Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/32

e-Wanita edisi 32 (23-3-2010)

Dia Bangkit!

_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
                         Topik: Dia Bangkit!
                         Edisi 032/Maret 2010
______________________________________________________________________
                              MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Kebangkitan-Nya Memberiku Misi
- DUNIA WANITA: Nilai Sebuah Paskah
- WAWASAN WANITA: Doa Berdasarkan Refleksi Ucapan-Ucapan Yesus yang
                  Terakhir
- POTRET WANITA: Maria Magdalena
- EDISI BERIKUTNYA

______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Shalom,

  Setelah Yesus mengalami serangkaian penderitaan, Ia bangkit dari
  kematian-Nya pada hari ketiga. Para murid yang pada saat itu masih
  berduka, kecewa, dan putus asa karena ditinggalkan oleh sang Guru
  yang mereka kasihi akhirnya bersukacita setelah mendengar berita
  kebangkitan Yesus. Mereka bersemangat mengabarkan Berita Baik ini
  kepada saudara-saudara mereka. Ya, berita sukacita itu membuat
  mereka bersukacita kembali.

  Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa Ia berkuasa mengalahkan maut.
  Melalui kebangkitan-Nya, kita yang telah menerima Dia sebagai Tuhan
  dan Juru Selamat; kita diselamatkan dari hukuman dosa.
  Kebangkitan-Nya ini sungguh kabar gembira yang kita harus beritakan
  kepada semua orang, sama seperti yang dilakukan oleh para murid.
  Biarlah semua orang mengetahui betapa besar kasih-Nya kepada kita.

  Selamat Paskah.

  Pimpinan Redaksi e-Wanita,
  Christiana Ratri Yuliani
  http://wanita.sabda.org
  http://fb.sabda.org/wanita

______________________________________________________________________

  "Dan percayalah dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia
        dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan."
                             (Roma 10:9b)
______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                       KEBANGKITAN-NYA MEMBERIKU MISI

  "... Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah
  bangkit. Ia tidak ada di sini .... " (Markus 16:6)

  Jikalau Anda telah membaca keseluruhan Injil Markus, Anda akan
  merasakan kepentingan Markus menuliskan kitabnya, bahwa ia
  seakan-akan hanya ingin memaparkan fakta-fakta penting yang harus
  diketahui oleh pembacanya. Karena itu, tidak tampak adanya usaha
  untuk menyampaikannya secara menarik dan persuasif, apalagi
  bombastis, seperti layaknya para reporter zaman sekarang, yang
  menghendaki beritanya dibaca oleh banyak orang. Sebagian besar
  tulisan Markus bernada datar, jujur, dan apa adanya.

  Salah satu kejujuran Markus dalam memberitakan fakta, yang apa
  adanya, terlihat dari kisahnya saat menceritakan kebangkitan
  Kristus. Jika tujuan Markus memberitakan kebangkitan Kristus adalah
  untuk meyakinkan pembacanya, maka ia akan menceritakan berita yang
  bagus-bagus saja dan menutupi fakta-fakta yang meragukan. Namun
  demikian Markus justru menceritakan kebalikannya, yaitu bahwa ia
  menunjukkan murid-murid Yesus pun ternyata tidak memercayai
  kebangkitan Kristus. Justru dari sinilah kita dibuat percaya bahwa
  dokumen yang ditulis Markus bisa dipercaya.

  Latar belakang Injil Markus pasal 16 menceritakan tentang para
  wanita yang datang ke kubur Yesus. Markus membeberkan kenyataan
  bahwa tujuan mereka datang ke kubur itu bukanlah untuk membuktikan
  kebenaran kata-kata Yesus yang mereka telah dengar sebelumnya, yaitu
  bahwa Ia akan bangkit dari kematian; mereka datang ke kubur itu
  justru untuk memberikan rempah-rempah dan meminyaki mayat Yesus.
  Itulah sebabnya, mereka khawatir tentang bagaimana cara
  menggulingkan batu besar penutup kubur itu. Mereka sangat terkejut
  ketika mendapati bahwa batu besar itu kini sudah terguling, apalagi
  ketika mereka mengetahui bahwa mayat Yesus sudah tidak ada. Tetapi,
  sekali lagi, Markus mencatat dengan jujur bahwa mereka menangis dan
  meratap karena mengira mayat Yesus telah dicuri orang. Mereka
  sungguh percaya bahwa kematian itulah akhir riwayat Yesus.

  Puji Tuhan, Allah tidak menyerahkan kita pada keputusasaan dan Ia
  tidak menyerah karena kebebalan kita. Ia mengutus malaikat-Nya untuk
  sekali lagi mengirimkan berita dan mengingatkan mereka, "... Kamu
  mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit.
  Ia tidak ada di sini ... " Berita yang sederhana dan apa adanya ini
  masih terus dikumandangkan Allah di tengah-tengah manusia yang tidak
  percaya. Tetapi kali ini Allah tidak lagi memakai malaikat, sebab Ia
  memakai Anda dan saya, anak-anak yang telah ditebus-Nya, untuk
  memberitakannya kepada orang-orang yang berputus asa dan bebal.
  Maukah Anda?

  Selamat memberitakan berita Paskah.

  YESUS TELAH BANGKIT!

  Diambil dari:
  Nama situs: Situs Paskah Indonesia
  Penulis: Yulia Oeniyati
  Alamat url: http://paskah.sabda.org/kelahiran_yesus_kristus
______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

                         NILAI SEBUAH PASKAH

  Kisah kebangkitan dalam Injil Yohanes mencakup dua tema: iman dan
  cinta. Agar kita bisa memercayai peristiwa kebangkitan, dibutuhkan
  iman karena kebangkitan adalah suatu misteri. Dalam kamus Webster,
  "misteri" diartikan sebagai suatu teka-teki yang sulit dijelaskan,
  sesuatu yang mendatangkan rasa takjub, yang membuat seseorang
  berdiri terpaku di hadapannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
  Dalam peristiwa kebangkitan, kita juga mengalami semua yang
  dilukiskan kamus Webster untuk sebuah misteri. Kebangkitan itu hanya
  dapat dipahami dalam konteks iman karena tidak ada sesuatu pun di
  dunia ini yang bisa membantu kita memahami kebangkitan sesosok tubuh
  tak bernyawa. Kesedihan dan keputusasaan yang disebabkan peristiwa
  kematian telah diatasi oleh sebuah janji mengenai kehidupan kekal,
  yang hanya dapat dipahami dengan iman.

  Tema kedua adalah cinta. Seperti tampak pada akhir perikop Injil
  ini, Yohanes, sang murid yang dikasihi dan mengasihi Yesus, menjadi
  orang pertama yang memercayai kebangkitan. Ia juga orang yang
  pertama-tama mengerti tentang peristiwa kebangkitan. Cinta
  memberinya penglihatan yang bisa melihat tanda misteri dan ia
  percaya. Cinta mampu menangkap kebenaran ketika ketidakpastian
  menyelimuti rasio. Cinta bisa membuka keaslian nilai sesuatu
  ketika pikiran manusia seakan sudah buta.

  Maria Magdalena termasuk salah seorang di antara orang-orang pertama
  yang menerima warta kebangkitan Yesus. Orang-orang ini adalah
  segelintir orang yang masih bertahan di bawah kaki salib Yesus,
  ketika semua teman Yesus (para murid) meninggalkan-Nya dan pergi
  bersembunyi. Ketika tubuh Yesus dimasukkan ke dalam kubur,
  orang-orang yang sama juga berada di sana. Merekalah yang pertama
  kali mendatangi kubur Yesus pada pagi buta. Karena cinta mereka
  kepada Yesus, mereka kini diberi imbalan menjadi kelompok pertama
  yang mengetahui warta gembira kebangkitan Yesus.

  Pada abad ini ketika Yesus telah bersama keagungan Bapa-Nya di
  surga, di manakah kita bisa bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit?
  Orang lain bisa melihat Yesus yang bangkit lewat mereka yang percaya
  akan Dia, yakni lewat mereka yang menyebut diri Kristen, yang
  menyebut diri murid-murid Yesus pada abad ini. Teman-teman kita atau
  siapa pun yang bertemu dengan kita setiap hari, seharusnya mampu
  melihat diri Yesus yang bangkit lewat pelayanan dan cinta kita.

  Kita mengetahui bahwa kehidupan Maria Magdalena telah berubah secara
  radikal sejak ia bertemu dengan Yesus. Yesus mampu melihat sesuatu
  yang berasal dari Allah di dalam diri Maria Magdalena dan Ia secara
  perlahan-lahan membantunya melihat sesuatu yang berasal dari Allah
  itu di dalam dirinya dengan matanya sendiri. Sebagai pengikut Yesus,
  kita seharusnya mampu membawa perubahan hidup sebagaimana dialami
  Maria Magdalena.

  Ketika seseorang tidak mampu melihat hari esok, ketika ia dilanda
  keputusasaan yang dahsyat, ketika kakinya tidak mampu lagi melangkah
  untuk meneruskan perjalanannya, ketika mata seseorang seakan buta
  dan tidak mampu melihat apa pun yang benar, ketika seseorang tidak
  mendapat penghargaan selayaknya sebagai manusia, pada saat seperti
  itulah kita seharusnya datang memberikan mereka kekuatan,
  pengharapan, dan semangat baru, untuk senantiasa bergerak maju.
  Inilah warta kebangkitan yang seyogianya kita kumandangkan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Pondok Renungan
  Penulis: Tarsis Sigho
  Alamat url:
  http://www.pondokrenungan.com/isi.php?tipe=Renungan&table=isi&id=535

______________________________________________________________________
- WAWASAN WANITA

   DOA BERDASARKAN REFLEKSI UCAPAN-UCAPAN YESUS YANG TERAKHIR

  Kita terpesona pada ucapan-ucapan Yesus ketika menderita di kayu
  salib. Kata-kata terakhir Yesus tidak membawa kita pada kekecewaan.
  Kata-kata itu tampak sempurna dan lengkap untuk dipergunakan
  sepanjang zaman. Ketika kita memusatkan perhatian pada kata-kata
  tersebut, kita seumpama membuka sebuah jendela menuju keabadian dan
  kita menemukan di dalamnya penerangan bagi jiwa kita.

  1. "Yesus berkata, `Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak
     tahu apa yang mereka perbuat.` ..." (Lukas 23:34)

     Tuhan, aku memelihara perasaan dendam bagaikan harta karun,
     tetapi perasaan itu membusukkan hatiku. Tolonglah aku melepaskan
     segala yang tidak dapat kukuasai dan belajar mengampuni.

  2. "Kata Yesus kepadanya: `Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
     ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam
     Firdaus.`" (Lukas 23:43)

     Seperti penjahat yang menerima janji-Mu mengenai hidup yang
     kekal, saya memercayai pengampunan-Mu yang menyelamatkan saya.
     Tolonglah saya yang tidak percaya ini.

  3. "..., berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu inilah anakmu!" Kemudian
     kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" (Yohanes
     19:26-27a)

     Ketika aku menderita, aku hanya memikirkan diri sendiri. Berilah
     kepadaku hati yang tidak mementingkan diri sendiri untuk melihat
     dan merawat orang lain yang menderita.

  4. "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku,
     mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Matius 27:46b)

     Demi aku Engkau ditinggalkan. Tolonglah aku melepaskan
     pertanyaan-pertanyaan "mengapa" yang tidak terjawab dan menemukan
     damai ketika menyadari bahwa Engkau adalah Allahku.

  5. "Aku haus!" (Yohanes 19:28)

     Berilah kepadaku dahaga yang tidak terpuaskan untuk mengenal
     Engkau, Tuhanku.

  6. "Sudah selesai." (Yohanes 19:30)

     Saya tidak akan pernah dapat menambahkan sesuatu pada apa yang
     Engkau telah lakukan bagi saya. Engkau telah mengerjakan
     keselamatan untukku dengan sempurna. Tolonglah saya untuk
     mengenal sukacita anugerah-Mu ketika melayani Engkau.

  7. "Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: `Ya Bapa, ke dalam
     tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.`" (Lukas 23:46a)

     Saya ingin menyerahkan segala sesuatu yang ada di dalam kehidupan
     saya ke dalam tangan-Mu. Berikanlah saya kehendak untuk melakukan
     apa yang seharusnya saya lakukan dan ajarilah saya
     melaksanakannya setiap hari.

  Diambil dari:
  Judul buku: Kristus dalam Paskah: Buku Pedoman Perayaan Paskah bagi
              Keluarga
  Judul asli buku: Christ in Easter: a Family Celebration of Holy Week
  Penulis: Charles Colson, Billy Graham, Max Lucado, Joni Eareckson
           Tada
  Penerjemah: Kristina Santi Prijatna
  Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998
  Halaman: 56

______________________________________________________________________
- POTRET WANITA

                           MARIA MAGDALENA

  Anda mengenalku sebagai Maria Magdalena. Padahal namaku Maria.
  Titik. Dan aku lebih suka dipanggil begitu.

  Disebut "Magdalena" karena aku berasal dari Magdala. Dan terus
  terang, hal itu sungguh tidak menguntungkan, sebab sekalipun kota
  asalku itu sebuah kota yang makmur serta merupakan pusat pertanian,
  industri perkapalan, dan perdagangan di Provinsi Galilea, aku tidak
  pernah bangga dikenal sebagai "orang Magdala". Anda barangkali
  mengetahui, bahwa kota Magdala memunyai reputasi buruk. Magdala,
  kata orang, dikenal sebagai kota yang amoral.

  Namun, mungkin memang sudah nasibku. Bukan saja kotaku yang memunyai
  reputasi buruk, aku juga dikenal dengan bermacam-macam sebutan.
  Maria Magdalena: perempuan bejat dari kota bejat. Ah, sakitnya!

  Aku dikenal sebagai Maria, si bekas pelacur.

  Padahal, sebenarnya ini hanya prasangka belaka. Orang sering
  mengacaukan aku dengan Maria yang lain. Atau, ya itulah, sebab aku
  berasal dari Magdala, maka orang mudah saja menyangka yang
  tidak-tidak.

  Hanya bila Anda telah pernah merasakannya, Anda akan mengetahui
  betapa kejamnya masyarakat kadang-kadang. Dengan sewenang-wenang
  mereka menuduh dan mendakwa, tanpa memberi kesempatan sedikit pun
  kepada si terdakwa untuk membela diri. Tidak jarang, yang
  bersangkutan pun malah tidak pernah mengetahui atau diberitahu
  tentang tuduhan itu. Lalu, mereka dengan serta-merta telah
  menghukumnya seumur hidup, tanpa diberi kemungkinan untuk memperoleh
  grasi atau amnesti.

  Entah sudah berapa banyak korban berjatuhan, dan entah sudah berapa
  banyak kehidupan yang hancur karena kesewenang-wenangan seperti ini.
  Sulitnya, orang baru menyadari itu setelah dirinya sendiri mengalami
  ketidakadilan ini.

  Ah, sekiranya orang hanya memunyai prasangka yang baik tentang
  sesamanya! Sekiranya orang hanya menghakimi dirinya sendiri dan
  bukan orang lain!

  Mungkin karena pengalamanku yang pahit itulah, perjumpaanku dengan
  Yesus menjadi titik balik paling bermakna, yang mengubah seluruh
  hidupku.

  Terus terang, aku baru sekali itu berjumpa dengan orang seperti itu.
  Sungguh langka ada seorang tokoh agama yang bersedia menerima orang
  sepertiku apa adanya. Tanpa sikap menuding, menuntut, atau mendakwa.
  Bukan saja Dia bersedia menerimaku seperti apa adanya aku, Dia juga
  bersedia menerima diriku sendiri seperti aku adanya -- dengan segala
  kelebihanku dan dengan segala kekuranganku. Lalu dari situ aku
  berusaha menjadi diriku yang terbaik.

  Aku heran mengapa para tokoh agama yang lain tidak rela belajar dari
  Yesus mengenai hal ini, padahal itulah cara yang paling efektif
  untuk memungkinkan perubahan sejati pada diri seseorang. Bahwa orang
  akan lebih mampu mengubah dirinya bila ia pertama-tama merasa
  dirinya diterima, dan bukan sebaliknya, belum apa-apa sudah dituntut
  dan dituduh, bahwa orang sungguh-sungguh akan berubah, bukan karena
  bersedia memenuhi tuntutan moral dari luar dirinya, melainkan karena
  dorongan murni yang berasal dari kesadaran di dalam dirinya.

  Baiklah kuakui tanpa malu-malu. Aku, Maria, pernah dikuasai oleh
  tujuh setan. Aku bukan seorang yang suci. Aku jauh dari itu.

  Namun Anda mengetahui, apa yang dilakukan Yesus ketika aku datang
  menjumpai-Nya? Dari mata-Nya, aku mengetahui tidak sedikit pun
  tersirat rasa jijik di dalam hati-Nya. Jauh dari sikap mengutuk, Dia
  justru menerima dan mengampuniku.

  Dengan setulus dan seputih batin-Nya. Dia tak perlu mengatakannya,
  aku bisa merasakannya.

  Dan dengan begitu, Dia membebaskanku. Membebaskan aku dari sikap
  mengutuki diriku sendiri.

  Oleh karenanya, aku berharap Anda bersedia mengerti mengapa aku
  begitu mengasihi-Nya dengan segenap hatiku. Aku berhutang hidup
  kepada-Nya.

  Aku juga mengetahui bahwa orang sering mengacaukan aku dengan Maria
  dari Betania yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu, lalu
  membasuhnya dengan air mata dan menyeka dengan rambutnya yang
  tergerai. Aku, Maria Magdalena, bukan aku yang melakukan itu. Akan
  tetapi, sekiranya aku memunyai kesempatan, pasti akan kulakukan hal
  yang sama tanpa ragu, malah mungkin lebih dari itu.

  Aku mengasihi-Nya. Aku tahu Dia pun mengasihiku. Mengenai ini,
  masyarakat pun lalu menuduh yang tidak-tidak. Tampaknya di dunia
  ini, kebencian diterima jauh lebih wajar dibanding keakraban.
  Keakraban bisa dikutuk sebagai amoral, sedangkan permusuhan tidak.
  Bukankah demikian?

  Entah bagaimanapun pandangan masyarakat, aku tak dapat menyangkal
  betapa hancur hatiku pada hari Jumat itu. Dia, Tuhanku, Guruku,
  Sahabatku, mati. Dan bersamaan dengan itu, diriku sendiri serasa
  mati.

  Karena masih hari Sabat, kutahan sedapat-dapatnya hatiku yang
  meronta-ronta dengan hebatnya. Sabtu itu, aku cuma tinggal di
  rumah. Menangis dan menangis. Aku ingin menjerit.

  Baru saja kunikmati hidup yang bermakna. Belum lama. Lalu kini
  semuanya tinggal puing-puing belaka. Begitu tiba-tiba.

  Fajar belum lagi menyingsing, tetapi hari Sabat telah berlalu. Apa
  lagi yang kutunggu? Ke makam Yesus aku berlari, buru-buru.

  Tak pernah kuperoleh kesempatan untuk mengungkapkan cintaku
  kepada-Nya selama Dia masih hidup. Dan ini adalah penyesalanku yang
  paling dalam, yang akan kubawa sampai mati. Kini Dia telah tiada.
  Aku hanya dapat mengungkapkan kasih sayangku di depan kubur-Nya.
  Seperti yang dilakukan Maria dari Betania, bilamana mungkin, akan
  kubasuh jenazah-Nya dengan air mataku dan kuseka Dia dengan
  rambutku yang tergerai. Akan tetapi, alangkah terkejutnya aku. Dunia
  ini rupa-rupanya telah begitu membenciku sehingga untuk itu pun aku
  tidak diberi kemungkinan melakukannya. Kubur-Nya menganga.
  Jenazah-Nya tidak ada.

  Dahulu aku berpikir, bila toh aku tidak boleh menjamah tubuh-Nya,
  bekas-bekas kehadiran-Nya pun telah cukup bermakna. Akan tetapi, itu
  pun tiada. Dapatkah Anda memahami perasaanku pada waktu itu? Telah
  kutekan pengharapanku sampai ke titik yang paling rendah, namun
  untuk itu pun aku masih harus dikecewakan. Aku meratap. Aku
  menjerit. Aku menangis. Ada rasa duka di dalam di hatiku.

  "Maria!" Aku mendengar suara itu. Ya, aku mendengar. Akan tetapi,
  jeritan di dalam hatiku lebih keras dari suara itu. Sebab itu, aku
  tidak menengok.

  "Maria." Untuk kedua kalinya. Suara itu kukenal betul. Suara yang
  dalam, hangat, tetapi penuh wibawa. Suara Kekasihku, Guruku,
  Sahabatku, Saudaraku, Penolongku!

  Aku menengok. Memang Dia! Aku kini tak peduli apa-apa lagi. Yesus!
  Aku berlari. Aku ingin memeluk-Nya. Aku mau mencium kaki-Nya. Aku
  bagai menemukan kembali hidupku sendiri.

  Namun Dia menghindar. "Nanti, Maria. Belum sekarang. Nanti, di
  Kerajaan Bapa. Di situ semuanya abadi, indah, dan suci. Sekarang,
  untuk sementara kita mesti berpisah lagi. Sekarang, pergilah kepada
  saudara-saudara-Ku dan saudara-saudaramu. Beritahukanlah kepada
  mereka agar berkumpul di Galilea dan kita semua akan bertemu di
  sana!"

  Dia menghilang! Akan tetapi kini aku tidak lagi merasa kehilangan.
  Kehadiran-Nya, sekalipun cuma di batinku, telah membuat hatiku
  penuh. Hidupku ceria dan bermakna kembali.

  Sebab itu, kusayangkan benar bila orang mengatakan mengasihi Yesus,
  tetapi dia tidak pernah sungguh-sungguh mewujudkan kasihnya dalam
  tindakan; Dia tidak hadir di batinnya.

  Diambil dari:
  Judul buku: Mengapa Harus Salib?
  Penulis: Pdt. Eka Darmaputera, Ph.D.
  Penerbit: Gloria Grafa, Yogyakarta 2004
  Halaman: 64 -- 70

______________________________________________________________________
- EDISI BERIKUTNYA

  Sahabat Wanita, tanggal 21 April mendatang kita akan memperingati
  Hari Kartini. Peringatan ini ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
  untuk mengenang jasa R.A. Kartini dalam mengangkat derajat wanita
  baik di dalam keluarga maupun di masyarakat luas. Untuk itu, pada
  edisi e-Wanita mendatang Redaksi akan menyajikan topik Wanita Dalam
  Pernikahan. Edisi ini akan membahas kedudukan wanita dalam
  pernikahan Kristen, untuk itu nantikan edisi tersebut di kotak email
  Anda.

  Kami juga mengajak Sahabat Wanita sekalian untuk mengirimkan cerita,
  kesaksian, dan pokok doa. Kiriman Anda akan kami publikasikan setiap
  bulan melalui kolom Surat Anda, supaya menjadi berkat bagi orang
  lain. Kami tunggu email Anda di meja redaksi yang beralamat di:

  ==> wanita(at)sabda.org

  Selamat melayani, Tuhan memberkati!

______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
< wanita(at)sabda.org > atau < owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org >
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/
Facebook e-Wanita: http://fb.sabda.org/wanita
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Christiana Ratri Yuliani
Staf Redaksi: Novita Yuniarti
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2010 / YLSA -- http://www.ylsa.org/
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org