Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/25 |
|
e-Wanita edisi 25 (3-12-2009)
|
|
_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________ Topik: Natal Pertama Edisi 25/Desember 2009 ______________________________________________________________________ MENU SAJI - SUARA WANITA - RENUNGAN WANITA: Tempat bagi Yesus - DUNIA WANITA: Pengabaran Injil Pertama - WOMEN TO WOMEN: Tuhan Aku Percaya - WAWASAN WANITA: Miliki Malam Kudus Pribadi - POKOK DOA: Natal 2009 ______________________________________________________________________ - SUARA WANITA Shalom, Apa pendapat Sahabat Wanita ketika membaca topik e-Wanita kali ini? Apa yang tebersit di pikiran Sahabat Wanita ketika ada yang menanyakan pada Sahabat Wanita, "Kapan Natal pertama Anda?" Natal pertama dalam hal ini bukan hanya merujuk pada fakta sejarah bahwa 2.000 tahun yang lalu Kristus lahir ke dunia. Natal pertama yang dimaksud di sini adalah ketika Kristus lahir di hati Sahabat Wanita. Ya, Natal pertama adalah waktu ketika Sahabat Wanita membuka pintu hati kemudian membaringkan Bayi Kudus itu di hati Sahabat Wanita dan membiarkan-Nya berdiam di sana untuk memimpin dan membimbing hidup kita. Sejak saat itu, hidup Sahabat Wanita bukan lagi tentang Anda, tapi hidup Anda adalah Dia. Kami mengajak Sahabat Wanita semua menyimak edisi Natal sepanjang bulan Desember ini. Kiranya menjadi berkat Natal yang indah bagi kita semua dan terpujilah Dia selama-lamanya. Teriring salam dan doa, Yohanna Prita Amelia http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/ http://wanita.sabda.org/ http://fb.sabda.org/wanita/ ______________________________________________________________________ God gave me gift. I will do all I can to show him how grateful I am to Him. - Grace Livingstone Hill - ______________________________________________________________________ - RENUNGAN WANITA TEMPAT BAGI YESUS "Tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7) Kalimat "tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan" mengingatkan saya pada sebuah liburan keluarga bertahun-tahun yang lampau. Kami sekeluarga telah melakukan perjalanan sepanjang hari, dan saya sedang mencari sebuah motel untuk tempat kami menginap. Saat kami menyusuri jalan raya, harapan kami berulang kali kandas ketika melihat papan penanda bertuliskan "TIDAK ADA TEMPAT". Sebagai seorang ayah, yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan keluarga, saya menjadi frustrasi dan kecil hati. Lalu saya berpikir tentang Maria dan Yusuf. Betapa jauh lebih buruk keadaan mereka ketika tiba di Bethlehem dan menemukan tidak ada satu kamar pun yang tersedia! Saya bisa membayangkan Yusuf yang memohon kepada pengelola penginapan, memberitahukan kepadanya tentang keadaan Maria, dan betapa mereka sangat membutuhkan tempat bagi Maria untuk melahirkan bayinya. Namun "tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan". Jadi saat Yesus dilahirkan, ibu-Nya "membungkus-Nya dengan kain lampin, dan membaringkan-Nya di dalam palungan" (Lukas 2:7). Sekarang, 2.000 tahun kemudian, jutaan orang tidak memiliki tempat bagi Yesus. Walaupun mereka dengan antusias turut ambil bagian dalam perayaan Natal, mereka tetap tidak memperbolehkan-Nya masuk ke dalam hidup mereka. Papan penanda bertuliskan "TIDAK ADA TEMPAT" tertera di sana. Bagaimana dengan Anda? Adakah tempat bagi Yesus dalam hidup Anda? Tidak ada saat yang lebih baik dari saat ini untuk mendedikasikan kembali hidup Anda kepada-Nya atau untuk menerima-Nya sebagai Juru Selamat Anda! Adakah tempat bagi Yesus, yang telah menanggung beban dosamu? Yesus telah mengetuk hatimu, akankah kau mempersilakan-Nya masuk? Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama buletin: Santapan Rohani: Hadiah Terindah, Edisi Desember 2007, Hari 2 Penulis: Richard W. De Haan Penerjemah: Joseph Penerbit: RBC Ministries, Jakarta 2007 Halaman: Tidak Dicantumkan ______________________________________________________________________ - DUNIA WANITA PENGABARAN INJIL PERTAMA Malam itu menjelang Natal. Sepanjang hari hujan turun rintik-rintik. Angin bertiup agak kencang. Brrrr ..., dingin! Kebaktian di gereja sudah selesai. Dan orang-orang cepat pulang ke rumahnya masing-masing. Rumah keluarga Hasibuan dihiasi indah. Halomoan dan Ida senang sekali. Mereka duduk di atas tikar dekat pohon terang, menikmati hiasan-hiasan. Dan terutama ... bungkusan-bungkusan di bawah pohon terang. Mereka tahu, itu hadiah-hadiah yang sebentar akan dibagi. "Kami siap, Ayah," kata Halomoan. "Ya," sambung Ida, "cerita yang paling berkesan bagiku ialah bagaimana Tuhan Yesus dilahirkan." "Tahukah kalian mengapa pada waktu Natal, kita selalu menghiasi pohon den (pohon cemara)?" tanya ayah. Kedua anak menggelengkan kepala. Ibu tersenyum, lalu bertanya, "Di sekolah, Ibu Guru tak menceritakannya?" Jawab Halomoan, "Aku sudah kelas lima, tapi belum pernah mendengar itu!" "Apalagi aku, baru kelas tiga!" sambung Ida. Ayah mulai menjelaskan, "Ayah tak tahu secara tepat, siapa yang mulai menggunakan pohon den pada perayaan Natal. Tetapi yang pasti ialah bahwa 300 tahun yang lalu, ada seorang di Jerman bernama Martin Luther. Ia seorang pendeta. Dan ia mengajar banyak tentang Tuhan Yesus. Juga kepada anak-anak. Martin Luther sendiri memunyai 6 anak. Pada suatu waktu, selagi merayakan Natal, Martin Luther menebang sebuah pohon den kecil. Ia menempatkannya di rumahnya dan menghiasinya dengan lilin. Malam harinya, lilin-lilin itu dinyalakan dan seluruh keluarga duduk mengelilinginya." "Sama seperti kita ini, ya Ibu?" Ida menyela. "Ssst! Diam kau, Ayah masih bercerita," sentik Halomoan. Ayah tersenyum dan melanjutkan, "Martin Luther menceritakan kepada keluarganya, bahwa pohon den yang selalu segar bugar itu mengingatkan kita akan hidup yang kekal. Yaitu, barang siapa yang percaya kepada Tuhan Yesus, ia memperoleh hidup yang kekal." Ayah memandang kedua anaknya, lalu bertanya, "Halomoan, kau anak cerdas. Ayah sudah menceritakan asal mula pohon terang ini. Kalau orang Kristen menghiasi pohon terang pada Natal, sebagai tanda apa kita melakukan hal itu?" Halomoan tidak serentak menjawab, ia berpikir-pikir .... Kata Ida, "Kelahiran Tuhan Yesus!" "Ssst! Diam kau, Ayah masih bercerita," sentak Halomoan. Ia berpikir sejenak lagi, lalu menjawab, "Pohon terang ini adalah tanda kepercayaan kita akan Tuhan Yesus, bukan?" "Benar," kata ayah, "kalau keluarga Kristen memakai pohon terang, itu bukan saja sekadar sebagai peringatan kelahiran Tuhan Yesus. Martin Luther menggunakannya dalam perayaan keluarganya untuk mengajar anak-anaknya tentang iman dan hidup yang kekal." "Lalu, lilin-lilin itu tanda apa, Pak?" tanya Halomoan. Jawab ayah, "Lilin-lilin yang menyala itu mengingatkan kita akan langit cerah penuh dengan bintang-bintang dan malaikat-malaikat, pada malam Natal pertama. Pada malam itulah Tuhan Yesus dilahirkan. Jelas?" "Ayah," tanya Ida, "cerita itu bagus juga, tetapi Ida ingin dengar cerita Natal yang asli." "Baiklah," jawab ayah. "Malam ini Ayah ceritakan tentang pengabar-pengabar Injil yang pertama." "Pengabar-pengabar Injil?" Ida mengomel lagi, "Ida mau dengar cerita Natal, Yah." "Sabar dulu," kata ayah, "nanti kalian akan mengerti bahwa ini sungguh-sungguh cerita Natal asli." Lalu mulailah ayah dengan ceritanya. Sekitar 1.900 tahun lebih yang lampau, ada seorang wanita muda di kota Nazaret. Namanya Maria. Ia akan kawin dengan Yusuf. Mereka sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk pesta perkawinannya. Sekali peristiwa, Maria sendirian di rumah. Ia didatangi oleh malaikat Tuhan. Kata malaikat Tuhan, "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria agak takut. Ia sungguh percaya kepada Tuhan dan rajin beribadah. Karena itu, ia tak mengerti mengapa malaikat datang kepadanya dengan pesan aneh. Malaikat itu menenangkannya, "Kau tak usah takut Maria, sebab Tuhan sangat sayang kepadamu. Kau akan menjadi ibu seorang anak, yang harus diberi nama Yesus. Dialah yang akan menyelamatkan dunia. Semua itu akan terjadi dengan kuasa Roh Kudus." Maria adalah seorang wanita Yahudi. Dan ia tahu bahwa tiap orang Yahudi sejak zaman dulu menanti-nantikan kedatangan seorang Pembebas dari penjajahan asing. Raja Yahudi itu merupakan Juru Selamat bagi seluruh bangsa. Bukankah aneh bahwa Tuhan memilihnya menjadi ibu Juru Selamat itu? Pada zaman purbakala, telah ada nubuat bahwa Juru Selamat akan dilahirkan di kota Bethlehem. Tetapi Maria dan Yusuf tinggal di kota Nazaret. Wah, itu lebih dari 200 km jaraknya. Dan tidak ada alasan sama sekali untuk mengadakan perjalanan sejauh itu. Bagaimana bisa anak itu nantinya dilahirkan di Bethlehem? Tepat pada waktunya, kaisar kerajaan Roma mengeluarkan perintah supaya setiap penduduk harus kembali ke tempat kelahirannya. Supaya disensus di sana. Karena itu, Yusuf dan Maria terpaksa mengadakan perjalanan sejauh itu sebab semua famili Yusuf berasal dari Bethlehem. Pada zaman itu belum ada bis atau kereta api. Apa lagi pesawat terbang. Perjalanan pada waktu itu berarti jalan kaki atau naik keledai. Hanya orang kaya yang dapat naik kereta atau kuda. Yusuf adalah tukang kayu biasa. Mereka menggunakan keledai. Maria menunggangnya dan Yusuf berjalan. Setibanya di Bethlehem, Yusuf berusaha mendapatkan tempat dalam penginapan. Tetapi semuanya penuh. Maria sudah letih dan Yusuf kecewa. Ada seorang pemilik penginapan yang baik. Memang semua kamar sudah penuh. Tetapi ia menawarkan tempat dalam sebuah kandang di belakang rumah. Kandang itu tidak dipakai, dan tempatnya hangat. Wah, Maria dan Yusuf sungguh senang mendapat tempat untuk bermalam. Masih ada begitu banyak tamu lain yang juga belum mendapatkan tempat bermalam. Mereka bersyukur kepada Tuhan, lalu tidur. Malam itu juga ada beberapa gembala di padang sedang menjaga kawanan dombanya. Mereka sedang bercakap-cakap tentang orang banyak yang berduyun-duyun datang ke Bethlehem. Tak disangka bahwa begitu banyak rakyat yang adalah keturunan dari Bethlehem. Sementara mereka bercakap-cakap, langit menjadi terang benderang. Heranlah gembala-gembala itu. Wah! Terkejutlah mereka. Ada malaikat yang mendekati mereka. Apa katanya? "Janganlah takut kawan-kawan. Kusampaikan berita kesukaan. Malam ini lahir di Bethlehem Sang Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan." Gembala-gembala itu heran sekali atas berita itu. Benarkah itu? Mimpikah mereka? Masa malaikat khusus datang kepada mereka untuk menyampaikan berita seperti itu? Apalagi lahirnya Sang Juru Selamat! Malaikat melanjutkan, "Kalian akan menjumpai Bayi itu terbaring dalam palungan dan dibungkus kain lampin." Aneh sekali. Tempat kelahiran sang Juru Selamat rupanya di kandang hewan? Gembala-gembala masih berpikir-pikir tentang apa yang didengarnya dari malaikat itu, tiba-tiba langit itu penuh dengan ribuan malaikat. Serupa suatu biduan besar mereka menyanyi, "Muliakan Allah di tempat mahatinggi. Damai di atas bumi untuk orang yang berkenan kepadanya." Terpesona betul gembala-gembala itu. Wah, luar biasa betul pengalaman ini. Luar biasa pula berita yang didengarnya. Langit gelap kembali dan tenang seperti semula. "Mari kita ke Bethlehem," ajak salah seorang gembala. "Kita harus memeriksa apa yang telah terjadi di sana. Apakah cocok dengan pesan malaikat tadi." Berduyun-duyun mereka memasuki kota. Tenang sekali di sana. Bagaimana mencari bayi yang baru lahir itu? Semua rumah penuh sesak. Demikian juga penginapan-penginapan. Pendeknya mereka berusaha dan berhasil juga. Bayi itu dijumpainya, terbungkus dengan kain lampin, terbaring dalam palungan. Di situ ada Yusuf dan Maria, orang tuanya. Begitulah para gembala bersujud dan menyembah di depan palungan. Mereka mengucapkan "s`lamat bahagia" kepada Yusuf dan Maria. Ya, mereka memuji-muji Tuhan karena Juru Selamat itu sudah ada. Gembala-gembala tidak menyimpan berita kesukaan itu. Mereka ingin supaya semua orang di Bethlehem dan sekitarnya mengetahuinya. Siapa saja yang dijumpainya, terus diceritakan tentang kelahiran Sang Juru Selamat. Tentu ada orang-orang yang kurang percaya dengan berita itu. Apalagi kalau diceritakan oleh gembala-gembala biasa. Bagaimana bisa! "Saksikan sendiri!" Dan gembala-gembala memberi petunjuk letaknya kandang itu. Lalu datanglah orang berduyun-duyun ke kandang itu untuk menyambut Juru Selamat. Gembala-gembala terus berkeliling di kota Bethlehem malam itu. Waktu mereka kembali ke padang, hari sudah siang. Siapa saja yang ditemuinya, kepadanya disampaikan berita kesukaan itu. Sepanjang hari, mereka sibuk menjumpai orang-orang untuk memberitahukan tentang kelahiran Juru Selamat. Dan bukan saja hari itu saja. Pada hari-hari berikutnya pun mereka tidak jemu untuk mendapatkan orang-orang, agar berita kesukaan itu disampaikan juga kepada yang belum mendengarnya. Kata Bapak Hasibuan, "Inilah cerita tentang gembala-gembala. Merekalah pengabar-pengabar Injil yang pertama. Mereka mendengar tentang Tuhan Yesus. Mereka mencari dan menjumpai Tuhan Yesus. Mereka menyembah-Nya. Dan mereka pergi keluar mendapatkan orang-orang lain untuk mengabarkan berita kesukaan." "Waduh," sambut Ida, "indah sekali cerita itu. Aku tak menyangka gembala-gembala menceritakan kelahiran Tuhan Yesus kepada orang lain." "Kusangka Pak, gembala-gembala itu kembali lagi ke padang dan melanjutkan tugasnya," sambung kakaknya. Ibu menjelaskan kepada kedua anaknya, "Tuhan sudah menunjukkan jalan kepada gembala-gembala itu. Begitu juga sekarang, Tuhan menunjukkan jalan kepada kita. Yakni melalui pengabaran Injil. Dan kalau kita menjumpai Tuhan, itu berarti kita percaya kepada Tuhan Yesus. Lalu Tuhan ingin supaya kita tidak tinggal diam. Tetapi mengabarkan Injil itu kepada orang-orang lain juga. Sama seperti yang gembala-gembala perbuat." "Oh," kata Halomoan, "seperti cerita bersambung saja nih." "Apa itu?" tanya adiknya. "Iyaaa, masakan kau tak tahu. Gembala menceritakannya. Lalu orang yang mendengar itu menceritakannya lagi kepada yang lain. Jadi, sambung-menyambung sampai semua orang mendengarnya. Bukan begitu, Pak?" "Ya, ya," ayah mengangguk. "Kita juga mesti begitu. Menceritakannya terus-menerus kepada yang belum mendengarnya. Hanya dengan demikian, kita menjadi bahagia sama seperti gembala-gembala itu pada Natal pertama." "Hai!" kata Halomoan, "sekarang aku mengerti Pak, mengapa tadi Bapak menyebut gembala itu pengabar Injil pertama. Ya, ya, mereka betul-betul pengabar injil." "Kita juga?" tanya Ida. "Ya Ida," sambung Ibu, "kita juga!" Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: Liturgi Natal untuk Keluarga Judul asli artikel: Pekabaran Injil Pertama Penulis: Pdt. D.R. Maitimoe Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1992 Halaman: 13 -- 19 ______________________________________________________________________ - WOMEN TO WOMEN "TUHAN AKU PERCAYA" Ketika membaca kisah Mary Nayak dari Kandhamal, Orissa, saya sedang mendengarkan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Edward Chen: "Saat ku tak melihat jalan-Mu, saat ku tak mengerti rencana-Mu, namun tetap kupegang janji-Mu, pengharapanku hanya pada-Mu, hatiku percaya, hatiku percaya, hatiku percaya, slalu kupercaya." Lagu ini membuat kesaksian Mary Nayak semakin menyentuh hati saya -- izinkan saya membagikan kisah Mary Nayak pada Saudara. Mary Nayak tinggal di sebuah tempat bernama Kandhamal, Orissa, dengan suaminya, seorang pendeta, dan dua anak mereka. Pada suatu hari Minggu setelah ibadah, sebuah kelompok besar berjumlah 700 -- 800 orang mendekati desa mereka dan menyerang umat Kristen. Terjadi kepanikan, semua orang berlarian untuk menyelamatkan diri mereka, masuk ke dalam hutan. Mary dan anak-anaknya akhirnya dapat bertemu lagi dengan Pendeta Nayak di dalam hutan dan tinggal di sana selama 3 hari tanpa makan dan minum. Beberapa hari kemudian, kaum perempuan berkumpul di hutan untuk berdoa dan berpuasa. Tiba-tiba sebuah kelompok berjumlah 20 -- 25 orang datang kemudian menimpuki mereka dengan batu-batu besar. Sebuah batu menghantam pundak Mary hingga ia rebah ke tanah, mereka terus memukuli Mary Nayak hingga sekarat. Saat suami Mary Nayak menyadari istrinya telah menjadi sasaran serangan, ia langsung menyusul istrinya ke tempat kejadian dan membawa Mary Nayak pulang ke rumah. Akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan Kandhamal. Mereka pergi ke tempat lain hanya dengan mengenakan baju yang melekat di tubuh saat itu juga. Dalam perjalanan, mereka terjebak dalam kerusuhan dan menyaksikan rumah-rumah orang Kristen dibakar. Mary tidak dapat berjalan, suaminya harus memapahnya menuju ke stasiun kereta. Mereka tiba di distrik Koraput dengan bantuan seorang laki-laki. Ketika situasi di Kandhamal tidak juga membaik, keluarga ini memutuskan untuk pindah ke Jagaldapur dekat negara bagian Chattisgarh. Di sanalah mereka bertemu Open Doors melalui sebuah seminar. Mary mulai pulih dari "shock" dan luka-lukanya. Melalui konsultasi dengan dokter, Open Doors melihat keperluan bagi Mary melewati sesi trauma konseling. Ketika bertemu dengan Open Doors, keluarga ini belum memiliki sumber pendapatan yang pasti dan sangat sedih melihat anak-anak mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolah. Mereka tinggal pada sebuah rumah kontrakan yang dibiayai oleh gereja lokal, tapi belum jelas sampai berapa lama mereka bisa tinggal di sana. Sepanjang perjalanan kisahnya, Mary terus beriman pada Tuhan. Dalam hatinya ia tahu, Tuhan menjaganya dan keluarganya. Inilah kunci kekuatan yang keluar dari dalam hati yang memampukannya melewati tantangan dan pergumulannya satu per satu. Ia bersaksi, Tuhan telah memurnikannya melalui proses dan tantangan yang ia lewati. Seperti Mary beriman pada Tuhan, kami mengetuk hati kaum perempuan di seluruh dunia untuk beriman pada Tuhan dan berdiri bagi gereja yang teraniaya. Ibu Marpaung di Jakarta merasakan Tuhan telah menempatkan kerinduan dalam hatinya untuk berdiri bagi perempuan-perempuan seperti Mary Nayak. Ia berkata, "Kaum perempuan di Indonesia memiliki hati bagi kaum perempuan dari gereja yang teraniaya. Mari, berdoa bagi mereka, menulis surat untuk mereka, pergi mengunjungi mereka. Pelayanan ini menguatkan mereka. Mari melayani bersama kami!" Maukah Saudara mengingat Mary dan ribuan perempuan lain yang teraniaya karena iman mereka? Berdoa pada Tuhan agar Ia menyediakan apa yang mereka perlukan, menghibur ketika mereka susah hati, menguatkan ketika mereka takut hingga kesaksian mereka terus menyinarkan terang Kristus meski di tengah tekanan. Sekarang, dapatkah Saudara mendengar Mary Nayak bernyanyi: "Tuhan, Aku Percaya ..."? Catatan: Women to Women adalah pelayanan kaum perempuan Open Doors, menjadi suara bagi perempuan yang teraniaya karena iman mereka. Ibu dan kelompok doa akan diinspirasi dan diberkati oleh kesaksian mereka. Begitu banyak pelajaran berharga yang bisa didapatkan melalui perjalanan iman mereka. Hubungi Open Doors < http://www.opendoors.org/ > untuk mendapatkan informasi dan materi yang dapat membantu Anda. Diambil dan disunting seperlunya dari: Nama buletin: Open Doors, November -- Desember 2009 Penulis: Melani Pedro Halaman: 4 -- 5 ______________________________________________________________________ - WAWASAN WANITA MILIKI MALAM KUDUS PRIBADI Malam kudus, sunyi senyap, dunia terlelap -- Kidung Jemaat 92:1 Buat sebuah malam kudus untuk Anda sendiri. Kalau rumah Anda penuh dengan anggota keluarga, malam sunyi senyap Anda mungkin perlu dilakukan pada saat-saat menjelang fajar. Atau mintalah pasangan Anda membawa anak-anak pergi berbelanja untuk Natal. Bahkan Anda mungkin bisa memilih "fajar sunyi" saja. Saat Teduh Jam berapa pun yang Anda pilih untuk menikmati keheningan, ciptakan suasana tenang setidaknya selama 1 jam, di mana Anda bisa menikmati hiasan Natal Anda pribadi. Dan melakukan saat teduh pribadi untuk merenung, bersyukur, dan berdoa sendirian. - Pasang lagu Natal kesayangan Anda. - Nyalakan api di perapian atau buat "perapian" dengan sejumlah lilin. - Tuangkan segelas eggnog (minuman dari telur kocok, susu, dan rempah-rempah atau minuman Natal kesukaan Anda.) - Padamkan semua lampu di ruangan, kecuali lampu di pohon Natal. - Duduklah dan bersantai sebentar. Dengarkan baik-baik lirik lagu Natal dan lagu-lagu yang Anda pilih untuk diputar. Pandang dalam-dalam ke api menyala. Amati permainan cahaya dan bayangan di ruangan. Teguk minuman Anda perlahan-lahan. Putuskan untuk tersenyum. Renungkan hal-hal yang membuat hati Anda merasakan sukacita. Hal apa yang membuat Anda bersyukur? Dalam hal apa Anda merasa diberkati? Saat Berdoa Dalam keheningan malam Anda, ucapkan doa Anda. Mungkin Anda menemukan diri Anda berbisik. Mungkin Anda menemukan diri Anda menyuarakan doa Anda dalam satu kata -- "kesehatan", "kedamaian", "perbaikan", "pengampunan". Mungkin doa Anda hanya berisi urutan nama-nama orang yang Anda sayangi yang diucapkan perlahan-lahan. Mungkin Anda menemukan diri Anda diselubungi dengan kesunyian yang suci, terpesona, dan bahkan terharu dalam hadirat-Nya. Biarkan doa Anda mengalir apa adanya, tidak perlu seperti apa yang biasa Anda katakan atau lakukan saat berdoa. Biarkan hati Anda membawa Anda dalam jalan baru menuju hadirat-Nya. Kalau memungkinkan, biarkan musik mengalun sampai habis. Biarkan lilin menyala sampai meleleh seluruhnya. Biarkan perapian padam dengan sendirinya. Nikmati minuman Anda sampai tetesan terakhir. Di tengah kesibukan dan suasana ramai masa liburan, alangkah pentingnya untuk menenangkan diri kita ... dan untuk mendengar. Diambil dan disunting seperlunya dari: Judul buku: 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa Judul asli buku: 52 Simple Ways to Make Christmas Special Penulis: Jan Dargatz Penerjemah: Esther S. Mandjani Penerbit: Interaksara, Batam 1999 Halaman: 25 -- 27 ______________________________________________________________________ - POKOK DOA NATAL 2009 1. Doakan agar melalui momentum Natal tahun ini, para wanita Kristen dapat lebih memahami makna Natal yang sesungguhnya bagi hidup mereka. 2. Berdoa juga agar Natal tahun ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para wanita Kisten untuk saling berbagi kasih bersama keluarga, kerabat, dan bahkan mereka yang dianggap "sampah" masyarakat. ______________________________________________________________________ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi: <wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org> ______________________________________________________________________ Pimpinan Redaksi: Yohanna Prita Amelia Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Christiana Ratri Yuliani Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-Wanita 2009 -- YLSA http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati ______________________________________________________________________ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org> Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org> Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/ ________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |