Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/47

e-Wanita edisi 47 (4-11-2010)

Mengasihi Suami

____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                     TOPIK: Mengasihi Suami
                     Edisi 47/November 2010
______________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- DUNIA WANITA 1: Memenangkan Seorang Suami Bagi Tuhan
- DUNIA WANITA 2: Berdoa untuk Suami Anda Penting Bagi Pernikahan Anda
- DUNIA WANITA 3: Suami Sebagai Kepala, Istri Sebagai Penolong?
- POTRET WANITA: Rahel dan Lea
- WOMEN TO WOMEN
- POKOK DOA: Wanita Kristen dalam Keluarga
- STOP PRESS
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Shalom,

  "Tuhan mengizinkan banyak ibu menghadapi persoalan dengan memunyai
  seorang suami yang tidak percaya, tidak ada simpati terhadap
  kekristenan." Ini adalah penggalan kalimat pembuka dari sebuah
  artikel berjudul "Memenangkan Seorang Suami Bagi Tuhan." Beberapa
  Sahabat Wanita mungkin mengalami hal yang serupa, menikah dengan
  seorang pria yang belum percaya Yesus. Tidak tertutup kemungkinan
  banyak persoalan terjadi dalam kehidupan rumah tangga Anda. Di satu
  sisi Anda ingin menghormati suami Anda, namun di sisi lain Anda
  tidak ingin menyangkal Yesus dalam hidup Anda. Seringkali muncul
  keraguan untuk dapat menjalani kehidupan rumah tangga Anda dengan
  perbedaan keyakinan yang ada. Sahabat Wanita, sebagai wanita Kristen
  kita harus tetap menomorsatukan Tuhan Yesus dalam hidup kita. Kita
  juga harus bisa memberikan sikap yang baik sebagai buah dari
  kehidupan rohani kita.

  Tentunya Sahabat Wanita juga memiliki kerinduan untuk memenangkan
  suami bagi Tuhan? Bagaimanakah caranya? Bagaimanakah seorang istri
  harus bersikap terhadap suami yang belum percaya? Sahabat Wanita
  dapat menyimak beberapa artikel di bawah ini dan lakukan dalam hidup
  rumah tangga Anda. Tuhan memberkati selalu!

  Redaksi Tamu e-Wanita,
  Santi Titik Lestari
  http://wanita.sabda.org
  http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA 1

	           MEMENANGKAN SEORANG SUAMI BAGI TUHAN

  Tuhan mengizinkan banyak ibu menghadapi persoalan dengan memunyai
  seorang suami yang tidak percaya, tidak ada simpati terhadap
  kekristenan. Menurut Ceil Rosen dalam sebuah artikel berjudul "My
  Fateful Choice" dalam majalah "The Christian Reader" edisi
  November/Desember 1977, jika Anda menghadapi persoalan yang sama,
  ada dua faktor yang dapat menolong Anda untuk mengatasinya dengan
  memuaskan.

  Pertama, mengakui bahwa dasar pergumulannya bukanlah pemaksaan iman
  Anda terhadap suami yang tidak percaya, melainkan untuk melawan
  pencobaan-pencobaan, yang disadari atau tidak, membuat Anda tidak
  pasrah sepenuhnya kepada Tuhan.

  Kesetiaan Anda yang tertinggi adalah kepada Tuhan (Galatia 1:10).
  Seorang Kristen tidak boleh menyangkal Kristus untuk menyenangkan
  seorang suami yang tidak percaya. Dosa menyangkal itu akan merusak
  atau merobohkan kehidupan Kristen seorang istri.

  Faktor kedua untuk mengatasi persoalan ini ialah dengan menunjukkan
  bahwa kasih Anda bagi Tuhan mencerminkan dan bahkan memperindah
  kasih Anda kepada suami. Usahakanlah supaya kegiatan-kegiatan
  gerejani tidak menghalang-halangi tanggung jawab yang dituntut dalam
  perjanjian pernikahan Anda. Menciptakan suatu suasana rumah tangga
  yang bahagia, menjadi teman hidup yang penuh kasih, dan selalu
  bersedia untuk membantu suami dalam segala keadaan adalah penunjang
  iman Kristen Anda.

  Bagi seorang wanita yang memasuki jenjang pernikahan dan rumah
  tangga baru, ia harus mengakui bahwa hal ini merupakan panggilan
  Tuhan dan ia patut memberikan prioritas waktu dan tenaganya. Sering
  terjadi bahwa seorang ibu Kristen terlalu melibatkan diri dalam
  kegiatan-kegiatan gereja sehingga lalai terhadap pelayanannya yang
  utama kepada keluarganya. Perbuatan ini bukanlah suatu hal yang
  bijaksana sekalipun bagi suami yang sudah percaya. Ini menunjukkan
  kesaksian yang kurang baik kepada suami yang belum percaya. Seorang
  istri Kristen dari seorang suami yang belum percaya menyadari bahwa
  dirinya terlibat dalam dua arah yang berlawanan. Ia tahu bahwa ia
  harus taat kepada Allah, dan juga ia ingin menyenangkan suaminya dan
  membawanya kepada keselamatan di dalam Tuhan Yesus oleh anugerah
  Allah.

  Berikut ini adalah beberapa usul praktis untuk memenangkan suami
  Anda kepada Tuhan:

  1. Berdoa dengan iman, mintalah kepada Tuhan agar Ia menyelamatkan
     suami Anda. Berdoalah agar Allah memupuk dalam diri Anda
     buah-buah Roh -- kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
     kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri
     (Galatia 5:22). Sifat-sifat ini akan menolong suami Anda melihat
     dan mencari hidup yang berkelimpahan bagi dirinya sendiri.

  2. Jangan memakai uang rumah tangga untuk menyokong
     pekerjaan-pekerjaan Kristen tanpa izin dari suami Anda. Jika
     dapat, pakailah uang Anda sendiri untuk maksud tersebut.

  3. Didiklah anak-anak Anda dalam iman dan moral sebagai tanggung
     jawab Anda kepada Allah. Janganlah segan untuk mengajar mereka
     berdoa, membaca Alkitab, dan menyerahkan hidup mereka kepada
     Tuhan. Tetapi ingat pula bahwa mereka adalah anak-anak suami Anda
     juga dan ia memunyai hak untuk melarang pendidikan agama mereka
     di luar rumah, misalnya; dalam gereja atau sekolah tertentu.

  4. Jangan melakukan yang bersifat membenarkan diri. Ingatlah bahwa
     apa yang Anda akui sebagai kebenaran adalah benar hanya bagi diri
     Anda dan belum tentu itu dianggap benar oleh seorang yang belum
     percaya. Karena hal-hal ini adalah buah-buah Roh Allah yang
     berdiam di dalam setiap orang yang percaya. Anda tidak dapat
     mengharapkan seseorang yang tidak dipimpin oleh Roh Allah untuk
     berpegang pada ketentuan-ketentuan Allah.

  5. Jelaskan dengan penuh kasih bahwa tidaklah adil bagi suami Anda
     untuk memaksa Anda berpartisipasi dalam kegiatan yang berlawanan
     dengan etika Kristen Anda. Ini termasuk urusan dagang dan
     pergaulan.

  6. Usahakanlah untuk mencari kesenangan dan rekreasi di mana Anda
     dapat nikmati berdua.

  7. Jika Anda dipaksa oleh suami untuk tidak mengikuti kebaktian
     gereja, terimalah tanpa keluhan atau komentar. Anda bisa
     menghadiri suatu persekutuan doa atau kelompok Pemahaman Alkitab
     yang bermutu ketika suami Anda sedang bekerja.

  8. Jangan berdebat dan bertengkar mengenai agama. Argumentasi
     terbaik yang dapat Anda tampilkan ialah tingkah laku yang baik
     dan penuh kasih dalam menghadapi suatu persoalan atau kesulitan.
     (Bacalah Amsal 15:1; Matius 5:15.)

  Dalam segala hal, usahakanlah untuk menjadi seorang yang
  menyenangkan suami, penyayang, dan pendukungnya. Ini adalah pantulan
  kasih Kristus yang mengubah hidup seseorang sebagaimana hidup Anda
  telah mengalami perubahan.

  Diambil dari:
  Judul buku: Wanita Kristen dalam Mengatasi Pergumulan Hidup
  Judul artikel: Memenangkan Seorang Suami Bagi Tuhan
  Penulis: Dr. Ruth F.Selan
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup
  Halaman: 14 -- 16
______________________________________________________________________
DUNIA WANITA 2

        BERDOA UNTUK SUAMI ANDA PENTING BAGI PERNIKAHAN ANDA

  Sebagai istri-istri, istri-istri Kristen, saya tidak berpikir bahwa
  kita menyadari kekuatan doa dan seberapa pentingnya dalam
  pernikahan. Kita memiliki tanggung jawab sebagai istri Kristen untuk
  menolong suami kita, dan bagian dari itu adalah berdoa untuk mereka
  setiap hari.

  Saya tahu bagi saya sendiri, sulit sekali berdoa untuk suami saya
  saat kami sedang marah. Saya berdoa pada Tuhan "Perbaiki dia!"
  Sayangnya, doa semacam itu tidak akan menguntungkan Anda, suami
  Anda, atau pernikahan Anda.

  "Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling
  mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan
  yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16)

  Kita HARUS berdoa bagi suami kita. Doa merupakan sebuah kekuatan
  yang dapat mengubah hidup mereka, anak-anak kita, dan pernikahan
  kita. Seharusnya kita berdoa setiap hari sepanjang hari... terutama
  ketika kita bertengkar atau terganggu oleh mereka. Itu adalah waktu
  terbaik untuk mendoakan mereka .... Jika doa itu UNTUK mereka dan
  bukan TENTANG mereka!

  Apa yang membuat kita harus berdoa UNTUK mereka tetapi bukan TENTANG
  mereka?

  Maksud saya, kita sering merasa sedih karena suami kita, kita
  meminta Tuhan untuk memperbaiki masalah-masalah yang ada daripada
  meminta Tuhan untuk memberkati mereka.

  Kembali ke topik ....
  - Tidak mengampuni
  - Kepahitan
  - Keegoisan
  - Harga diri
  - Penyangkalan
  - Pengharapan yang tidak realistis

  Kita semua sedang terjatuh. Suami kita tidak sempurna dan tidak akan
  pernah menjadi sempurna. Mereka akan selalu mengecewakan kita
  beberapa kali. Semua itu normal. Cara untuk melihat fokus Tuhan pada
  Anda dan di manakah Anda dalam hubungan pribadi dengan-Nya adalah
  cara untuk melakukan cek pribadi.

  Apa maksud saya?

  Biar saya menjelaskan ...

  Kita semua memiliki beberapa pengharapan yang tidak realistis dalam
  pernikahan kita. Dunia ini membuat para istri sulit memiliki
  pandangan yang realistis terhadap seperti apakah seharusnya seorang
  suami.

  Pandangan dunia:
  - Suami harus membeli coklat dan bunga.
  - Suami harus memenuhi semua kebutuhan saya.
  - Suami harus romantis dan memanjakan saya.
  - Suami harus mencintai saya tidak peduli seberapa gemuknya saya nanti.
  - Suami harus mengingat semuanya.
  - Suami harus membaca pikiran saya.

  Pandangan firman Tuhan:

  - Istri adalah penolong suaminya dan artinya benar-benar menolong
    dia ... Mereka tidak lupa karena mereka tidak mencintai kita,
    kelupaan terjadi karena mereka membutuhkan bantuan. Periode.
  - Istri mencintai dan mengampuni suaminya.
  - Istri menghormati dan menghargai suaminya.
  - Istri berdoa untuk suaminya.
  - dan yang paling penting ... istri mencari Tuhan untuk memenuhi
    kebutuhannya dan meletakkan harapannya dalam Dia, bukan pada
    kemanusiaannya dan doa memenuhi suaminya.

  Menjadi istri Kristen, lebih dari memercayai bahwa Yesus mati di
  kayu salib dan bangkit pada hari ke-3. Itu adalah gaya hidup. Itu
  adalah pengorbanan diri sendiri setiap harinya. itu bertumbuh. Itu
  mencari Tuhan setiap hari. Itu membangun hubungan dengan Bapa Anda
  di surga.

  Jadi, lain waktu Anda menemukan musuh Anda berbisik di telinga
  betapa lebih baiknya seorang suami, atau bagaimana Anda bahwa tidak
  seharusnya Anda menikahi pria ini. Berdoalah! Berdoalah untuk dia
  dan berdoalah untuk Tuhan agar mengubah Anda! Ya, Anda!

  Mari berdoa

  Bapa, terima kasih untuk suamiku. Terima kasih Tuhan untuk
  keberadaannya dan segala yang ada padanya. Saya berdoa agar Engkau
  memberkati setiap hal yang dilakukannya. Saya meminta supaya Engkau
  memberikan keinginan rahasia hati Bapa padanya. Saya berdoa supaya
  Engkau memberikan kehausan dan keinginan akan Engkau. Tuhan, saya
  meminta agar Engkau memeluknya dengan tangan-Mu yang penuh kasih dan
  membiarkan dia TAHU dan merasakan betapa besarnya Engkau
  mencintainya. Tuhan, saya berdoa agar Engkau menyembuhkan setiap
  bagian tubuhnya yang salah atau sakit. Saya berdoa supaya Engkau
  menyembuhkan hati dan pikirannya dari tiap kesakitan. Saya berdoa
  agar Engkau menjaganya tetap selamat di jalan hari ini dan
  menolongnya untuk menjadi garam dan terang di dunia yang dihadapinya
  hari ini. Tuhan, saya meminta supaya Engkau menolong saya untuk
  menjadi istri yang membawa kemuliaan-Mu. Tolong saya untuk
  mencintai suami saya. Bantu saya untuk menolong suami saya. Bantu
  saya untuk berdoa bagi suami saya. Bantu saya untuk menghargai dan
  menghormati suami saya dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.
  Tuhan ubah saya. Ubah semua hal dalam diri saya yang tidak membawa
  kemuliaan bagi-Mu atau tidak sesuai dengan perkataan firman-Mu.
  Bantu saya untuk menjadi istri yang baik dan untuk anak-anak saya
  agar mereka melihat seperti apakah istri yang baik dan bagaimanakah
  seharusnya sebuah pernikahan itu melalui pernikahan kami. Ajar saya
  Tuhan. Bantu saya memiliki cara pandang Allah dan bukan cara pandang
  duniawi tentang sebuah hubungan pernikahan yang seharusnya. Bantu
  saya melihat suami saya seperti cara Engkau melihatnya. Bantu saya
  mengampuninya untuk setiap kesalahannya dan datang pada-Mu dengan
  kekecewaan saya. Saya mencintai Engkau, Bapa! Terima kasih telah
  mencintaiku! Dalam kuasa nama Yesus!

  PR Anda:

  Ingatlah: Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya
  kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu
  demikian pula kamu harus saling mengasihi. (Yohanes 13:34)

  Pelajarilah ayat-ayat berikut ini:
  - Matius 6:15, 11:25
  - Lukas 6:8
  - Yohanes 13:34
  - Roma 12:10-14
  - Efesus 4:2
  - Kolose 3:13
  - Yakobus 5:16
  - 1 Petrus 4:8 (t/Yohanna)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs:
  Alamat URL: http://momsoffaith.com/blog/2008/12/03/praying-for-your-husband-is-vital-to-your-marriage/
______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA 3

             SUAMI SEBAGAI KEPALA, ISTRI SEBAGAI PENOLONG?

  Kekacauan peranan dan tanggung jawab antara suami dan istri sangat
  berpotensi menyebabkan konflik serius dan menjadi sumber berbagai
  persoalan dalam kehidupan keluarga. Alkitab dengan jelas menyatakan
  bahwa suami adalah kepala bagi istri (Efesus 5:22-31) dan istri
  adalah penolong bagi suami (Kejadian 2:18). Namun tidak sedikit
  pasangan suami istri yang mengalami kebingungan bagaimana seharusnya
  menerapkan peranan tersebut dengan benar.

  Sebelum kita berbicara tentang peranan, yang terpenting adalah
  mengetahui lebih dahulu visi Allah mengenai pernikahan, karena semua
  peranan yang dipraktikkan itu tujuannya untuk menggenapi visi Allah.
  Allah berinisiatif menciptakan keluarga dengan visi untuk memenuhi
  bumi dengan keturunan yang mencerminkan citra atau gambar-Nya, suatu
  generasi ilahi yang diberi mandat untuk menaklukkan bumi bagi
  kemuliaan-Nya (Kejadian 1:27-28). Jadi dilihat dari konteks ini
  sebenarnya pernikahan adalah "peperangan rohani". Oleh sebab itu
  Allah menempatkan suami sebagai kepala/pemimpin dalam keluarga,
  yaitu berfungsi sebagai raja, nabi, dan imam.

  Sebagai raja, maksudnya menjadi pemimpin yang mengasihi istri dan
  anak-anaknya, dan mengambil keputusan-keputusan ilahi bagi
  keluarganya. Sebagai nabi, yaitu bertanggung jawab menyampaikan visi
  Tuhan dan mendidik istri serta anak-anaknya di dalam jalan Tuhan.
  Sebagai imam, bertugas melindungi istri dan anak-anaknya dengan doa
  syafaat, menjadi pembimbing rohani serta memimpin ibadah keluarga.

  Sedangkan istri sebagai penolong yang sepadan artinya sebagai
  sahabat, partner yang mendukung dan melengkapi suami untuk
  menggenapi visi Allah tersebut. Kata "sepadan" menunjukkan fungsi
  dan tanggung jawab suami istri yang sama besarnya, walaupun secara
  otoritas suami memegang peranan sebagai kepala dan istri sebagai
  penolong (suami dan istri punya tanggung jawab yang sama dalam
  menggenapi visi Allah). Istri yang hanya diperintah oleh suaminya
  dan sama sekali tidak tahu "dunia" visi yang Tuhan percayakan pada
  suami, bukanlah definisi istri yang sepadan.

  Dalam praktiknya sehari-hari, kepemimpinan suami bisa diwujudkan
  melalui sikap memedulikan dan mengasihi istri dan anak. Menyediakan
  waktu untuk berkomunikasi dengan mereka. Mengajarkan firman Tuhan,
  berdoa bersama, dan berdiskusi untuk membuat keputusan-keputusan
  yang sesuai dengan kehendak Allah.

  Yang terutama suami harus bisa membangun atmosfir ilahi di dalam
  keluarga. Menetapkan visi, arah tujuan keluarga, menetapkan
  kebijakan dan nilai-nilai dalam keluarga. Suami juga bertanggung
  jawab menyediakan kebutuhan keuangan keluarga, serta mengatur
  kebijakan penggunaannya. Misalnya, belanja di atas jumlah tertentu
  harus ada persetujuan bersama.

  Sedangkan istri membantu mengingatkan suami supaya tetap dalam
  prinsip Tuhan! Mendukung pekerjaan/pelayanan suami, antara lain
  dengan berdoa syafaat bagi suami. Membantu mengerjakan urusan rumah
  tangga serta istri dan suami harus terlibat bersama-sama dalam
  mendidik anak.

  Sebelum kami menikah, Tuhan pernah menyatakan kebenaran firman-Nya
  kepada saya, "Satu mengejar 1.000, tetapi dua orang akan membuat
  lari 10.000" (baca Ulangan 32:30). Saya mendapat pengertian (rhema)
  dari ayat ini bahwa bila dulu sebelum menikah kami masing-masing
  (sendiri-sendiri) melayani Tuhan namun setelah kami menikah, Tuhan
  ingin melipatgandakan kuasa-Nya atas kehidupan dan pelayanan kami
  berdua. Kenyataannya, kami memang mengalami hal itu, baik dalam
  pertumbuhan rohani kami berdua, maupun dalam pelayanan kami
  masing-masing.

  Dalam menjalankan peran suami istri yang benar tentunya kami pun
  tidak luput dari kesulitan-kesulitan yang harus kami hadapi.
  Sebelumnya saya ingin menceritakan latar belakang keluarga kami
  berdua. Saya memunyai figur papa yang bisa dikategorikan dengan
  istilah "bapak gampang" (tipe seorang bapak yang menggampangkan
  segala sesuatu, jarang berinisiatif untuk mengambil keputusan,
  bahkan sering kali berkata "terserah" kepada istri dan
  anak-anaknya). Sebaliknya mama saya memiliki tipe yang dominan.
  Sedangkan istri saya memiliki figur seorang papa yang otoriter
  sehingga mengakibatkan keluarganya berantakan.

  Latar belakang ini tentunya berpengaruh terhadap hubungan kami
  berdua, khususnya ketika kami menjalankan peran kami masing-masing.
  Saya mengakui seringkali salah prioritas dan kurang memerhatikan
  istri dan anak sehingga membuat istri terluka dan anak susah diatur
  atau bahkan sakit. Memang jika suami "bocor" yang menjadi korban
  adalah istri dan anak. Meskipun istri saya telah berusaha untuk
  mengingatkan saya, namun ketika kesalahan ini terulang-ulang lagi
  akhirnya akan menyebabkan konflik. Tetapi bersama Tuhan kami melihat
  bahwa konflik yang terjadi justru membuat kami semakin bertumbuh
  dewasa dalam hal karakter. Kuasa dan kasih Tuhan juga semakin nyata
  melindungi dan mengikat hati kami. Kami teringat kembali bahwa kami
  menikah karena Tuhan yang berfirman bagi kami dan kami juga telah
  berkomitmen di hadapan Tuhan dan jemaat. Kami bertekad, konflik
  sebesar apa pun harus kami hadapi dan selesaikan dalam kasih Tuhan.
  Paling tidak suami harus mengambil inisiatif untuk menyelesaikan
  konflik dengan penuh kerendahan hati. Ketika kami saling merendahkan
  hati, selalu anugerah Allah mengalir buat keluarga kami. Kita harus
  memenangkan peperangan secara roh di dalam keluarga kita.

  Jika kekacauan peranan ini tidak ditangani dengan benar, dampak
  secara langsung akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga.
  Perasaan terluka, kekecewaan, dan pemberontakan akan muncul di
  tengah keluarga. Akibat jangka panjangnya bisa terjadi "Pola Babel"
  (Kejadian 3:16), yaitu kekacauan peranan istri yang terluka akhirnya
  mengambil alih peranan kepemimpinan. Hal ini membuka celah untuk
  Iblis menghancurkan seluruh keluarga, khususnya anak-anak kita.
  Kenyataan inilah yang sering terjadi di depan mata kita, anak-anak
  dan remaja yang berontak kepada orang tuanya dan terikat dengan
  berbagai kenajisan. Allah rindu untuk memakai setiap keluarga
  menggenapi rencana-Nya. Berbagai konflik yang terjadi dipakai Allah
  untuk mendewasakan kita agar keluarga kita siap dipakai-Nya!

  Diambil dari:
  Judul artikel: Suami sebagai Kepala, Istri sebagai Penolong?
  Judul majalah: Abbavoice, Volume 3, Edisi Pembentukan dan Pengabdian
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Abbalove Ministries
  Halaman: 17 -- 20
______________________________________________________________________
POTRET WANITA

                           RAHEL DAN LEA

  Rahel dan Lea adalah istri-istri Yakub. Setelah lari dari
  dosa-dosanya (Kejadian 27), Yakub tiba di kediaman Laban, saudara
  laki-laki dari ibunya. Rahel dan Lea adalah putri-putri Laban.

  Rahel lebih cantik daripada Lea. Yakub jatuh cinta kepada Rahel dan
  bersedia bekerja pada Laban selama 7 tahun agar bisa menikahi Rahel
  (Kejadian 29:15-18).

  Ini adalah awal munculnya masalah-masalah Rahel: Laban, ayahnya,
  bukanlah orang yang dapat dipercaya. Setelah 7 tahun, dia menipu
  Yakub dengan menikahkannya dengan Lea, alih-alih Rahel seperti yang
  dijanjikannya (Kejadian 29: 21-28).

  Penipuan ayah Rahel sangat menyakitkan baginya karena Ayub dan Rahel
  saling jatuh cinta. Peristiwa tersebut memicu luka dan kepahitan
  dalam hatinya, yang sebenarnya tidak pernah bisa dilupakannya.
  Kepahitan seumpama racun kepada jiwa -- ia dapat menghancurkan orang.

  Mahar (mas kawin) Laban dari Yakub -- yaitu Yakub bekerja selama 14
  tahun kepadanya -- sangat mahal. Rahel dengan benar menganggap bahwa
  dia telah dieksploitasi dan dijual. Dia tidak pernah memaafkan
  ayahnya karena perlakuannya (Kejadian 31:4-18). Hal yang sama juga
  dirasakan Lea.

  Karena tindakan ayahnya menipu Yakub dan menikahkannya dengan Lea,
  Rahel terpaksa membagi suaminya dengan saudarinya. Dosa ayahnya
  memengaruhi kehidupannya. Di rumahnya selalu terjadi masalah. Kedua
  saudara tersebut selalu berusaha menarik perhatian Yakub. Kelahiran
  anak digunakan sebagai senjata utama (Kejadian 30).

  Rahel memiliki masalah dalam melahirkan anak, dan Lea memakainya
  sebagai keuntungannya. Mungkin kepahitan dalam hati Rahel
  berpengaruh pada masalahnya memperoleh keturunan. Akan tetapi, pada
  akhirnya Allah memberinya anak (Kejadian 30:22).

  Wanita (dan laki-laki) perlu memastikan bahwa mereka tidak
  mengizinkan kutukan yang telah dilakukan oleh generasi lama untuk
  menimbulkan malapetaka dalam kehidupan mereka. Terkadang, masalah
  dalam rumah Anda disebabkan oleh kutukan-kutukan yang dibuat, baik
  secara langsung maupun tidak langsung, oleh tindakan orang lain.
  Kasus seperti inilah yang menimpa Rahel dan Lea.

  Pelajaran yang kita dapatkan dari kisah ini adalah kita tidak boleh
  menanam "sikap tidak mengampuni" dalam hati kita. Sikap tersebut
  hanya akan merusak kita.

  Perkataan Rahel dan Lea yang terdapat dalam Kejadian 31:14-16 dan
  tindakan Rahel dalam Kejadian 31:19,35 menunjukkan rasa jijiknya
  terhadap ayahnya sampai akhir. Sikap ini mungkin menjadi sebab
  tragedi yang menimpanya dalam Kejadian 35:16-19.

  Rahel memunyai setiap alasan untuk merasa terganggu oleh ayahnya.
  Ayahnya bersalah kepadanya. Rahel dan Yakub bisa menjadi pasangan
  yang bahagia karena mereka saling jatuh cinta. Akan tetapi, tindakan
  ayahnya menghancurkannya.

  Segala sesuatu tidak selalu berjalan sebagaimana mestinya. Kehidupan
  Rahel muncul sebagai teladan dan peringatan bagaimana kutukan
  generasi dapat memengaruhi kita.

  Allah dapat mengubah situasi semacam ini di sekitar kita jika kita
  melayani dan mengasihi-Nya dengan segenap hati (Roma 8:28). Jika
  Anda mengasihi Allah, Anda akan memaafkan orang-orang yang telah
  menyakiti Anda dan menolak menanam kepahitan terhadap mereka dalam
  hati Anda. Kepahitan dapat merusak Anda (Ibrani 12:15). Anda
  memaafkan dengan kehendak Anda sendiri. Dengan karunia Allah dan
  kemauan Anda, Anda dapat memaafkan.

  Setelah meluruskan hati kita kepada Tuhan, Anda dapat berdoa dan
  memutuskan kutukan yang lepas dalam kehidupan Anda. Berdoa dengan
  orang-orang percaya lainnya mungkin dapat membantu Anda. Mintalah
  Allah untuk menyembuhkan Anda dan memperbaiki semua hal yang
  disebabkan oleh Iblis.

  Ingatlah, acapkali kutukan yang dilepaskan dalam kehidupan kita
  bukan karena kesalahan kita. Walauupun demikian, kita memunyai
  otoritas untuk memutuskannya saat kita meluruskan hati kita kepada
  Tuhan dengan benar. Biarlah kehidupan Rahel menjadi contoh dalam
  kehidupan Anda, janganlah menirunya. (t/Uly)

  Diterjemahkan dari:
  Nama Situs:
  Alamat URL: http://www.wordlibrary.co.uk/article.php?id=167&type=bible
______________________________________________________________________
POKOK DOA

  1. Doakan agar setiap wanita Kristen dapat menjadi penolong yang
     baik dan berkat bagi suaminya.

  2. Doakan juga agar Tuhan memberi kekuatan kepada setiap wanita
     Kristen tetap untuk menjaga rumah tangga mereka agar tetap utuh.
______________________________________________________________________
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
  < wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Berlangganan via email: < subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Berhenti berlangganan < unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
Twitter e-Wanita: http://twitter.com/sabdawanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Truly Almendo Pasaribu
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-Wanita / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org