Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/135 |
|
e-Wanita edisi 135 (18-12-2014)
|
|
_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ TOPIK: Wanita-Wanita yang Berbahagia Saat Natal Edisi 135/Desember 2014 e-Wanita -- Wanita-Wanita yang Berbahagia Saat Natal Edisi 135/Desember 2014 Salam kasih dalam Kristus, Hari Natal akan segera tiba. Tiba saatnya kita merenungkan kembali kasih Kristus dan mensyukuri kehadiran-Nya dalam hidup kita. Allah Bapa telah menggenapi rencana-Nya yang agung dan telah memakai kaum wanita sebagai salah satu sarana untuk menjalankan rencana agung-Nya. Dalam edisi ini, kami menghadirkan artikel yang menyoroti Elisabet yang dipakai Tuhan untuk mengajarkan banyak kebajikan kepada kita. Selain itu, ada juga kesaksian tentang wujud kasih dalam hal memberi. Simaklah sajian kami, dan selamat merayakan Natal bersama orang-orang terkasih. Tuhan Yesus mengasihi kita tanpa batas. Tuhan Yesus memberkati. Dan, selamat menyambut tahun baru 2015. Imanuel. Pemimpin Redaksi e-Wanita, S. Setyawati < setya(at)in-christ.net > < http://wanita.sabda.org/ > RENUNGAN WANITA: WANITA-WANITA PADA HARI NATAL: BIARLAH SETIAP HATI MENYIAPKAN RUANG BAGI DIA Bayangkan jika Yesus mengetuk pintu rumah Anda pada malam Natal tahun ini karena memerlukan tempat untuk tinggal. Maukah Anda memberikan tempat tidur tambahan untuk ditawarkan kepada-Nya, dengan seprai yang bersih dan handuk yang baru? Mungkin sebuah sofa dengan selimut yang hangat? Bagaimana dengan futon (kasur tradisional dari Jepang - Red.) dari IKEA (perusahaan furnitur - Red.) yang layak pakai? Atau, akankah Anda menutup pintu rumah Anda yang terbuka, dengan rasa malu, dan meminta maaf sedalam-dalamnya. "Maaf, Tuhan. Tempat saya berantakan. Dan, saya benar-benar tidak memiliki apa pun untuk mempersilakan Anda masuk ...?" Benar. Begitulah. Hari Natal adalah tentang menyiapkan ruang untuk Yesus. Menyambut-Nya di rumah, keluarga, dan hidup kita. Membuka lebar-lebar pintu hati kita. Para wanita pada masa Natal benar-benar bertindak demikian, menerangi jalan bagi kita, menunjukkan kepada kita bagaimana peristiwa itu terjadi. Mereka mengharapkan kedatangan Mesias dan menanti-nantikan kehadiran-Nya. Mereka menyimpan janji-janji Allah di tangan mereka yang kosong karena mereka mengetahui bahwa suatu hari nanti, hal itu akan digenapi. Mereka berkata "Ya." Mereka menanti. Mereka percaya. Minggu ini, kita akan berjalan menyusuri jejak langkah mereka. Datanglah, Tuhan Yesus. Jauh, dalam Sebuah Palungan. Bacalah bagian pertama: Kiranya Setiap Hati Menyiapkan Ruangan bagi Dia. Bacaan: Lukas 1:5-18 Elisabet, wanita pertama kita dalam Natal, diperanakkan dari garis keturunan imam yang panjang. Dia menikah dengan satu laki-laki, dan keduanya adalah "orang benar di hadapan Allah". Namun, para tetangga mereka memiliki sebutan lain untuk pasangan yang takut akan Allah ini: "mandul". Sangat berat. Di Israel kuno, nilai seorang wanita diukur dari berapa banyak anak yang dapat diberikannya kepada suaminya. Tidak ada anak? Tidak ada harganya. Astaga! Tantangan Elisabet sekarang tertuju kepada kita: Bagaimana kita dapat tetap setia kepada Allah, bahkan ketika doa-doa kita tampaknya tidak dijawab? Entah kita berdoa untuk seorang anak untuk diasuh, atau sebuah pekerjaan untuk menjauhkan para penagih utang, entah kita meminta agar kesehatan kita dipulihkan, atau relasi kita yang rusak diperbaiki, kita mungkin terkadang bertanya-tanya, "Apakah Allah mendengarkan? Apakah Allah peduli? Akankah Dia memberi respons?" Jawabannya pasti: Ya, selalu. Ya, tentu saja. Ya, sesuai dengan waktu- Nya yang sempurna. Malaikat Gabriel Malaikat Gabriel berkata kepada Zakharia, "Jangan takut." Allah mengatakan hal itu juga kepada Anda, Saudara yang terkasih. "Jangan takut. Aku tahu keinginan hatimu. Aku sudah mendengar doa-doamu. Percayalah kepada-Ku. Aku mengerti hal ini." Yakinlah, ketika umat Allah berdoa, "Allah mendengar mereka karena doa mereka sampai ke langit, tempat kediaman-Nya yang kudus" (2 Tawarikh 30:27). Zakharia ragu, tetapi tidak disebutkan di Alkitab bahwa Elisabet ragu. Mengapa Allah menunggu sampai Elisabet semakin tua untuk melahirkan seorang anak? Dengan demikian, kemuliaan akan ditujukan bagi Dia saja. Mukjizat-mukjizat adalah cara Allah untuk berkata, "Lihatlah ini!" Allah ingin memastikan bahwa seluruh dunia memberi perhatian. Orang-orang menyebut Elisabet "mandul" (Lukas 1:36), tetapi Allah lebih dari sekadar mampu, lebih dari sekadar ingin memberinya seorang anak. Elisabet terus berkata, "Ya," kepada Allah. Kemudian, ketika semua dalam keadaan siap, Allah akhirnya berkata, "Ya," kepada Elisabet, sesuai dengan rencana ilahi-Nya yang sudah ada sebelum dunia dijadikan. Kesimpulan keseluruhan bab ini dalam satu kata: Sekarang. Ambillah waktu sejenak untuk membaca perikop mingguan ini di "The Voice", sebuah terjemahan unik yang memberi kita gambaran yang lebih utuh atas suatu waktu dan tempat. Kemudian, saya akan memberikan jawaban saya untuk salah satu atau beberapa pertanyaan dalam Pemahaman Alkitab yang dilampirkan di halaman belakang artikel "The Women of Christmas". Saya akan ada di sini saat Anda siap. Pemahaman Alkitab Elisabet digambarkan sebagai orang yang benar, tidak bercacat, dan terhormat. Lihatlah melalui Amsal 31:10-31, kemudian pilihlah ayat- ayat yang paling baik dalam menggambarkan betapa seorang wanita saleh pada zaman Alkitab telah mewujudkan imannya secara praktis, setiap hari. Saya benar-benar dalam masalah karena setiap ayat dalam perikop yang terkenal ini menggambarkan para wanita saleh dari berbagai zaman! Berikut ini hanyalah beberapa hal yang menonjol yang mungkin cocok dengan Elisabet: - "Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya?" (Amsal 31:10) Bahkan, pada hari-hari yang lalu, para wanita itu seperti burung langka, memiliki ciri khas yang melampaui semua hal lain. Alih-alih memedulikan tentang bagaimana ia terlihat dalam pandangan orang lain, Elisabet lebih memfokuskan diri pada apa yang dapat ia lakukan untuk orang lain. Kepedulian selalu lebih baik daripada penghinaan. - "Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan." (Amsal 31:11) Sebagai seorang istri, Elisabet mungkin dapat dipercaya dan murah hati kepada Zakharia, secara konsisten membuktikan janji-janjinya tanpa menghabiskan uang suaminya. - "Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya." (Amsal 31:13) Dia memintal wol .... Pikirkanlah tentang betapa kasarnya barang- barang tersebut jika mengenai tangan seorang wanita: membersihkan wol hasil cukuran (membuat saya risi untuk memikirkannya) dan tanaman rami yang harus direndam dalam air yang tergenang untuk memisahkan serat- serat sebelum serat-serat tersebut dapat mereka pintal menjadi kain lenan. Namun, Elisabet mau melakukan pekerjaan berat semacam ini dengan tangannya yang lincah. Mengesankan. - "Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin." (Amsal 31:20) Elisabet tanpa keraguan telah memberi dengan murah hati kepada pendukung "World Vision" abad pertama, memberi bantuan bagi mereka yang berada dalam kekurangan. Bahkan, apabila kita tidak memiliki anak yang tinggal serumah dengan kita, kita dapat membantu memelihara anak- anak yang ada di dunia. - "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." (Amsal 31:30) Meskipun Elisabet sudah tua, sikap takut akan Tuhan dalam dirinya tidak pernah hilang dari pikirannya dan kasihnya kepada Tuhan tidak pernah lenyap dari wajahnya. Sementara beberapa orang mungkin merendahkan dia karena kemandulannya, Allah memandang dia dengan kasih. Pelayanan Wanita Apabila Anda mengenal seorang Elisabet modern, hal-hal spesifik apa yang dia lakukan yang dapat Anda teladani? Berikut ini kebenaran yang mengherankan: muncul di benak saya, dua wanita dalam hidup saya yang memiliki karakter seperti Elisabet modern, dan keduanya bernama ... Elisabet! Kedua wanita ini ibu rumah tangga yang luar biasa, yang membuka pintu rumah mereka untuk teman-teman dan orang asing juga. Keduanya memiliki rumah yang benar-benar penuh kehangatan dan memiliki uang yang dibuka pelan-pelan setiap kali ada kesempatan untuk memberi. Keduanya menghormati suami mereka dan begitu mengasihinya, tetapi mereka juga memiliki kehidupan mereka sendiri, yang dihabiskan dengan melayani orang lain. Kedua wanita itu tampaknya benar-benar cantik dengan kain lenan dan kain ungu! Bagaimana wanita-wanita dari masa lampau dan masa sekarang telah menginspirasi Anda untuk mengubah cara Anda melayani Allah pada masa yang akan datang? Sayangnya, saya bukan seorang ibu rumah tangga yang percaya diri. Saya senang berada bersama teman-teman, tetapi saya ingin sekali berkata, "Yuk, kita bertemu di suatu tempat" daripada "Datanglah ke rumah kami." Saya memutuskan untuk membuka pintu rumah kami sekali setiap minggu saat Natal. Bahkan, jika ada ada sekotak cokelat dan kue-kue, saya akan memberikannya. Saya juga terinspirasi oleh kesabaran Elisabet. Setelah bertahun-tahun melayani, melayani, dan melayani untuk Allah, saya mulai menyadari bahwa cukup dengan menantinya itu sudah sangat menyenangkan Dia. "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14) Kini giliran Anda. Dua pertanyaan sederhana untuk minggu ini: 1. Apakah ada sesuatu dalam perikop ini yang mengena bagi Anda? 2. Bagaimana kesetiaan Elisabet menginspirasi Anda? (t/S. Setyawati) Diterjemahkan dari: Nama situs: Liz Curtis Higgs Alamat URL: http://www.lizcurtishiggs.com/2013/11/the-women-of-christmas-let-every-heart-prepare-him-room/ Judul asli artikel: The Women of Christmas: Let Every Heart Prepare Him Room Penulis: Liz Curtis Higgs Tanggal akses: 5 Agustus 2014 WAWASAN WANITA: KEPEKAAN LEWAT SEPOTONG ROTI Malam ini adalah malam Natal. Seisi rumah mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu sejak pagi tadi. Begitu juga dengan aku. Sesudah misa malam Natal, biasanya kami sekeluarga berkumpul untuk saling mengucapkan selamat Natal dan makan malam bersama. Siang ini, aku berencana membeli dua loyang kue kesukaan keluarga kami. Satu untuk keluarga orang tuaku dan satu lagi untuk keluarga suamiku. Setelah menentukan toko roti tempat kami akan membeli kue, kami segera berangkat ke tempat tujuan. Setibanya di toko kue, kami segera memilih kue yang dimaksud. Karena belum sempat sarapan, suamiku memintaku untuk membelikannya roti isi. Satu bungkus plastik berisi tiga buah roti dengan rasa yang berbeda. Sesudah membayar semua belanjaan kami, segera kami menuju ke rumah mertuaku untuk mengirimkan kue yang baru aku beli. Dalam perjalanan menuju rumah mertuaku, kami sempat tercegat oleh lampu merah. Begitu aku mengerem mobil, tidak berapa lama kemudian seorang gadis kecil peminta-minta menghampiri kaca jendelaku. Seperti pengemis lain, ia langsung menengadahkan tangannya memohon sekeping uang. Refleks aku langsung melambaikan tanganku, menandakan menolak untuk memberi. Tanpa menunggu lebih lama, gadis kecil itu langsung meninggalkan mobilku. Pada saat yang bersamaan, suamiku memberikan roti terakhirnya kepadaku. Ia memintaku untuk memberikan roti terakhirnya kepada gadis kecil tadi. Segera kubuka jendela mobil, dan setengah berteriak kupanggil gadis kecil tadi. Setelah mendekat, kuberikan roti tadi sambil tersenyum. Gadis itu segera menerima roti dariku sambil mengucapkan terima kasih. Sambil memegang roti, gadis kecil itu segera berlari ke arah ibu?ibu berpakaian lusuh yang duduk di tepi jalan. Mungkin perempuan tua itu adalah ibunya, begitu pikirku. Gadis kecil itu menyerahkan roti tadi kepada ibunya sambil menunjuk-nunjuk dan tertawa lebar, ke arah mobilku. Begitu lampu hijau menyala, aku segera melajukan mobilku. Tepat saat mobilku melewati mereka, si ibu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, begitu juga dengan gadis kecil itu. Tampak sukacita di wajah mereka. Sungguh, ucapan syukur yang terungkap lewat segaris senyum yang tulus. Aku baru menyadari, betapa berartinya pemberian yang kami pikir tidak seberapa, tetapi bagi mereka, roti itu mungkin adalah sesuatu yang membahagiakan mereka. Aku jadi teringat bahwa Yesus hadir dalam diri orang-orang yang papa. Aku meyakini bahwa di malam Natal tahun ini, aku sungguh-sungguh telah melihat senyum Yesus dari wajah gadis kecil dan ibu tadi. Terima kasih Tuhan karena Engkau telah membuat hatiku menjadi peka dengan orang di sekitarku. Sumber asli: Nama situs: Glorianet Alamat URL: http://www.glorianet.org/kesaksian/ksak_149.html Penulis: Maria Goreti Yuanita P. Diambil dari: Nama situs: KEKAL Alamat URL: http://kesaksian.sabda.org/kepekaan_lewat_sepotong_roti Penulis: Maria Goreti Yuanita P. Tanggal akses: 24 September 2014 Kontak: wanita(at)sabda.org Redaksi: S. Setyawati dan N. Risanti Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |