|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-wanita/44 |
|
e-Wanita edisi 44 (23-9-2010)
|
|
_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
Topik: Menjalin Relasi dengan Anak
Edisi 44/September 2010
______________________________________________________________________
MENU SAJI
- SUARA WANITA
- DUNIA WANITA: Membina Hubungan yang Harmonis dengan Anak Melalui
Perselisihan
- POTRET WANITA: Aimee Semple McPherson (1890 -- 1944)
- WOMEN TO WOMEN: Seorang Ibu Tersenyum Kembali
- EDISI BERIKUTNYA
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA
Shalom,
Hubungan kedekatan antara ibu dan anak merupakan suatu kedekatan
batiniah yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan seorang ibu bagi
anak sangat penting dan begitu pula sebaliknya. Ini merupakan
perwujudan dari rasa keterikatan mereka yang sangat kuat.
Keterikatan tersebut dapat menimbulkan perasaan bersalah ketika
melakukan sesuatu yang tidak benar terhadap masing-masing pihak.
Sahabat Wanita, pernahkah Anda merasa bersalah terhadap anak Anda?
Lalu apa yang Sahabat Wanita lakukan terhadap anak Anda?
Hubungan yang harmonis dalam keluarga diimpikan oleh setiap orang.
Hubungan seperti apakah yang disebut harmonis itu? Sahabat Wanita
tentunya bertanya bagaimanakah membina hubungan yang harmonis dalam
keluarga? Baik pada suami maupun anak. Simaklah artikel di bawah ini
dan Tuhan memberkati!
Redaksi Tamu e-Wanita,
Santi Titik Lestari
http://wanita.sabda.org
http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
MOTHER UNDERSTAND WHAT CHILDREN DO NOT SAY
______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA
PERSELISIHAN ANTARA ORANGTUA DAN ANAK DAN
BAGAIMANA CARA MENGATASINYA
Perselisihan dengan anak dapat terjadi karena adanya pengendalian
yang berlebihan, perbedaan pemahaman, perbedaan pribadi, perasaan
salah dimengerti, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Artikel ini
membahas beberapa cara yang tidak tepat untuk menyelesaikan
perselisihan tersebut, antara lain: menghindar, mengalah, dan
kompromi. Terakhir, diberikan 14 cara praktis untuk memecahkan
perselisihan.
Kehidupan rumah tangga pasti tidak akan terlepas dari masalah yang
sering kali menimbulkan perselisihan antar sesama anggota keluarga.
Perselisihan (cekcok) bisa terjadi antara suami dan istri, maupun
antara anak dengan orangtua. Menurut Dr. Carol Rubin, instruktur
klinik dari Fakultas Medis Harvard, perselisihan dalam keluarga
terjadi karena beberapa faktor, di antaranya seperti berikut ini.
1. Perselisihan terjadi karena ada pengendalian yang berlebihan.
Orangtua yang mengendalikan anaknya secara berlebihan adalah
orangtua yang cenderung untuk selalu memaksakan kehendak dan
tidak membiarkan anak untuk berpikir dan merealisasikan dirinya
sendiri. Hal ini menyebabkan anak merasa tidak nyaman dan
perselisihan pada suatu saat akan meledak.
2. Perselisihan terjadi karena perbedaan pemahaman.
Orangtua harus menyadari ada perbedaan masa antara masa lalu
dengan masa sekarang. Pola pikir dan pola hidup anak sekarang
berbeda dengan masa lalu. Perselisihan sering terjadi karena
masalah-masalah sepele. Sepanjang pemahaman anak tentang moral
dan budi pekertinya benar maka biarlah anak menentukan pola dan
gaya hidupnya sendiri.
3. Perselisihan terjadi karena perbedaan pribadi.
Setiap orang memiliki karakter dan temperamen yang berbeda.
Sebagai orangtua kita harus memahami hal ini. Kalau kita
menghargai anak kita sebagai pribadi yang utuh dan beda dengan
kita maka kelak anak tersebut akan menghargai sesamanya.
4. Perselisihan terjadi karena perasaan salah dimengerti dan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Jangan menjadi orangtua yang terlalu cepat mengambil keputusan
dan menganggap anak bersalah. Kita harus belajar memahami mengapa
perselisihan terjadi antara kita dengan anak kita. Orangtua
sering kali tidak menyadari bahwa anak memiliki kebutuhan
emosional yang tidak terpenuhi. Oleh karena itu penting bagi
orangtua untuk mendengar dan menanggapi dengan benar ungkapan
hati anaknya.
Pola yang Tidak Membawa Hasil
Beberapa pola yang tidak membawa hasil maksimal dalam menyelesaikan
perselisihan.
1. Menghindar.
Saat perselisihan terjadi dengan anak jangan meninggalkan dan
membiarkan anak begitu saja. Dr. Scott Stanley mengatakan: "Hal
terburuk dapat terjadi bila di dalam keluarga yang mengalami
perselisihan terjadi kebungkaman dan sikap menjauhkan diri." Hal
ini menyebabkan anak akan mundur ke dalam dirinya sendiri dengan
dua konsekuensi yang bertolak belakang, yaitu:
a. Ia akan menganggap dirinya yang paling benar dan akan berusaha
mempertahankannya apabila cekcok terhadap hal yang sama timbul
lagi.
b. Anak juga bisa menganggap dirinya berada pada pihak yang salah
dan kalah. Hal ini menyebabkan anak tidak mampu mengembangkan
inisiatif maupun pendapatnya sendiri dengan baik karena
menganggap ia pasti salah dan orangtua selalu benar.
2. Mengalah.
Orangtua merasa dirinya menang karena anak mengalah atau anak
merasa dirinya kalah. Demikian pula sebaliknya. Akhirnya hubungan
yang terbina akan selalu diwarnai dengan sikap menang atau kalah.
3. Kompromi.
Ini hanya solusi yang bersifat sementara karena masih ada situasi
kalah atau menang. Hal ini kerap menyebabkan terjadinya kompromi
antara kebenaran firman Tuhan dengan pola pikir yang bertentangan
dengan firman Tuhan.
Kita harus mendorong anak kita untuk mau menyelesaikan perselisihan
di bawah terang firman Tuhan. Kita harus menanamkan pemahaman bahwa
setiap orang harus mau dikoreksi dan tunduk kepada firman Tuhan.
Orangtua harus menjadi teladan sebagai pelaku firman apabila ia
ingin perselisihan yang terjadi dapat diselesaikan sesuai dengan
firman Tuhan.
Empat Belas Cara Pemecahan Praktis
Cara pemecahan praktis menurut Dr. Garry Smalley adalah sebagai
berikut.
1. Jelaskan dengan benar dan tuntas apa yang menjadi pokok
permasalahan kepada anak kita.
2. Tetap berpegang pada masalah yang sedang dibahas jangan
mengungkit masalah yang sudah berlalu.
3. Pelihara sebaik-baiknya kontak fisik secara lemah lembut.
4. Jangan menggunakan kata-kata kasar kepada anak.
5. Hindari perkataan-perkataan seperti: "Kamu tidak seperti anak
itu", "Kamu tidak akan...", "Kamu selalu...", dan sebagainya.
6. Jangan menggunakan pernyataan yang berlebihan seperti: "Kamu
seperti ayah/ibumu atau kamu menjadi anak setan...", dan
sebagainya.
7. Jangan memaki.
8. Hindari pernyataan yang berkuasa dan tindakan. misalnya: "Kamu
tidak akan mendapat uang", "Kamu tidur di sana nanti malam",
"Saya benci kamu", dan sebagainya.
9. Jangan sering berlaku diam.
10. Katakan perasaan yang terluka sebelum melanjutkan pembicaraan
tentang perselisihan.
11. Perselisihan jangan sampai didengar oleh orang lain.
12. Apabila terjadi perdebatan gunakan cara komunikasi yang sesuai
dengan alur logika dan jangan pernah mengatakan, "Pokoknya harus
begini! Titik.", 13. Jangan menyelesaikan masalah dengan sikap kalah atau menang.
Gunakan cara "win-win solution" (kedua pihak menang).
14. Cerminkan rasa hormat dalam kata-kata maupun dalam tindakan
kepada anak kita.
Diambil dari:
Judul asli artikel: Membina Hubungan yang Lebih Harmonis dengan Anak
Melalui Perselisihan
Judul majalah: Cahaya Buana, Edisi 92/2002
Penulis: Atyanti
Penerbit: Komisi Literatur GKT III, Malang 2002
Halaman: 24 -- 25 dan 32
______________________________________________________________________
- POTRET WANITA
AIMEE SEMPLE MCPHERSON (1890-1944)
Aimee Semple McPherson adalah wanita pertama yang berkhotbah melalui
radio pada tahun 1920. Walaupun ada beberapa kabar miring tentangnya
dan gaya khotbahnya yang flamboyan dan dramatisir, dia dikenal
sebagai pendiri International Church of the Foursquare Gospel.
Gereja yang didirikan pada tahun 1927 tersebut bertumbuh menjadi
denominasi Pentakosta yang besar.
Riwayat dan Pelayanan
Aimee lahir di Ingersoll, Ontario, Kanada; dia menjadi pemeluk
Pantekosta pada tahun 1907 di bawah pengajaran Robert J. Semple,
yang dinikahinya pada tahun 1908 sebelum mengikutinya melayani di
China. Setelah kematian suaminya, dia kembali ke Amerika Utara dan
bekerja sebagai pendeta di Full Gospel Assembly.
Aimee mengambil kesempatan berkhotbah di radio dan pada tahun 1924
karena ia menyadari betapa pentingnya siaran radio; organisasinya
menjadi oraganisasi pertama yang membeli seluruh stasiun radio. Pada
awal maraknya radio, seorang yang berjalan di kota Los Angeles bisa
mendengar Aimee memberitakan Injil dari jendela-jendela yang
terbuka.
Aimee memberitakan kombinasi Pietisme dan penyembuhan iman. Keempat
pilar denominasinya adalah Yesus Sang Penyelamat, baptisan Roh
Kudus, penyembuhan kelemahan manusia, dan kedatangan kembali Raja
segala raja. Dengan gaya khotbah yang menjadi ciri khasnya, dia
memusatkan ajarannya pada kasih dan pengampunan Kristus dan juga
gagasan dari Millenarian (orang yang percaya bahwa Kristus akan
berkuasa selama seribu tahun di bumi -- Cide Dictionary).
Pada tahun 1926, Aimee mendirikan sekolah Alkitab; dia juga
menyaksikan denominasinya meluas menjadi 400 gereja, walaupun
akhirnya terdapat beberapa perkara hukum atas kepemimpinannya antara
tahun 1926 dan 1936.
Menghilang dan Akhir Hidup
Aimee menghilang pada bulan Mei 1926 dan sebulan kemudian ditemukan
di padang gurun Kalifornia. Dia mengaku telah diculik.
Tabloid-tabloid mengupas kejadian yang menimpanya dengan detail yang
mengerikan dan menyedihkan. Namun bukti menjelaskan bahwa kisahnya
mungkin dikarang. Dia menerbitkan otobiografi pada tahun 1927,
ketika dia baru berumur 37 tahun. Dia mengalami kemunduran mental
pada tahun 1930 dan meninggal pada tahun 1944, kabarnya akibat
overdosis.
Aimee terus dikenang sebagai pendiri Foursquare Church, yang
memiliki lebih dari 9000 jemaat di 48 negara. Dia adalah sebuah
fenomena yang telah Allah pakai untuk menjangkau puluhan ribu orang.
(t/Uly)
Diterjemahkan dan disunting dari:
Judul buku: 100 Christian Women Who Changed the 20th Century
Penulis: Helen Kooiman Hosier
Penerbit: Fleming H. Revell, United States of America 2002
Halaman: 322 -- 323
______________________________________________________________________
- WOMEN TO WOMEN
SEORANG IBU TERSENYUM KEMBALI
Ia datang dengan tas kecil berisi barang-barang miliknya dan 3 orang
anaknya. Ia tidak ada sepeser uang pun dan ia tidak memiliki rumah
sejak suaminya tewas tahun 2008. Ia empat kali mencoba mengungsi ke
rumah lain tapi semuanya menolaknya.
Sebagai pengikut Kristus dari latar belakang agama lain, Tina (bukan
nama sesungguhnya) tidak memiliki tempat tinggal di tengah tekanan
yang datang dari keluarganya. Semakin lama orang-orang Kristen dari
latar belakang agama lain semakin ditekan dan dibuang oleh keluarga
karena iman mereka.
Bahkan, anaknya yang paling tua menolak Tina. "Sebelum Ibu
menyangkal Yesus, jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini,"
ujar putrinya.
Tina merasa lega ketika putri keduanya mengundang ibu dan
adik-adiknya tinggal bersama. Namun rasa lega itu hanya sesaat
karena putrinya ini pun mulai menekannya, ketika ia menolak
menyangkal Yesus menantu laki-lakinya memukuli Tina.
Tidak tahan lagi terhadap tekanan yang dialami, Tina meminta bantuan
sebuah pelayanan lokal yang melayani orang-orang lokal yang menjadi
pengikut Kristus. Mereka membawa Tina beserta staf Open Doors yang
mengatur agar Tina bisa tinggal di rumah singgah yang merupakan
proyek Open Doors bagi saudara-saudara dari latar belakang agama
lain seperti Tina. Di rumah singgah ini Tina dan teman-temannya
diperlengkapi dengan pelatihan keterampilan untuk membantu mereka
mandiri di kemudian hari.
Butuh waktu beberapa bulan lamanya bagi Tina dan anak-anaknya untuk
menyesuaikan diri. Beberapa kali Tina konseling dengan pembimbingnya
mengenai pergumulan dan tantangan lain yang ia hadapi. "Pertama kali
bertemu Ibu Tina, dia kelihatan begitu tertekan", staf Open Doors
mengingat kembali pertemuan mereka. Namun beberapa waktu kemudian
keluarga ini mulai memiliki teman yang banyak.
Bebas dari aniaya, Tina mulai belajar untuk bekerja dan memiliki
penghasilan sementara masih tinggal di rumah singgah. Ia adalah
pekerja keras. Mulai dari menjadi buruh cuci hingga mengumpulkan
botol bekas sudah ia jalani.
"Saya tidak bisa membaca,tapi anak-anak saya bisa," ujar Tina,
"setiap hari mereka membacakan saya Alkitab. Firman Tuhan menguatkan
iman saya." Meskipun buta huruf, Tina sekarang sudah menjadi ketua
Pendalaman Alkitab dari sebuah kelompok kecil.
"Tina terlihat sangat berbeda sekarang," Ujar staf Open Doors, "ia
selalu tersenyum!"
Setelah beberapa bulan tinggal di rumah singgah, Tina mulai kuat dan
imannya bertumbuh. Ia kembali menemui menantunya. Meskipun
menantunya adalah pemimpin agama lain, Tina dengan berani menginjili
menantunya. Setelah beberapa bulan bersaksi akhirnya menantunya
menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan dibaptis.
Sekarang Tina hanya bisa mengucap syukur, "Saya berterima kasih
kepada Bapak yang mengizinkan saya tinggal di rumahnya." Dengan
senyum di wajahnya, Tina melanjutkan, "Sekarang hidup saya bersama
anak-anak sudah dipulihkan."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin: Frontline Faith, Edisi Juli - Agustus 2010
Judul artikel: Seorang Ibu Tersenyum Kembali
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Yayasan Open Doors Indonesia
Halaman: 8 -- 9
______________________________________________________________________
- EDISI BERIKUTNYA
Setiap manusia pasti membutuhkan uang. Namun terkadang karena
memfokuskan kehidupan hanya pada uang, serta tidak bijak dalam
mengelola berkat yang sudah Tuhan berikan, uang malah menjadi sumber
petaka. Bagaimana agar kita dapat memanfaatkan dan mengelola berkat
yang sudah Tuhan berikan dengan sebaik-baiknya? Untuk memperoleh
jawabannya kami akan menyajikannya pada edisi mendatang, jadi jangan
sampai Sahabat Wanita ketinggalan.
Kami juga mengundang Sahabat Wanita untuk memberikan saran dan
usulan kepada kami, seputar topik-topik wanita lainnya yang
sekiranya dibutuhkan oleh para wanita Kristen Indonesia. Kami tunggu
tanggapan dari Sahabat Wanita sekalian. Tuhan memberkati.
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Novita Yuniarti
Staf Redaksi: Truly Almendo Pasaribu
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |