tidak terasa
kita telah memasuki bulan kedua di tahun ini. Sahabat wanita yang
terkasih di dalam Tuhan, sebagaimana kita ketahui bahwa kedudukan
orang tua di dalam keluarga merupakan kedudukan yang memiliki tanggung
jawab yang tinggi. Orang tua dalam keluarga menjadi wakil Allah,
sehingga mereka harus benar-benar bertanggung jawab di dalam
pengajaran. Hal yang paling utama adalah bagaimana menerapkan kasih
dalam keluarga dan menjadikannya sebagai gaya hidup. Kasih merupakan
dasar untuk menciptakan keluarga yang bertumbuh dalam Tuhan. Dengan
demikian, keluarga dapat menjadi teladan dan saksi Tuhan bagi
lingkungan sekitar.

Kepemilikan kasih diperuntukkan kepada semua anggota keluarga. Tidak
ada hal yang dapat menandingi suasana keluarga yang penuh kasih. Untuk
itu, dalam edisi kali ini kami menyajikan artikel-artikel menarik
seputar kasih. Semoga sajian kami, dapat memberikan sesuatu yang baru
dalam menerapkan kasih dalam keluarga Anda, sehingga Tuhan dapat
dimuliakan melalui keluarga-keluarga yang mengasihi-Nya. Tuhan Yesus
memberkati.

Staf Redaksi e-Wanita,
Fitri Nurhana
< http://wanita.sabda.org/ >

      RENUNGAN WANITA: CINTAILAH AKU SEBAGAIMANA ADANYA ENGKAU

Yesus Berbicara kepada Satu Jiwa

Aku mengenal kerapuhanmu, pergumulanmu, dan penderitaan jiwamu;
kekurangan, kelemahan dan penyakit tubuhmu. Aku mengenal takutmu,
dosa-dosamu, walau begitu Aku tetap berkata kepadamu: "Berikanlah
hatimu kepada-Ku, cintailah Aku sebagaimana adanya engkau..."

Jika engkau menantikan lebih dahulu menjadi malaikat, barulah kemudian
engkau menyerahkan dirimu kepada cinta, maka engkau tidak akan pernah
mencintai. Walaupun engkau masih juga takut dalam menjalankan
kewajiban dan keutamaan, walaupun masih jatuh dan jatuh kembali di
dalam kelemahan yang sebenarnya tidak ingin kau lakukan lagi, Aku
tidak menginginkan engkau untuk tidak mencintai Aku.

Cintailah Aku seperti apa adanya engkau. Di setiap saat dalam situasi
dan kondisi apa pun, dalam semangat atau kekeringan, dalam kesetiaan
atau ketidaksetiaan, cintailah Aku... seperti apa adanya engkau.

Aku menghendaki kasih dari hatimu yang miskin itu, jika engkau
menunggu menjadi sempurna dahulu, engkau tidak akan pernah mencintai
Aku.

Tidak dapatkah Aku mengubah setiap butir pasir dan menjadikannya
seorang serafin yang bercahaya kemurnian, kemuliaan, dan cinta?
Bukankah Aku Yang Maha Kuasa? Jika Aku senang membiarkan berada dalam
ketiadaan makhluk-makhluk yang sangat indah ini dan menyukai cinta
yang sederhana dari hatimu, bukankah Aku ini tuan atas cinta-Ku?

Putra-putri-Ku, biarkanlah Aku mencintaimu, Aku merindukan hatimu.
Memang Aku rindu mengubah engkau dalam peredaran waktu, tapi untuk
sekarang ini Aku mencintaimu seperti apa adanya engkau... dan Aku
ingin agar engkau berbuat begitu juga. Aku ingin melihat dari
kerapuhan cinta yang paling mendasar, lahirlah cinta.

Aku mencintai di dalam dirimu kelemahanmu juga, Aku ingin agar dari
jiwa-jiwa yang tidak bersih keluarlah terus menerus seruan, "YESUS AKU
MENCINTAIMU."

Aku menghendaki hanya melodi hatimu, Aku tidak membutuhkan baik ilmu
maupun bakatmu. Hanya satu hal saja yang Aku rindukan, melihat engkau
bekerja dengan cinta.

Bukan keutamaan-keutamaanmulah yang Aku rindukan, sebab seandainya Aku
mengaruniakannya kepadamu, pasti engkau yang begitu lemah akan
mempergunakan untuk memupuk cinta diri yang egois, jangan cemas karena
itu. Sebenarnya, Aku dapat menentukan kamu untuk hal-hal yang mulia,
tidak, engkau akan menjadi hamba yang tidak berguna, malahan sedikit
yang ada padamu akan Aku ambil karena Aku telah menciptakan kamu hanya
untuk cinta.

Hari ini Aku berada diambang pintu hatimu seperti seorang pengemis,
Aku Raja dari segala raja! Aku mengetuk dan menanti, bergegaslah,
bukalah hatimu bagi-Ku. Jangan membawa kerapuhan sebagai dalih,
seandainya engkau sungguh mengenal kekuranganmu, pasti engkau mati
karena kesedihanmu. Yang akan dapat melukai hati-Ku adalah sikapmu
yang ragu-ragu terhadap-Ku dan kurang percaya pada-Ku.

Aku ingin agar engkau membawa diri-Ku dalam hatimu pada setiap jam di
siang maupun malam hari. Aku ingin agar engkau melakukan perbuatan
yang paling kecil sekalipun hanya demi cinta. Aku meletakkan
keyakinan-Ku atas dirimu untuk menemukan kegembiraan.

Janganlah engkau cemas karena engkau tidak memiliki keutamaan, Aku
akan berikan kepadamu segala yang Aku miliki. Apabila engkau
menderita, Aku akan memberikan kekuatan-Ku.

Engkau telah memberi cinta, Aku mengaruniakan kemampuan mencintai
lebih daripada yang dapat engkau harapkan... maka ingatlah...
cintailah Aku seperti apa adanya engkau... Aku telah memberi diri-Ku,
buatlah agar semua tindakanmu melalui Hati Yang Tidak Bernoda.

Apa saja yang terjadi, janganlah menunggu untuk menjadi suci, barulah
mempersembahkan dirimu kepada cinta, seandainya demikian engkau tidak
akan pernah berhasil mencintai-Ku. Pergilah!"

Aku hanya memintamu untuk mencintai-Ku seperti apa adanya engkau.

Diambil dari:
Judul majalah: Curahan Hati, Januari 2006
Judul artikel: Cintailah Aku Sebagaimana Adanya Engkau
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Curahan Hati
Halaman: 3

              DUNIA WANITA: KASIH AGAPE DALAM KELUARGA

Suasana dalam keluarga Kristen, sebagaimana seharusnya suasana dalam
gereja, adalah suasana "saling mengasihi", "saling menerima", "saling
mengampuni". Setiap manusia, setiap kita, memerlukan ke-3 hal ini
untuk tercapainya keutuhan kehidupan kita, dan kita memerlukannya baik
dalam kehidupan keluarga, maupun dalam kehidupan gereja.

Ketiga hal ini hanya dapat diperoleh selengkapnya di dalam keluarga,
di mana baik suami maupun istri menaati Yesus Kristus sebagai Tuhan
atas kehidupan. Sebagaimana suatu keluarga tidak lengkap dengan adanya
seorang ayah atau seorang ibu saja, maka demikian pula suasana kasih
dalam keluarga tidaklah lengkap dengan hanya ayah atau ibu yang
menaati Yesus Kristus. Kehendak Allah adalah agar setiap keluarga
Kristen menjadi keluarga yang menaati Yesus Kristus, baik suami maupun
istri. Tidak jarang terjadi keretakan atau kehancuran kehidupan
keluarga manakala suami atau istri, atau kedua-duanya tidak lagi
menaati Yesus Kristus. Untuk tercapainya dan terpeliharanya "suasana
saling mengasihi", "saling menerima" dan "saling mengampuni" dalam
keluarga, syaratnya adalah bahwa baik suami maupun istri bersedia
menaati Yesus Kristus.

Allah telah mencurahkan Kasih-Nya di dalam hati kita, melalui Roh-Nya
(Roma 5:5 -- "Kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh
Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita"). Apabila Yesus Kristus
bukan Tuhan atas kehidupan kita, apabila Roh-Nya tidak menguasai
kehidupan kita, maka kita tidak memiliki "Kasih Agape". Kasih agape
bukanlah sekadar kasih emosional, atau sekadar kasih persahabatan,
tetapi kasih yang senantiasa memberi, yang senantiasa bersedia
berkorban. Kasih agape hanya dapat diperoleh dari Allah. Sebagaimana
halnya buah jeruk tidak dapat kita peroleh di toko buku, demikian pula
kita tidak dapat memperoleh "Kasih Agape" di lain tempat selain dari
Allah. Ia adalah satu-satunya sumber "Kasih Agape". "Kasih Agape"
harus menjadi ciri utama setiap keluarga Kristen. Alkitab mengajar
tentang "Kasih Agape" sebagai berikut: "hai suami, kasihilah istrimu
sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan
diri-Nya baginya". (Efesus 5:25) Kasih agape selalu "memberi" -- Kasih
yang berkorban.

Pernikahan ideal menurut Alkitab adalah suatu pernikahan di mana suami
istri selalu "saling memberi". Kasih agape bersifat "memberi, memberi
untuk memenuhi kebutuhan orang yang dikasihi, baik kebutuhan
spiritual, emosional, maupun kebutuhan fisik. Salah satu hadiah kasih
terbaik yang dapat diberikan kepada suami atau istri adalah
"menerimanya sepenuhnya", menerimanya sebagaimana keadaannya.
"Mengasihi", "menerima", "mengampuni", saling berkaitan erat sekali.
Kita tidak perlu terkejut atau kecewa ketika menemukan kenyataan bahwa
si suami atau si istri dengan siapa kita menikah, ternyata bukan
malaikat dan hanyalah seorang berdosa seperti diri kita sendiri.
"Menerima sepenuhnya" suami atau istri, berarti menerimanya
sebagaimana keadaannya. Menerima sepenuhnya suami atau istri
sebagaimana keadaannya, adalah suatu pemberian kasih terbesar yang
dapat diberikan seorang suami kepada istrinya, atau yang dapat
diberikan seorang istri kepada suaminya. Apabila Anda menemui
kesukaran dalam hal ini, maka banyak kemungkinan penyebabnya adalah
karena Anda sendiri sukar menerima diri Anda sebagaimana adanya, yang
disebabkan oleh ketidakyakinan bahwa Allah menerima Anda sebagaimana
keadaan Anda. Kemampuan "mengasihi" dan "menerima" sangat tergantung
pada hubungan kita yang benar dengan Allah, yaitu percaya bahwa Allah
melalui Kristus Yesus mengasihi dan menerima kita sebagaimana adanya
kita.

Bersamaan dengan "mengasihi" dan "menerima", maka "mengampuni"
merupakan unsur yang berefek "menyembuhkan" dalam kehidupan keluarga
atau dalam kehidupan gereja. "Mengampuni" berarti "melupakan". Kita
tidak benar-benar mengampuni seseorang, apabila kesalahannya masih
kita ingat-ingat, masih kita simpan, dan sewaktu-waktu bilamana perlu
dikeluarkan kembali. Mengampuni yang tidak mau melupakan dapat merusak
kehidupan keluarga. Tidak mungkin dapat hidup tenang dengan suami atau
istri yang gemar mengumpulkan kesalahan-kesalahan yang diungkit-ungkit
kembali dengan maksud untuk memojokkan. Memang, hidup bersama serumah
membuat tampak nyata kelemahan masing-masing. Suatu keluarga yang
kokoh, bukanlah keluarga di mana anggota-anggotanya tidak memiliki
kelemahan-kelemahan, tetapi di mana anggota-anggotanya mahir menangani
dalam kasih kelemahan-kelemahan masing-masing.

Para suami istri dapat terhindar dari keadaan suram dalam keluarga,
dari keadaan tidak ada lagi komunikasi, saling menghindari walaupun
hidup serumah, apabila masing-masing bersedia "saling mengasihi",
"saling menerima" dan "saling mengampuni". Firman Allah mengajar:
"sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan
yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama
seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian".
(Kolose 3:13) Bukankah Kristus mengampuni kita? Maka pengampunan
Kristus menjadi dasar bagi kita untuk mengampuni kesalahan orang lain.
Sebagai orang-orang percaya, kita tidak ada alasan untuk tidak
mengampuni sesama dalam hubungan mana pun, terutama dalam hubungan
keluarga.

Perlu pula dimengerti bahwa yang dimaksudkan dengan "mengampuni" di
sini adalah menciptakan atau memelihara "suasana mengampuni" dalam
keluarga. Artinya, dalam keluarga harus selalu terdapat kesediaan
untuk mengampuni yang berlaku atas setiap kesalahan dan bukan atas
kesalahan tertentu saja, atau pada waktu tertentu saja. Dalam
kehidupan keluarga, kita memerlukan kepastian pengetahuan bahwa
apabila kita berbuat kesalahan, kita tetap dikasihi dan diampuni.
Perlu sekali suasana untuk tidak saling mendendam dalam keluarga.
Kesalahan akan selalu ada, karena itu jika kita mencari kesalahan,
maka kita akan selalu menemukannya. Sebagai orang-orang berdosa yang
sudah diampuni Kristus, kita tidak mencari-cari kesalahan dan setiap
kesalahan yang terjadi, kita wajib mengampuninya. "Saling mengampuni"
berefek membebaskan. Tanpa iklim saling mengampuni, tidak terdapat
kebebasan hidup.

Apabila kita merindukan kehidupan keluarga yang bahagia dan sejahtera,
bangunlah suasana yang sejahtera, yaitu dengan mencabut rerumputan
liar (seperti dendam, curiga, iri hati, suka mengkritik) dan tanamlah
bibit yang baik. Apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai. Untuk
menjadi keluarga sejahtera dan bahagia, tanamlah bibit "Kasih".
Bagaimanakah kita melakukannya? Dengan menjadi orang yang mengasihi,
dan untuk dapat menjadi orang yang mengasihi, kita harus merelakan
diri hidup di bawah pengaturan Kristus, mengakui-Nya sebagai Tuhan
atas kehidupan kita, sehingga Roh-Nya mencurahkan kasih Allah atau
"Kasih Agape" itu di dalam hati kita.

Hanya Roh Kristus yang dapat menumbuhkan "Kasih Agape" dalam hati
kita, sehingga tercapailah dan terpeliharalah suasana "saling
mengasihi", "saling menerima" dan "saling mengampuni" dalam keluarga.
Ialah yang mengasihi kita, yang menerima kita sebagaimana adanya kita,
yang mengampuni segala kesalahan kita. Apabila kita membuka diri kita
terhadap kasih-Nya, maka kita akan mulai mengasihi. Apabila kita
menyadari penerimaan-Nya akan kita, maka kita akan mulai menerima
orang-orang lain. Apabila kita mengalami pengampunan-Nya, kita pun
akan dapat mengampuni.

Diambil dari:
Judul majalah: Hikmat Kekal, Edisi Mei/Juni 1986, No.30
Judul artikel: Kasih Agape dalam Keluarga
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan MST, Jakarta 1986
Halaman: 25 -- 26

         STOP PRESS: KELAS DISKUSI PESTA -- PASKAH 2011

Paskah adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam hidup
iman kekristenan kita. Apakah Anda ingin mengerti lebih dalam lagi
mengenai makna Paskah? Anda rindu menyambut Paskah dengan lebih
berarti tahun ini? Kami mengundang Anda untuk bergabung di kelas
diskusi Paskah yang diselenggarakan oleh PESTA (Pendidikan Elektronik
Studi Teologia Awam) < http://pesta.org >. Pendaftaran kelas diskusi
ini dibuka mulai tanggal 27 Januari 2011 - 26 Februari 2011. Diskusi
akan berlangsung mulai tanggal 2 Maret 2011 - 4 April 2011 melalui
milis diskusi (email). Segera daftarkan diri Anda ke
< kusuma(at)in-christ.net >

   "Jika Kita Masih Mencoba Untuk Berkenan Kepada Manusia,
          Sesungguhnya Kita Bukan Hamba Kristus"

Kontak: < wanita(at)sabda.org >
Redaksi: Novita Yuniarti, Fitri Nurhana
(c) 2011 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/wanita >
Berlangganan:< subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org