Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/25

e-Wanita edisi 25 (3-12-2009)

Natal Pertama

_________e-Wanita -- Milis Publikasi Wanita Kristen Indonesia_________
                         Topik: Natal Pertama
                        Edisi 25/Desember 2009
______________________________________________________________________
MENU SAJI

- SUARA WANITA
- RENUNGAN WANITA: Tempat bagi Yesus
- DUNIA WANITA: Pengabaran Injil Pertama
- WOMEN TO WOMEN: Tuhan Aku Percaya
- WAWASAN WANITA: Miliki Malam Kudus Pribadi
- POKOK DOA: Natal 2009
______________________________________________________________________
- SUARA WANITA

  Shalom,

  Apa pendapat Sahabat Wanita ketika membaca topik e-Wanita kali ini?
  Apa yang tebersit di pikiran Sahabat Wanita ketika ada yang
  menanyakan pada Sahabat Wanita, "Kapan Natal pertama Anda?"

  Natal pertama dalam hal ini bukan hanya merujuk pada fakta sejarah
  bahwa 2.000 tahun yang lalu Kristus lahir ke dunia. Natal pertama
  yang dimaksud di sini adalah ketika Kristus lahir di hati Sahabat
  Wanita. Ya, Natal pertama adalah waktu ketika Sahabat Wanita membuka
  pintu hati kemudian membaringkan Bayi Kudus itu di hati Sahabat
  Wanita dan membiarkan-Nya berdiam di sana untuk memimpin dan
  membimbing hidup kita. Sejak saat itu, hidup Sahabat Wanita bukan
  lagi tentang Anda, tapi hidup Anda adalah Dia. Kami mengajak Sahabat
  Wanita semua menyimak edisi Natal sepanjang bulan Desember ini.
  Kiranya menjadi berkat Natal yang indah bagi kita semua dan
  terpujilah Dia selama-lamanya.

  Teriring salam dan doa,
  Yohanna Prita Amelia
  http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/
  http://wanita.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/wanita/

______________________________________________________________________

                           God gave me gift.
      I will do all I can to show him how grateful I am to Him.
                      - Grace Livingstone Hill -

______________________________________________________________________
- RENUNGAN WANITA

                          TEMPAT BAGI YESUS

  "Tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan." (Lukas 2:7)

  Kalimat "tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan"
  mengingatkan saya pada sebuah liburan keluarga bertahun-tahun yang
  lampau. Kami sekeluarga telah melakukan perjalanan sepanjang hari,
  dan saya sedang mencari sebuah motel untuk tempat kami menginap.
  Saat kami menyusuri jalan raya, harapan kami berulang kali kandas
  ketika melihat papan penanda bertuliskan "TIDAK ADA TEMPAT".

  Sebagai seorang ayah, yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
  keluarga, saya menjadi frustrasi dan kecil hati. Lalu saya
  berpikir tentang Maria dan Yusuf. Betapa jauh lebih buruk keadaan
  mereka ketika tiba di Bethlehem dan menemukan tidak ada satu kamar
  pun yang tersedia! Saya bisa membayangkan Yusuf yang memohon kepada
  pengelola penginapan, memberitahukan kepadanya tentang keadaan
  Maria, dan betapa mereka sangat membutuhkan tempat bagi Maria untuk
  melahirkan bayinya. Namun "tidak ada tempat bagi mereka di rumah
  penginapan". Jadi saat Yesus dilahirkan, ibu-Nya "membungkus-Nya
  dengan kain lampin, dan membaringkan-Nya di dalam palungan" (Lukas
  2:7).

  Sekarang, 2.000 tahun kemudian, jutaan orang tidak memiliki tempat
  bagi Yesus. Walaupun mereka dengan antusias turut ambil bagian dalam
  perayaan Natal, mereka tetap tidak memperbolehkan-Nya masuk ke dalam
  hidup mereka. Papan penanda bertuliskan "TIDAK ADA TEMPAT" tertera
  di sana.

  Bagaimana dengan Anda? Adakah tempat bagi Yesus dalam hidup Anda?
  Tidak ada saat yang lebih baik dari saat ini untuk mendedikasikan
  kembali hidup Anda kepada-Nya atau untuk menerima-Nya sebagai Juru
  Selamat Anda!

                       Adakah tempat bagi Yesus,
                  yang telah menanggung beban dosamu?
                      Yesus telah mengetuk hatimu,
                  akankah kau mempersilakan-Nya masuk?

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Santapan Rohani: Hadiah Terindah, Edisi Desember
                2007, Hari 2
  Penulis: Richard W. De Haan
  Penerjemah: Joseph
  Penerbit: RBC Ministries, Jakarta 2007
  Halaman: Tidak Dicantumkan

______________________________________________________________________
- DUNIA WANITA

                        PENGABARAN INJIL PERTAMA

  Malam itu menjelang Natal. Sepanjang hari hujan turun rintik-rintik.
  Angin bertiup agak kencang. Brrrr ..., dingin! Kebaktian di gereja
  sudah selesai. Dan orang-orang cepat pulang ke rumahnya
  masing-masing.

  Rumah keluarga Hasibuan dihiasi indah. Halomoan dan Ida senang
  sekali. Mereka duduk di atas tikar dekat pohon terang, menikmati
  hiasan-hiasan. Dan terutama ... bungkusan-bungkusan di bawah pohon
  terang. Mereka tahu, itu hadiah-hadiah yang sebentar akan dibagi.

  "Kami siap, Ayah," kata Halomoan.

  "Ya," sambung Ida, "cerita yang paling berkesan bagiku ialah
  bagaimana Tuhan Yesus dilahirkan."

  "Tahukah kalian mengapa pada waktu Natal, kita selalu menghiasi
  pohon den (pohon cemara)?" tanya ayah.

  Kedua anak menggelengkan kepala. Ibu tersenyum, lalu bertanya, "Di
  sekolah, Ibu Guru tak menceritakannya?"

  Jawab Halomoan, "Aku sudah kelas lima, tapi belum pernah mendengar
  itu!"

  "Apalagi aku, baru kelas tiga!" sambung Ida.

  Ayah mulai menjelaskan, "Ayah tak tahu secara tepat, siapa yang
  mulai menggunakan pohon den pada perayaan Natal. Tetapi yang pasti
  ialah bahwa 300 tahun yang lalu, ada seorang di Jerman bernama
  Martin Luther. Ia seorang pendeta. Dan ia mengajar banyak tentang
  Tuhan Yesus. Juga kepada anak-anak.

  Martin Luther sendiri memunyai 6 anak. Pada suatu waktu, selagi
  merayakan Natal, Martin Luther menebang sebuah pohon den kecil. Ia
  menempatkannya di rumahnya dan menghiasinya dengan lilin. Malam
  harinya, lilin-lilin itu dinyalakan dan seluruh keluarga duduk
  mengelilinginya."

  "Sama seperti kita ini, ya Ibu?" Ida menyela.

  "Ssst! Diam kau, Ayah masih bercerita," sentik Halomoan.

  Ayah tersenyum dan melanjutkan, "Martin Luther menceritakan kepada
  keluarganya, bahwa pohon den yang selalu segar bugar itu
  mengingatkan kita akan hidup yang kekal. Yaitu, barang siapa yang
  percaya kepada Tuhan Yesus, ia memperoleh hidup yang kekal."

  Ayah memandang kedua anaknya, lalu bertanya, "Halomoan, kau anak
  cerdas. Ayah sudah menceritakan asal mula pohon terang ini. Kalau
  orang Kristen menghiasi pohon terang pada Natal, sebagai tanda apa
  kita melakukan hal itu?"

  Halomoan tidak serentak menjawab, ia berpikir-pikir ....

  Kata Ida, "Kelahiran Tuhan Yesus!"

  "Ssst! Diam kau, Ayah masih bercerita," sentak Halomoan.

  Ia berpikir sejenak lagi, lalu menjawab, "Pohon terang ini adalah
  tanda kepercayaan kita akan Tuhan Yesus, bukan?"

  "Benar," kata ayah, "kalau keluarga Kristen memakai pohon terang,
  itu bukan saja sekadar sebagai peringatan kelahiran Tuhan Yesus.
  Martin Luther menggunakannya dalam perayaan keluarganya untuk
  mengajar anak-anaknya tentang iman dan hidup yang kekal."

  "Lalu, lilin-lilin itu tanda apa, Pak?" tanya Halomoan.

  Jawab ayah, "Lilin-lilin yang menyala itu mengingatkan kita akan
  langit cerah penuh dengan bintang-bintang dan malaikat-malaikat,
  pada malam Natal pertama. Pada malam itulah Tuhan Yesus dilahirkan.
  Jelas?"

  "Ayah," tanya Ida, "cerita itu bagus juga, tetapi Ida ingin dengar
  cerita Natal yang asli."

  "Baiklah," jawab ayah. "Malam ini Ayah ceritakan tentang
  pengabar-pengabar Injil yang pertama."

  "Pengabar-pengabar Injil?"

  Ida mengomel lagi, "Ida mau dengar cerita Natal, Yah."

  "Sabar dulu," kata ayah, "nanti kalian akan mengerti bahwa ini
  sungguh-sungguh cerita Natal asli." Lalu mulailah ayah dengan
  ceritanya.

  Sekitar 1.900 tahun lebih yang lampau, ada seorang wanita muda di
  kota Nazaret. Namanya Maria. Ia akan kawin dengan Yusuf. Mereka
  sedang sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk pesta perkawinannya.

  Sekali peristiwa, Maria sendirian di rumah. Ia didatangi oleh
  malaikat Tuhan. Kata malaikat Tuhan, "Salam, hai engkau yang
  dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria agak takut. Ia sungguh
  percaya kepada Tuhan dan rajin beribadah.

  Karena itu, ia tak mengerti mengapa malaikat datang kepadanya dengan
  pesan aneh.

  Malaikat itu menenangkannya, "Kau tak usah takut Maria, sebab Tuhan
  sangat sayang kepadamu. Kau akan menjadi ibu seorang anak, yang
  harus diberi nama Yesus. Dialah yang akan menyelamatkan dunia. Semua
  itu akan terjadi dengan kuasa Roh Kudus."

  Maria adalah seorang wanita Yahudi. Dan ia tahu bahwa tiap orang
  Yahudi sejak zaman dulu menanti-nantikan kedatangan seorang Pembebas
  dari penjajahan asing. Raja Yahudi itu merupakan Juru Selamat bagi
  seluruh bangsa. Bukankah aneh bahwa Tuhan memilihnya menjadi ibu
  Juru Selamat itu? Pada zaman purbakala, telah ada nubuat bahwa Juru
  Selamat akan dilahirkan di kota Bethlehem. Tetapi Maria dan Yusuf
  tinggal di kota Nazaret. Wah, itu lebih dari 200 km jaraknya. Dan
  tidak ada alasan sama sekali untuk mengadakan perjalanan sejauh itu.
  Bagaimana bisa anak itu nantinya dilahirkan di Bethlehem?

  Tepat pada waktunya, kaisar kerajaan Roma mengeluarkan perintah
  supaya setiap penduduk harus kembali ke tempat kelahirannya. Supaya
  disensus di sana. Karena itu, Yusuf dan Maria terpaksa mengadakan
  perjalanan sejauh itu sebab semua famili Yusuf berasal dari
  Bethlehem.

  Pada zaman itu belum ada bis atau kereta api. Apa lagi pesawat
  terbang. Perjalanan pada waktu itu berarti jalan kaki atau naik
  keledai. Hanya orang kaya yang dapat naik kereta atau kuda. Yusuf
  adalah tukang kayu biasa. Mereka menggunakan keledai. Maria
  menunggangnya dan Yusuf berjalan.

  Setibanya di Bethlehem, Yusuf berusaha mendapatkan tempat dalam
  penginapan. Tetapi semuanya penuh. Maria sudah letih dan Yusuf
  kecewa. Ada seorang pemilik penginapan yang baik. Memang semua kamar
  sudah penuh. Tetapi ia menawarkan tempat dalam sebuah kandang di
  belakang rumah. Kandang itu tidak dipakai, dan tempatnya hangat.
  Wah, Maria dan Yusuf sungguh senang mendapat tempat untuk bermalam.
  Masih ada begitu banyak tamu lain yang juga belum mendapatkan tempat
  bermalam. Mereka bersyukur kepada Tuhan, lalu tidur.

  Malam itu juga ada beberapa gembala di padang sedang menjaga kawanan
  dombanya. Mereka sedang bercakap-cakap tentang orang banyak yang
  berduyun-duyun datang ke Bethlehem. Tak disangka bahwa begitu banyak
  rakyat yang adalah keturunan dari Bethlehem. Sementara mereka
  bercakap-cakap, langit menjadi terang benderang. Heranlah
  gembala-gembala itu. Wah! Terkejutlah mereka. Ada malaikat yang
  mendekati mereka. Apa katanya?

  "Janganlah takut kawan-kawan. Kusampaikan berita kesukaan. Malam ini
  lahir di Bethlehem Sang Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan."

  Gembala-gembala itu heran sekali atas berita itu. Benarkah itu?

  Mimpikah mereka? Masa malaikat khusus datang kepada mereka untuk
  menyampaikan berita seperti itu? Apalagi lahirnya Sang Juru Selamat!

  Malaikat melanjutkan, "Kalian akan menjumpai Bayi itu terbaring
  dalam palungan dan dibungkus kain lampin."

  Aneh sekali. Tempat kelahiran sang Juru Selamat rupanya di kandang
  hewan? Gembala-gembala masih berpikir-pikir tentang apa yang
  didengarnya dari malaikat itu, tiba-tiba langit itu penuh dengan
  ribuan malaikat. Serupa suatu biduan besar mereka menyanyi,
  "Muliakan Allah di tempat mahatinggi. Damai di atas bumi untuk orang
  yang berkenan kepadanya."

  Terpesona betul gembala-gembala itu. Wah, luar biasa betul
  pengalaman ini. Luar biasa pula berita yang didengarnya.

  Langit gelap kembali dan tenang seperti semula.

  "Mari kita ke Bethlehem," ajak salah seorang gembala. "Kita harus
  memeriksa apa yang telah terjadi di sana. Apakah cocok dengan pesan
  malaikat tadi."

  Berduyun-duyun mereka memasuki kota. Tenang sekali di sana.

  Bagaimana mencari bayi yang baru lahir itu? Semua rumah penuh sesak.
  Demikian juga penginapan-penginapan. Pendeknya mereka berusaha dan
  berhasil juga.

  Bayi itu dijumpainya, terbungkus dengan kain lampin, terbaring dalam
  palungan. Di situ ada Yusuf dan Maria, orang tuanya. Begitulah para
  gembala bersujud dan menyembah di depan palungan. Mereka mengucapkan
  "s`lamat bahagia" kepada Yusuf dan Maria. Ya, mereka memuji-muji
  Tuhan karena Juru Selamat itu sudah ada.

  Gembala-gembala tidak menyimpan berita kesukaan itu. Mereka ingin
  supaya semua orang di Bethlehem dan sekitarnya mengetahuinya. Siapa
  saja yang dijumpainya, terus diceritakan tentang kelahiran Sang
  Juru Selamat.

  Tentu ada orang-orang yang kurang percaya dengan berita itu. Apalagi
  kalau diceritakan oleh gembala-gembala biasa. Bagaimana bisa!

  "Saksikan sendiri!" Dan gembala-gembala memberi petunjuk letaknya
  kandang itu. Lalu datanglah orang berduyun-duyun ke kandang itu
  untuk menyambut Juru Selamat. Gembala-gembala terus berkeliling di
  kota Bethlehem malam itu.

  Waktu mereka kembali ke padang, hari sudah siang. Siapa saja yang
  ditemuinya, kepadanya disampaikan berita kesukaan itu.

  Sepanjang hari, mereka sibuk menjumpai orang-orang untuk
  memberitahukan tentang kelahiran Juru Selamat. Dan bukan saja hari
  itu saja. Pada hari-hari berikutnya pun mereka tidak jemu untuk
  mendapatkan orang-orang, agar berita kesukaan itu disampaikan juga
  kepada yang belum mendengarnya.

  Kata Bapak Hasibuan, "Inilah cerita tentang gembala-gembala.
  Merekalah pengabar-pengabar Injil yang pertama. Mereka mendengar
  tentang Tuhan Yesus. Mereka mencari dan menjumpai Tuhan Yesus.
  Mereka menyembah-Nya. Dan mereka pergi keluar mendapatkan
  orang-orang lain untuk mengabarkan berita kesukaan."

  "Waduh," sambut Ida, "indah sekali cerita itu. Aku tak menyangka
  gembala-gembala menceritakan kelahiran Tuhan Yesus kepada orang
  lain."

  "Kusangka Pak, gembala-gembala itu kembali lagi ke padang dan
  melanjutkan tugasnya," sambung kakaknya.

  Ibu menjelaskan kepada kedua anaknya, "Tuhan sudah menunjukkan jalan
  kepada gembala-gembala itu. Begitu juga sekarang, Tuhan menunjukkan
  jalan kepada kita. Yakni melalui pengabaran Injil. Dan kalau kita
  menjumpai Tuhan, itu berarti kita percaya kepada Tuhan Yesus. Lalu
  Tuhan ingin supaya kita tidak tinggal diam. Tetapi mengabarkan Injil
  itu kepada orang-orang lain juga. Sama seperti yang gembala-gembala
  perbuat."

  "Oh," kata Halomoan, "seperti cerita bersambung saja nih."

  "Apa itu?" tanya adiknya.

  "Iyaaa, masakan kau tak tahu. Gembala menceritakannya. Lalu orang
  yang mendengar itu menceritakannya lagi kepada yang lain. Jadi,
  sambung-menyambung sampai semua orang mendengarnya. Bukan begitu,
  Pak?"

  "Ya, ya," ayah mengangguk. "Kita juga mesti begitu. Menceritakannya
  terus-menerus kepada yang belum mendengarnya. Hanya dengan demikian,
  kita menjadi bahagia sama seperti gembala-gembala itu pada Natal
  pertama."

  "Hai!" kata Halomoan, "sekarang aku mengerti Pak, mengapa tadi Bapak
  menyebut gembala itu pengabar Injil pertama. Ya, ya, mereka
  betul-betul pengabar injil."

  "Kita juga?" tanya Ida.

  "Ya Ida," sambung Ibu, "kita juga!"

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Liturgi Natal untuk Keluarga
  Judul asli artikel: Pekabaran Injil Pertama
  Penulis: Pdt. D.R. Maitimoe
  Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1992
  Halaman: 13 -- 19

______________________________________________________________________
- WOMEN TO WOMEN

                         "TUHAN AKU PERCAYA"

  Ketika membaca kisah Mary Nayak dari Kandhamal, Orissa, saya sedang
  mendengarkan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Edward Chen:

  "Saat ku tak melihat jalan-Mu,
  saat ku tak mengerti rencana-Mu,
  namun tetap kupegang janji-Mu,
  pengharapanku hanya pada-Mu,
  hatiku percaya, hatiku percaya, hatiku percaya, slalu kupercaya."

  Lagu ini membuat kesaksian Mary Nayak semakin menyentuh hati saya --
  izinkan saya membagikan kisah Mary Nayak pada Saudara.

  Mary Nayak tinggal di sebuah tempat bernama Kandhamal, Orissa,
  dengan suaminya, seorang pendeta, dan dua anak mereka. Pada suatu
  hari Minggu setelah ibadah, sebuah kelompok besar berjumlah 700 --
  800 orang mendekati desa mereka dan menyerang umat Kristen. Terjadi
  kepanikan, semua orang berlarian untuk menyelamatkan diri mereka,
  masuk ke dalam hutan. Mary dan anak-anaknya akhirnya dapat bertemu
  lagi dengan Pendeta Nayak di dalam hutan dan tinggal di sana selama
  3 hari tanpa makan dan minum.

  Beberapa hari kemudian, kaum perempuan berkumpul di hutan untuk
  berdoa dan berpuasa. Tiba-tiba sebuah kelompok berjumlah 20 -- 25
  orang datang kemudian menimpuki mereka dengan batu-batu besar.
  Sebuah batu menghantam pundak Mary hingga ia rebah ke tanah, mereka
  terus memukuli Mary Nayak hingga sekarat. Saat suami Mary Nayak
  menyadari istrinya telah menjadi sasaran serangan, ia langsung
  menyusul istrinya ke tempat kejadian dan membawa Mary Nayak pulang
  ke rumah. Akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan Kandhamal.
  Mereka pergi ke tempat lain hanya dengan mengenakan baju yang
  melekat di tubuh saat itu juga.

  Dalam perjalanan, mereka terjebak dalam kerusuhan dan menyaksikan
  rumah-rumah orang Kristen dibakar. Mary tidak dapat berjalan,
  suaminya harus memapahnya menuju ke stasiun kereta. Mereka tiba di
  distrik Koraput dengan bantuan seorang laki-laki. Ketika situasi di
  Kandhamal tidak juga membaik, keluarga ini memutuskan untuk pindah
  ke Jagaldapur dekat negara bagian Chattisgarh. Di sanalah mereka
  bertemu Open Doors melalui sebuah seminar.

  Mary mulai pulih dari "shock" dan luka-lukanya. Melalui konsultasi
  dengan dokter, Open Doors melihat keperluan bagi Mary melewati sesi
  trauma konseling. Ketika bertemu dengan Open Doors, keluarga ini
  belum memiliki sumber pendapatan yang pasti dan sangat sedih melihat
  anak-anak mereka yang tidak dapat melanjutkan sekolah. Mereka
  tinggal pada sebuah rumah kontrakan yang dibiayai oleh gereja lokal,
  tapi belum jelas sampai berapa lama mereka bisa tinggal di sana.

  Sepanjang perjalanan kisahnya, Mary terus beriman pada Tuhan. Dalam
  hatinya ia tahu, Tuhan menjaganya dan keluarganya. Inilah kunci
  kekuatan yang keluar dari dalam hati yang memampukannya melewati
  tantangan dan pergumulannya satu per satu. Ia bersaksi, Tuhan telah
  memurnikannya melalui proses dan tantangan yang ia lewati. Seperti
  Mary beriman pada Tuhan, kami mengetuk hati kaum perempuan di
  seluruh dunia untuk beriman pada Tuhan dan berdiri bagi gereja yang
  teraniaya.

  Ibu Marpaung di Jakarta merasakan Tuhan telah menempatkan kerinduan
  dalam hatinya untuk berdiri bagi perempuan-perempuan seperti Mary
  Nayak. Ia berkata, "Kaum perempuan di Indonesia memiliki hati bagi
  kaum perempuan dari gereja yang teraniaya. Mari, berdoa bagi mereka,
  menulis surat untuk mereka, pergi mengunjungi mereka. Pelayanan ini
  menguatkan mereka. Mari melayani bersama kami!"

  Maukah Saudara mengingat Mary dan ribuan perempuan lain yang
  teraniaya karena iman mereka? Berdoa pada Tuhan agar Ia menyediakan
  apa yang mereka perlukan, menghibur ketika mereka susah hati,
  menguatkan ketika mereka takut hingga kesaksian mereka terus
  menyinarkan terang Kristus meski di tengah tekanan. Sekarang,
  dapatkah Saudara mendengar Mary Nayak bernyanyi: "Tuhan, Aku
  Percaya ..."?

  Catatan: Women to Women adalah pelayanan kaum perempuan Open Doors,
  menjadi suara bagi perempuan yang teraniaya karena iman mereka. Ibu
  dan kelompok doa akan diinspirasi dan diberkati oleh kesaksian
  mereka. Begitu banyak pelajaran berharga yang bisa didapatkan
  melalui perjalanan iman mereka. Hubungi Open Doors
  < http://www.opendoors.org/ > untuk mendapatkan informasi dan materi
  yang dapat membantu Anda.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama buletin: Open Doors, November -- Desember 2009
  Penulis: Melani Pedro
  Halaman: 4 -- 5

______________________________________________________________________
- WAWASAN WANITA

                      MILIKI MALAM KUDUS PRIBADI

  Malam kudus, sunyi senyap,
  dunia terlelap -- Kidung Jemaat 92:1

  Buat sebuah malam kudus untuk Anda sendiri. Kalau rumah Anda penuh
  dengan anggota keluarga, malam sunyi senyap Anda mungkin perlu
  dilakukan pada saat-saat menjelang fajar. Atau mintalah pasangan
  Anda membawa anak-anak pergi berbelanja untuk Natal. Bahkan Anda
  mungkin bisa memilih "fajar sunyi" saja.

  Saat Teduh

  Jam berapa pun yang Anda pilih untuk menikmati keheningan, ciptakan
  suasana tenang setidaknya selama 1 jam, di mana Anda bisa menikmati
  hiasan Natal Anda pribadi. Dan melakukan saat teduh pribadi untuk
  merenung, bersyukur, dan berdoa sendirian.

  - Pasang lagu Natal kesayangan Anda.
  - Nyalakan api di perapian atau buat "perapian" dengan sejumlah
    lilin.
  - Tuangkan segelas eggnog (minuman dari telur kocok, susu, dan
    rempah-rempah atau minuman Natal kesukaan Anda.)
  - Padamkan semua lampu di ruangan, kecuali lampu di pohon Natal.
  - Duduklah dan bersantai sebentar.

  Dengarkan baik-baik lirik lagu Natal dan lagu-lagu yang Anda pilih
  untuk diputar. Pandang dalam-dalam ke api menyala. Amati permainan
  cahaya dan bayangan di ruangan. Teguk minuman Anda perlahan-lahan.

  Putuskan untuk tersenyum. Renungkan hal-hal yang membuat hati Anda
  merasakan sukacita. Hal apa yang membuat Anda bersyukur? Dalam hal
  apa Anda merasa diberkati?

  Saat Berdoa

  Dalam keheningan malam Anda, ucapkan doa Anda. Mungkin Anda
  menemukan diri Anda berbisik. Mungkin Anda menemukan diri Anda
  menyuarakan doa Anda dalam satu kata -- "kesehatan", "kedamaian",
  "perbaikan", "pengampunan". Mungkin doa Anda hanya berisi urutan
  nama-nama orang yang Anda sayangi yang diucapkan perlahan-lahan.
  Mungkin Anda menemukan diri Anda diselubungi dengan kesunyian yang
  suci, terpesona, dan bahkan terharu dalam hadirat-Nya. Biarkan doa
  Anda mengalir apa adanya, tidak perlu seperti apa yang biasa Anda
  katakan atau lakukan saat berdoa. Biarkan hati Anda membawa Anda
  dalam jalan baru menuju hadirat-Nya.

  Kalau memungkinkan, biarkan musik mengalun sampai habis. Biarkan
  lilin menyala sampai meleleh seluruhnya. Biarkan perapian padam
  dengan sendirinya. Nikmati minuman Anda sampai tetesan terakhir. Di
  tengah kesibukan dan suasana ramai masa liburan, alangkah pentingnya
  untuk menenangkan diri kita ... dan untuk mendengar.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: 52 Cara Sederhana Membuat Natal Menjadi Istimewa
  Judul asli buku: 52 Simple Ways to Make Christmas Special
  Penulis: Jan Dargatz
  Penerjemah: Esther S. Mandjani
  Penerbit: Interaksara, Batam 1999
  Halaman: 25 -- 27

______________________________________________________________________
- POKOK DOA

                              NATAL 2009

  1. Doakan agar melalui momentum Natal tahun ini, para wanita Kristen
     dapat lebih memahami makna Natal yang sesungguhnya bagi hidup
     mereka.

  2. Berdoa juga agar Natal tahun ini dapat dimanfaatkan dengan
     sebaik-baiknya oleh para wanita Kisten untuk saling berbagi kasih
     bersama keluarga, kerabat, dan bahkan mereka yang dianggap
     "sampah" masyarakat.

______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<wanita(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Yohanna Prita Amelia
Staf Redaksi: Novita Yuniarti dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-Wanita 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org>
Arsip e-Wanita: http://www.sabda.org/publikasi/e-wanita/

________________MILIS PUBLIKASI WANITA KRISTEN INDONESIA______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org