Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/113

e-Wanita edisi 113 (3-8-2013)

Membina Pernikahan yang Bahagia


_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________ 
             TOPIK: Membina Pernikahan yang Bahagia              
                         Edisi 113/Agustus 2013    

e-Wanita -- Membina Pernikahan yang Bahagia
Edisi 113/Agustus 2013

Shalom,

Benarkah pernikahan yang bahagia ditentukan oleh harta yang melimpah? Mungkinkah 
pernikahan orang biasa bisa bahagia selalu dan selamanya?

Pernikahan yang bahagia dapat dimiliki oleh semua orang yang mau bekerja keras 
dalam mempersiapkan dan menjalani pernikahan yang dibentuknya. Ketika pasangan 
suami istri memahami apa arti pernikahan dan hidup dalam ketaatan pada firman 
Tuhan, tentu mereka lebih berhasil dalam menciptakan pernikahan yang bahagia. 
Dalam edisi ini, Anda dapat membaca sebuah artikel yang menguraikan hal-hal yang 
perlu dilakukan untuk membangun keluarga yang bahagia. Pastikan Anda tidak 
melewatkan sajian kami ini.

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


                 DUNIA WANITA: MEMBINA PERNIKAHAN YANG BAHAGIA
                       Diringkas oleh: S. Setyawati

Pernikahan itu ibarat suatu perjalanan panjang yang penuh sukacita dan 
menyenangkan jika dipersiapkan dengan matang. Sebaliknya, pernikahan juga bisa 
menjadi suatu relasi yang menjengkelkan dan menjemukan jika masing-masing 
pasangan tidak mempersiapkan, membina, dan mempertahankannya.

Sebuah pernikahan yang bahagia harus dipersiapkan dengan baik. Persiapan 
pernikahan mencakup persiapan diri dan perencanaan hidup berkeluarga. Karena 
kedua pribadi memiliki karakter, keinginan, dan tujuan hidup yang berbeda, maka 
sebelum melangkah dalam pernikahan, keduanya harus siap dengan start yang baik. 
Persiapan diri yang perlu dilakukan dipusatkan pada beberapa pokok berikut:

1. Belajar sebanyak mungkin untuk mengenal calon pasangan yang akan dinikahi.
2. Mempertimbangkan sejauh mana sikap calon pasangan sesuai dengan sikapnya.
3. Sejauh mana pribadi masing-masing dapat saling mengisi dan menyatu dalam 
   perjalanan hidup?
4. Dua orang yang dipersatukan dalam pernikahan akan membentuk pernikahan yang 
   bahagia jika keduanya berbahagia.

Sebagai langkah pertama memulai persiapan, cobalah untuk menjawab pertanyaan 
berikut ini:

- Apakah saya mengenal calon pasangan secara mendalam sesuai dengan keadaan yang 
  sesungguhnya?
- Apakah saya siap menerima bagian saya dalam tanggung jawab pernikahan?
- Apakah saya mampu memberi dengan bebas sebagaimana saya menerima?
- Apakah saya terbiasa memperhatikan kenyamanan dan perasaan orang lain sama 
  seperti bagi diri sendiri?
- Apakah saya melihat calon pasangan saya sebagaimana adanya (dengan segala 
  kelemahan, kegagalan, serta sifat-sifat baik dan kebaikannya)? - Apakah saya 
  seorang yang biasa dengan kelemahan dan kegagalan saya? Mampukah saya berupaya 
  untuk menyatukan hidup saya dengan hidup orang lain untuk memastikan 
  perkembangan keharmonisan dalam hidup berdampingan?

Kita mungkin tidak dapat menjawab semua pertanyaan di atas dengan sempurna. 
Namun, dengan menyadari bahwa kita semua tidak sempurna dalam aspek tertentu, 
dengan mengetahui keterbatasan maupun kekuatan masing-masing, kita bisa melihat 
dengan perspektif yang benar dan mengetahui ke arah mana perbaikan harus 
diusahakan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka mengenal pasangan adalah 
semua perbedaan yang dimiliki masing-masing pihak. Sebab, perbedaan-perbedaan 
tersebut sering kali menjadi pangkal penyebab timbulnya kesalahpahaman, yang 
dapat mengganggu ketenangan dan keamanan suasana dalam keluarga. Pernikahan 
adalah tugas dua orang. Dua pihak yang akan menikah harus memupuk cinta, 
keyakinan diri, dan kepercayaan kepada calon pasangannya. Sebelum dan setelah 
pernikahan, keduanya harus mempunyai pandangan yang sama tentang pernikahan dan 
artinya.

Dalam pernikahan, dua orang menjadi satu kesatuan yang saling berdampingan dan 
saling membutuhkan dukungan. Pernikahan merupakan ikatan yang bersifat permanen, 
yang perlu bagi kesejahteraan dan rasa aman keluarga. Agar pernikahan yang akan 
dibentuk berjalan lancar dan bahagia, kita juga perlu memahami berbagai 
perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antara lain perspektif keduanya 
terhadap hal-hal tertentu, sifat, mental, emosi, dan intuisi rasional keduanya. 
Perlu diingat bahwa perempuan memiliki naluri keibuan sedangkan laki-laki 
memiliki rasa bangga. Laki-laki berperan sebagai kepala keluarga dan perempuan 
sebagai jantung keluarga.

Selain itu, perempuan memiliki derajat kematangan emosional lebih dari laki-laki 
dan mendukung keberadaan laki-laki. Perbedaan derajat kematangan emosional 
inilah yang membuat perempuan lebih siap untuk mengerjakan peran dan 
pekerjaannya di rumah, dan laki-laki lebih siap mengejar kesuksesan di luar 
rumah.

Setelah mempersiapkan diri dengan baik, langkah selanjutnya yang harus dilakukan 
untuk membentuk pernikahan yang bahagia adalah membuat perencanaan mengenai 
biaya hidup dan jumlah anak. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memupuk 
pengertian dan penyesuaian satu sama lain. Selain itu, perlu dilakukan reedukasi 
bagi pria pada masa kritis (dua tahun pernikahan). Misalnya, suami yang baru 
pulang bekerja perlu istirahat, sedangkan istri perlu perubahan suasana dan 
rekreasi aktif, lebih banyak memberi daripada menerima, perlu membentuk 
kebiasaan yang sehat dan wajar, suami istri saling melengkapi dan memainkan 
peran dengan luwes, menjaga kemitraan dalam pernikahan yang berdasar pada 
persamaan hak yang diilhami oleh cinta dan saling memperhatikan, mengekspresikan 
suasana hati dengan terbuka tanpa harus menyakiti perasaan pasangan, memberi 
penghargaan/apresiasi kepada pasangan, saling menghargai, berusaha menjadi 
pendamping yang baik dengan mendahulukan tanggung jawab sebagai pasangan 
ketimbang minat dan keinginannya sendiri, dst.. Semuanya harus dilandaskan pada 
cinta kasih.

Cinta kasih mampu membuat orang bersikap toleran dan menerima pasangan 
sebagaimana adanya. Cinta kasih juga membuat orang bersikap bijaksana sehingga 
seseorang dapat memberi respons yang benar. Untuk itu, cinta kasih harus 
ditumbuhkan, dikembangkan, dipelihara, dan dipertahankan. Usaha untuk mencapai 
penyesuaian harmonis dalam pernikahan juga tidak bisa dilakukan satu kali. Hal 
ini harus diupayakan secara berkesinambungan. Adaptasi yang harus dihadapi suami 
istri antara lain sebagai berikut:

1. Menghadapi Kenyataan

Dalam pernikahan, seiring berjalannya waktu, kenyataan mengenai pribadi masing-
masing akan tersingkap. Oleh karena itu, perlu kesiapan hati untuk saling 
menerima pasangan sebagai satu tim dan mengatasinya bersama-sama dengan 
bijaksana.

2. Penyesuaian yang Timbal Balik

Dalam mengarungi pernikahan, kita tentu tidak lepas dari permasalahan dan 
kesulitan. Tidak dimungkiri bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul dapat 
mengakibatkan benturan emosional, sikap menjauhi atau masa bodoh satu sama lain. 
Akhirnya, pasangan menjadi renggang dan suasana menjadi hambar dan dingin. Oleh 
sebab itu, timbulnya keregangan yang dapat memicu keretakan harus dicegah 
secepat mungkin. Masing-masing pasangan perlu mengusahakan upaya yang 
berkesinambungan untuk saling memperhatikan, mengungkapkan cinta dengan sungguh-
sungguh, menunjukkan pengertian, penghargaan, dukungan, dan semangat.

3. Latar Belakang Suasana yang Baik

Kesibukan masing-masing pribadi dengan pekerjaan dan aktivitasnya tentu dapat 
menimbulkan suasana yang tidak kondusif untuk membina keharmonisan keluarga. 
Faktor kesibukan sering kali membuat pasangan kurang berkomunikasi sehingga 
hubungan pernikahan menjadi semakin renggang. Untuk mengantisipasi hal ini, 
suami istri perlu memperhatikan, saling berbagi beban maupun kebahagiaan, 
menjauhi/tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai pasangan, membicarakan 
rencana yang akan dilakukan sendiri maupun bersama-sama, mencari cara untuk 
membahagiakan pasangannya, membicarakan dan mencari solusi untuk masalah yang 
ada secara bersama-sama, meningkatkan pengetahuan dalam menghadapi masalah, dan 
mengenali tingkah laku dan ekspresi pasangan dengan cermat. Di atas semuanya, 
menjalin komunikasi adalah cara yang terutama. Jangan sampai masing-masing 
pasangan lebih suka menjalin komunikasi dengan pihak luar daripada dengan 
keluarganya sendiri. Jika sebuah pernikahan sudah dikaruniai anak, suami istri 
harus mengajarkan budaya komunikasi yang sehat kepada anak-anak.

Hubungan baik dalam keluarga akan terbina dan terbentuk dengan baik ketika 
setiap anggota memiliki kesatuan hati, iman yang teguh, dan hidup sesuai ajaran 
dalam Alkitab. Tugas masing-masing anggota keluarga sudah diajarkan dalam 
Amsal 3:1-26; 1 Korintus 7:1-16, Amsal 31:10-31, Amsal 2:1-22, dan Galatia 5:14. 
Dalam mendidik anak dan membentuk kepribadiannya, kesepuluh hukum Tuhan dan hukum 
kasih harus mulai diajarkan kepada anak sejak dini sebagai petunjuk hidup.

Terakhir, suami istri harus siap menerima perubahan-perubahan yang akan terjadi 
dalam kehidupan pernikahan, entah itu perubahan fisik maupun karier. Masing-
masing pasangan harus bertekad untuk menjadi pasangan hidup yang tepat dan orang 
tua yang bijaksana. Pernikahan yang bahagia tidak diwariskan, tetapi diusahakan. 
Oleh sebab itu, berdoa dan berusahalah senantiasa.

Diringkas dari:
Judul buku: Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman
Judul bab: Psikologi untuk Keluarga
Penulis: Dra. Yulia Singgih D. Gunarsa
Penerbit: BPK. Gunung Mulia, Jakarta 2000
Halaman: 3 -- 16


                          STOP PRESS 1: PUBLIKASI BIO-KRISTI

Sumber-sumber apa saja yang sudah Anda miliki untuk mengakses informasi mengenai 
tokoh-tokoh Alkitab maupun tokoh-tokoh Kristen di dunia? Apakah salah satunya 
adalah Publikasi Bio-Kristi?

Jika Anda belum memiliki Publikasi Bio-Kristi, mari, bergabunglah sekarang juga. 
Dengan berlangganan Publikasi Bio-Kristi, Anda akan menerima informasi berharga, 
khususnya tentang riwayat dan karya yang ditinggalkan oleh para tokoh yang 
berjasa di dunia Kristen dan di dunia pada umumnya. Bio-Kristi juga cukup sering 
menampilkan tokoh wanita Kristen yang pantas untuk diteladani kehidupan imannya. 
Bio-Kristi diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > setiap 
hari Kamis minggu kedua dan keempat.

Apakah Anda berminat? Caranya sangat mudah dan GRATIS! Hanya dengan mengirimkan 
alamat email Anda ke < biografi(at)sabda.org >, maka Anda akan menerima 
Publikasi Bio-Kristi setiap dua minggu sekali di kotak masuk e-mail Anda. Tunggu 
apa lagi? Bergabunglah sekarang juga!

Informasi lebih lengkap: http://biokristi.sabda.org/


STOP PRESS 2: PEMBUKAAN KELAS DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK) SEP/OKT 2013!

PESTA kembali membuka kelas Dasar-dasar Iman Kristen (DIK) untuk periode Sep/Okt 
2013. Kelas diskusi ini akan mempelajari pokok penting iman Kristen, seperti 
Penciptaan, Manusia, Dosa, Keselamatan, dan Hidup Baru dalam Kristus. Segeralah 
mendaftar karena kelas diskusi akan dimulai pada pertengahan bulan September 
2013. Kirimkan permohonan Anda untuk mengikuti kelas DIK ini, ke Admin PESTA < 
kusuma(at)in-christ.net >. Setelah itu, Admin akan mengonfirmasikan dengan 
mengirimkan tugas awal.

Jika Anda ingin mendapatkan modul DIK secara online, silakan akses di:
==>  < http://pesta.org/dik_sil >


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org