Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/137

e-Wanita edisi 137 (18-2-2015)

Kasih bagi Kaum Marginal


_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                   TOPIK: Kasih bagi Kaum Marginal
                      Edisi 137/Februari 2015
                      
e-Wanita -- Kasih bagi Kaum Marginal
Edisi 137/Februari 2015

Salam kasih dalam Kristus,

Euforia menyatakan kasih sayang kepada orang-orang terkasih selalu 
menjadi tren yang terjadi di setiap tanggal 14 Februari. Kita pun 
kemudian ikut dalam arus besar tersebut, sering kali tanpa mencoba 
berpikir lebih kritis dan peka mengenai apa sesungguhnya kehendak 
Tuhan melalui ajaran kasih-Nya. "Siapa sesamaku? Apa panggilanku 
sebagai orang percaya? Siapa saja yang patut untuk mendapat kasih dan 
perhatianku?" merupakan pertanyaan-pertanyaan yang perlu mendapatkan 
perhatian kita secara serius. Tanpa pernah merenungkannya, kita akan 
kehilangan arah dalam memahami panggilan Allah dalam mengasihi.

Edisi e-Wanita dalam bulan Februari ini akan mengupas masalah tentang 
menyatakan kasih kepada mereka yang membutuhkan, terutama kaum miskin 
dan termarginalkan. Firman Tuhan penuh dengan cerita dan ajaran 
mengenai belas kasih Allah kepada umat-Nya yang menderita dan 
tertindas, yang senantiasa mendapat pertolongan dan kelegaan dari-Nya. 
Sebagai orang percaya, sudah menjadi tugas kita untuk menjawab 
panggilan-Nya dalam berbelas kasih dan menjadi saluran berkat bagi 
mereka yang membutuhkan. Kiranya melalui artikel yang disampaikan ini, 
kita akan semakin peka dan digerakkan untuk memiliki hati seperti 
Kristus yang penuh dengan cinta dan kepedulian.

Pemimpin Redaksi e-Wanita
N. Risanti
< okti(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


DUNIA WANITA: KEPEDULIAN SOSIAL -- KEPEDULIAN KEPADA ORANG MISKIN DAN 
                            KAUM MARGINAL

"Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang 
merana. Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah 
kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka." (Amsal 31:8-9)

Dalam gereja masa kini, tampaknya perhatian Allah bagi kaum marginal 
dan orang miskin sering diabaikan. Kita memberi perhatian yang 
diperlukan untuk hal-hal rohani, tetapi sering sekali mengabaikan hal-
hal fisik sama sekali. Dengan membaca hukum Taurat, Amsal, Kitab Nabi-
Nabi, dan Perjanjian Baru, akan secara jelas menunjukkan bahwa Allah 
menasihati umat-Nya untuk secara aktif peduli terhadap orang miskin 
serta menegur setiap penganiayaan atau ketidakpedulian terhadap mereka 
yang membutuhkan.

Kepedulian Sosial dalam Hukum Taurat

Di seluruh Hukum Allah -- yang merupakan petunjuk dalam mengungkap 
sifat-Nya untuk kehidupan yang kudus -- kita melihat kepedulian, 
pemeliharaan, dan penebusan terhadap masyarakat miskin dan 
terpinggirkan ditekankan (Keluaran 22:21-23; Imamat 23:22; 
Imamat 
25:39-43; Ulangan 15:7-11).

Kita melihat Allah memerintahkan umat-Nya untuk memperlakukan orang 
miskin dan terpinggirkan dengan adil, untuk memelihara mereka, dan 
mengizinkan mereka untuk dibebaskan dalam setiap tahun Yobel (Tahun 
pembebasan dalam tradisi Yahudi, yang dilakukan setiap kurun waktu 50 
tahun - Red.). Ia juga memerintahkan umat-Nya untuk memberi dengan 
murah hati, dengan tidak bersungut-sungut.

Kepedulian Sosial dalam Amsal

Amsal -- pernyataan Allah untuk kehidupan yang bijaksana dan terampil 
-- berulang kali memberi kita petunjuk tentang bagaimana menanggapi 
realitas kepedulian Allah bagi orang miskin dan yang membutuhkan. 
(Amsal 14:21; Amsal 14:31; Amsal 28:27; Amsal 31:8-9; Amsal 19:17; 
Amsal 22:9; Amsal 21:13; Amsal 22:22-23; Amsal 29:7; Amsal 17:5.)

Perhatikan praktik-praktik yang dikutuk dalam Amsal: menindas orang 
miskin, mencemooh orang miskin, bersikap jumawa di atas bencana, 
menutup telinga kita terhadap jeritan orang miskin, mengeksploitasi 
orang miskin, menjatuhkan orang miskin di pengadilan, menutup mata 
kita terhadap orang miskin, dan tidak memerhatikan keadilan bagi orang 
miskin. Mengabaikan orang miskin adalah sama halnya dengan menunjukkan 
sikap menghina Allah dengan cara menindas orang miskin.

Perhatikan praktik-praktik yang diberkati oleh Tuhan: bersikap baik 
kepada yang membutuhkan, memberi pinjaman kepada orang miskin, 
bermurah hati, berbagi makanan dengan orang miskin, memberi kepada 
orang miskin, peduli pada masalah keadilan bagi masyarakat miskin, 
berbicara bagi mereka yang tidak dapat berbicara untuk dirinya 
sendiri, mengadili dengan adil, dan membela hak-hak orang miskin dan 
yang membutuhkan. Bersikap baik kepada orang-orang yang membutuhkan 
bahkan disamakan dengan menghormati Allah, sementara menindas orang 
miskin menunjukkan kebencian terhadap Pencipta kita.

Kepedulian Sosial dalam Kitab Nabi-Nabi

Kita melihat Allah berbicara melalui para nabi untuk menegur bangsa 
Israel karena ketidaktaatan mereka, termasuk penindasan terhadap 
masyarakat miskin dan terpinggirkan, dan kurangnya kepedulian terhadap 
masalah keadilan (Yesaya 10:1-3; Maleakhi 3:5).

Dalam Yesaya 10:1-3, Tuhan menyesalkan mereka yang mengaku beragama, 
tetapi "yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, yang 
mengeluarkan keputusan-keputusan kelaliman, dan menghalang-halangi 
orang-orang lemah mendapat keadilan dan merebut hak orang-orang 
sengsara". Jenis agama yang Allah hargai adalah yang "berbagi makanan 
dengan mereka yang lapar dan memberikan tempat berteduh untuk 
pengelana miskin" dan "ketika engkau melihatnya telanjang, engkau 
memberinya pakaian".

Kepedulian Sosial dalam Perjanjian Baru

Perjanjian Baru menggemakan hati Allah yang memedulikan masyarakat 
miskin dan terpinggirkan, yang kita lihat ditampilkan dalam 
keseluruhan Perjanjian Lama (Yakobus 1:27; Galatia 2:10; 
Kisah Para Rasul 6:1-6).

Gereja mula-mula memperlihatkan model kepedulian sosial. Dalam 
Kisah Para Rasul 6, tujuh orang saleh ditunjuk oleh para pemimpin gereja 
untuk memusatkan perhatian mereka pada merawat para janda (Dalam 
bagian ini, janda mewakili kelompok yang terpinggirkan, yaitu orang-
orang yang mengalami masa sulit atau tidak dapat merawat diri 
sendiri). Dalam 1 Timotius 5, Paulus memberikan instruksi khusus bagi 
anggota tubuh Kristus tentang cara-cara untuk merawat para janda. 
Juga, Yakobus mengakui kecenderungan kita, bahkan sebagai orang 
percaya, yang lebih mendukung orang kaya dan mengabaikan orang miskin. 
Dia memerintahkan orang percaya untuk tidak menunjukkan sikap yang 
pilih kasih karena Allah tidak melakukannya. "Bukankah Allah memilih 
orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya 
dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya 
kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?" Mengutip Yesus dan Kitab 
Perjanjian Lama, Yakobus mengatakan bahwa untuk melakukan hukum utama 
adalah dengan "mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri".

Siapa sesama kita?

Seorang ahli Taurat menanyakan pertanyaan yang sama persis kepada 
Yesus dalam Lukas 10:29. Yesus menjawab orang itu dengan kisah "Orang 
Samaria yang Murah Hati". Dalam cerita ini, Yesus mengajarkan bahwa 
pengikut-Nya haruslah menjadi seorang sesama. Mereka harus bertanya 
pada diri sendiri, "Siapa yang dapat menjadi sesama saya?" daripada 
bertanya, "Siapa sebenarnya yang harus saya kasihi dan yang tidak bisa 
saya kasihi?" Yesus mengajarkan bahwa seseorang harus menjadi sesama 
untuk semua orang yang membutuhkan. Sesama yang paling utama akhirnya 
adalah Yesus, yang belas kasih-Nya menyingkapkan kurangnya kepedulian 
para pemimpin agama Yahudi untuk mereka yang akan binasa. Yesus 
mengakhiri ajaran-Nya dengan perintah kepada para pengikut-Nya untuk 
hidup sebagai sesama yang benar seperti dalam pasal itu, yaitu 
menunjukkan belas kasih kepada mereka yang membutuhkan.

Mengapa kita kurang peduli kepada masyarakat miskin dan kelompok 
marginal?

Mudah-mudahan, kerangka teologis yang disediakan di bagian sebelumnya 
telah membantu membangun keyakinan di dalam hati Anda mengenai 
keinginan Tuhan bagi gereja untuk memedulikan masyarakat miskin dan 
terpinggirkan. Mengingat dukungan Alkitab di sekitar aspek kerajaan 
Allah ini, mengapa banyak orang Kristen masih gagal untuk menunjukkan 
keprihatinan yang signifikan?

Sikap masa bodoh. Kita tidak mempelajari apa yang dikatakan Alkitab 
mengenai kepedulian terhadap masalah-masalah "sosial" dalam hidup.

Kurangnya pemahaman teologis. Pemikiran kaum Platonis telah merayap ke 
dalam kekristenan. Banyak dari kita diajarkan bahwa jiwa adalah hal 
yang paling utama dan kita tidak perlu memedulikan dunia fisik. Selain 
itu, orang percaya dinasihati untuk hidup demi tujuan kekal dan bukan 
pada yang bersifat temporal sehingga tubuh dan kebutuhannya tidak 
pernah dipandang sebagai sesuatu yang penting sesudahnya, atau sesuatu 
yang harus diabaikan.

Dosa. Kecenderungan kita terhadap keegoisan dan kemalasan membuat kita 
lebih mudah untuk mengabaikan masalah-masalah sosial. Kita cenderung 
melupakan orang miskin, berpikir bahwa kita tidak bisa melakukan apa-
apa untuk masalah kemiskinan mereka, atau meyakinkan diri bahwa mereka 
bukanlah masalah kita.

Kompensasi yang berlebihan. Kita takut bahwa jika kita memberi terlalu 
banyak perhatian pada kebutuhan sosial dunia, kita akan dituduh 
memberitakan "Injil sosial". Hanya karena beberapa gereja sekuler dan 
gereja yang mati secara rohani telah meninggalkan kebenaran Kristus 
yang berharga, tidak berarti bahwa kita harus mengubah agenda kerajaan 
Allah sebagai kompensasinya. Kita tetap harus mengejar agenda kerajaan 
Allah, baik dalam urusan rohani maupun hal-hal fisik serta sosial.

Cara kita membenarkan diri atas pengabaian terhadap orang miskin.

"Saya hanya berada di sekitar mereka yang berkelebihan secara materi." 
Pernahkan Anda serius mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini: 
mengapa Anda tinggal di tempat Anda tinggal saat ini? Apakah Anda 
sudah menyerahkan keputusan ini kepada Tuhan? Apakah Anda menunjukkan 
sikap pilih kasih dengan menghindari masyarakat miskin atau lingkungan 
berpendapatan rendah? Apakah Anda bergantung pada kenyamanan atau 
hanya untuk membenarkan ketidakpedulian Anda? Sering kali, alasan kita 
tidak peduli terhadap orang miskin adalah karena kita tidak mengenal 
orang miskin itu. Apakah Anda menempatkan diri di tempat yang dapat 
Anda gunakan untuk meletakkan hidup Anda dalam hubungan yang benar-
benar mencintai sesama seperti dirimu sendiri?

"Alkitab hanya memerhatikan mereka yang miskin secara rohani." 
Sebaliknya, Alkitab malah mendorong keadaan yang miskin secara rohani 
karena hal itu menuntun kita untuk memahami kebutuhan rohani kita akan 
ketuhanan Kristus. Lebih lanjut lagi, Kitab Suci yang telah digunakan 
dalam tulisan ini mendukung kerangka teologis untuk peduli terhadap 
mereka yang miskin secara fisik.

"Apakah orang miskin benar-benar mengalami ketidakadilan dan 
eksploitasi?" Lihatlah ke sekeliling. Di mana tempat pembuangan sampah 
ditempatkan? Bagaimana zonasi dilakukan? Apakah masyarakat miskin yang 
tinggal di dekat Anda memiliki kesempatan untuk bebas dari keadaan 
tersebut atau mereka terjebak dalam siklus kemiskinan? Kebijakan-
kebijakan pemerintah apa yang membuat orang miskin tetap dalam 
kemiskinannya, daripada menolong mereka keluar dari itu? Apakah etnis 
tertentu atau kelompok lainnya tampak terjebak dalam lingkaran 
kemiskinan? Jika upaya-upaya dilakukan untuk melayani kaum miskin di 
dekat Anda, apakah upaya tersebut membantu mengentaskan kemiskinan 
(dengan memberdayakan individu) atau upaya untuk mengadakan perbaikan 
cepat terhadap masalah kemiskinan (larangan untuk memberi dana yang 
akan menegakkan siklus kemiskinan)?

Saya hanya bersikap cerdas dengan mereka yang saya pilih untuk 
ditolong. Kita harus cerdas dengan masalah siapa yang kita bantu dan 
bagaimana kita membantu (tidak menciptakan ketergantungan, tidak 
menggurui, dll). Dalam 1 Timotius 5:3-16, Paulus memerintahkan orang-
orang percaya untuk membantu para janda "yang benar-benar 
membutuhkan". Ia memerintahkan anggota keluarga untuk terlebih dahulu 
memedulikan anggota keluarga mereka yang miskin sehingga memungkinkan 
gereja untuk merawat mereka yang tidak memiliki seorang pun untuk 
membantu mereka. Ia memerintahkan gereja untuk memberi kepada para 
janda yang berusia lebih dari enam puluh tahun, yang memberikan 
teladan karakter yang baik (kemungkinan besar karena mereka tidak 
mampu menghasilkan uang untuk diri mereka sendiri). Kita tahu bahwa 
beberapa (tidak semua) orang yang membutuhkan bantuan tidak akan 
melakukan bagian mereka untuk bekerja. Amsal memperingatkan kita bahwa 
kemalasan, cinta kesenangan, dan penyalahgunaan alkohol akan 
menyebabkan kemiskinan. Amsal tidak mengatakan bahwa orang-orang yang 
berjuang dalam hal tersebut tidak perlu dipedulikan, tetapi jelas 
bahwa hal-hal ini perlu diubah untuk membawa perubahan ke arah yang 
benar.

Kesimpulan

Alkitab secara jelas menyatakan bahwa peran gereja adalah untuk 
membela kepentingan masyarakat miskin dan terpinggirkan di dunia, 
peduli terhadap kebutuhan mereka, serta mengejar keadilan demi 
kepentingan mereka. Bukan berarti kita mengabaikan kebutuhan rohani 
untuk kebutuhan sosial, ataupun mengabaikan kebutuhan sosial untuk 
kebutuhan rohani. Dua bidang kebutuhan tersebut tidaklah bertentangan. 
Sebaliknya, Kristus menunjukkan kepedulian-Nya terhadap setiap pribadi 
secara keseluruhan, baik kebutuhan tubuh maupun jiwa. Sebagai 
pengikut-Nya, kita harus menunjukkan hal yang sama, tidak mengizinkan 
teologi yang buruk, kemalasan, dan alasan-alasan yang menyedihkan 
untuk menjauhkan kita dalam mengarahkan diri bagi kebutuhan sosial 
masyarakat kita.

Pertanyaan aplikasi

Apakah Anda memiliki hubungan dengan orang-orang yang berasal dari 
latar belakang kemiskinan? Jika demikian, bagaimana Anda terlibat 
dengan mereka?

Apakah Anda secara aktif berusaha untuk memahami penderitaan orang 
miskin dan terpinggirkan?

Apakah Anda memberi dengan murah hati? Apakah Anda mempertimbangkan 
kemurahan hati Anda itu membantu atau menyakiti?

Setelah membaca tulisan ini, bagaimana cara pandang Anda berubah?

Buatlah rencana untuk bagaimana agar Anda dapat lebih memahami 
penderitaan orang miskin dan yang membutuhkan. Kemudian, buatlah 
rencana untuk menemukan cara mengejar keadilan dengan lebih baik bagi 
masyarakat miskin dan terpinggirkan.

Ayat hafalan:
Yakobus 1:27; Amsal 31:8-9; Matius 25:34-40. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs: Discipleship Defined
Alamat URL: http://www.discipleshipdefined.com/resources/social-concern-%E2%80%93-caring-poor-and-marginalized
Judul asli artikel: Social Concern - Caring for the Poor and Marginalized
Penulis artikel: Eric Russ
Tanggal akses: 14 Oktober 2014


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: N. Risanti, Mei, dan Tika
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org