Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/109

e-Wanita edisi 109 (4-6-2013)

Wanita dalam Alkitab (1)

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                      TOPIK: Wanita dalam Alkitab (1)                  
                         Edisi 109/Juni 2013                           
                         
e-Wanita -- Wanita dalam Alkitab (1)
Edisi 109/Juni 2013

Salam kasih,

Saat mempelajari Alkitab, kita dapat melihat bahwa sesungguhnya Tuhan tidak 
hanya memakai kaum pria dalam menggenapi firman-Nya dan menyelesaikan karya-Nya. 
Tuhan Allah juga memakai tokoh wanita untuk memberikan banyak pelajaran dan 
nasihat bagi kita. Melalui mereka, banyak juga rencana Tuhan yang terwujud. Jika 
selama ini kebanyakan dari kita belajar tokoh wanita yang sering disebut-sebut 
dalam Perjanjian Baru, kini saatnya kita menyimak kehidupan para wanita dalam 
Perjanjian Lama. Dalam edisi ini, Anda dapat membaca tokoh wanita Perjanjian 
Lama yang pantas untuk diingat. Mari simak sajian kami dan selamat berjuang 
menjadi wanita-wanita yang dipakai Tuhan pada masa sekarang. Majulah para wanita 
Kristen!

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


                 DUNIA WANITA: MEREKA PATUT UNTUK DIINGAT

Pernahkah Anda mendengar perkataan "laki-laki atau perempuan sama saja"? Apakah 
perkataan itu dapat dipercaya seratus persen, ataukah hanya basa-basi? Paulus 
berkata, "Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan 
tidak ada laki-laki tanpa perempuan." (1 Korintus 11:11) Setiap insan membawa 
kodrat saat ia lahir ke bumi, entah laki-laki ataupun perempuan. Ada hal yang 
hanya dapat dilakukan oleh laki-laki, ada yang hanya dapat dikerjakan oleh 
perempuan, ada juga hal-hal yang dapat dilakukan oleh keduanya. Di bawah ini, 
ada tiga perempuan yang patut untuk diingat, baik karena kelebihannya maupun 
karena kekurangannya.

1. Istri Lot (Lukas 17:32)

Banyak orang Farisi bertanya kepada Yesus mengenai datangnya Kerajaan Allah. 
Dalam jawaban-Nya, Yesus menyinggung seorang perempuan (Lukas 17:32). Di mana 
pun lnjil diberitakan, Yesus ingin setiap pembacanya mengingat seorang perempuan 
yang tinggal di kota Sodom ini. Siapakah perempuan ini?

Lot dibawa oleh Abraham ke tanah Kanaan (Kejadian 12:5) dan ikut juga ke Mesir 
(Kejadian 13:1). Pada waktu mereka tiba di Betel, Lot sudah memiliki domba, 
lembu, serta kemah sendiri (Kejadian 13:5). Harta milik Abraham dan Lot sangat 
banyak sehingga mereka tidak dapat tinggal bersama-sama. Kemudian, terjadilah 
perkelahian antara gembala Abraham dan gembala Lot, yang menyebabkan paman dan 
keponakan itu berpisah; Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di 
dekat Sodom (Kejadian 13:6-12, 19:2-3).

Dari catatan Alkitab, diyakini Lot menikah dengan perempuan Sodom. Dari 
perkawinannya, ia beroleh dua anak perempuan. Ketika kota Sodom akan 
dimusnahkan, Tuhan mengutus dua malaikat untuk menyelamatkan Lot dan 
keluarganya. Akan tetapi, dari empat orang yang keluar dari Sodom, ternyata 
hanya tiga yang selamat. Sementara itu, istri Lot mati menjadi tiang garam 
(Kejadian 19:26). Apa yang dapat dipelajari dari perempuan yang menjadi istri 
Lot ini?

a. Tidak Berubah 
   Betapa besarnya pengaruh Kota Sodom atas istri Lot sehingga ia 
   tidak rela meninggalkan segala sesuatu yang ada di kota itu. Ada banyak kenangan 
   tentang kota ini yang terpatri di dalam dirinya. Bagi istri Lot, kemungkinan 
   besar Sodom adalah kota kelahirannya, tempat ia dibesarkan. Kemungkinan, ia 
   hidup seperti masyarakat Sodom pada umumnya, tidak mengenal hukum (Allah) dan 
   hanya mengikuti hawa nafsu manusia -- cara hidup yang membuat Lot terus-menerus 
   menderita.

   Pernikahan dengan Lot, orang yang benar (2 Petrus 2:7), tidak mengubah dirinya. 
   Paling tidak, sudah belasan tahun ia menikah dengan Lot (karena ia sudah 
   memiliki dua bakal menantu), tetapi waktu sepanjang itu berlalu dengan percuma. 
   Ia masih tetap orang Sodom dan sama seperti penduduk Sodom lainnya, ia binasa 
   oleh hukuman Tuhan.

   Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 
   3:23). 
   Tuhan mengasihi dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk lahir 
   kembali dan menjadi mempelai Kristus (Titus 3:5; Yohanes 3:5; 2 Korintus 11:2; 
   Wahyu 19:7). Tuhan ingin supaya kita berubah (Roma 12:2). Roh Kudus akan 
   membarui hidup kita dari hari ke hari agar kita menjadi manusia rohani (Titus 
   3:5; 1 Korintus 2:14-16).

b. Tidak Sampai Akhir 
   Malaikat memegang dan menarik tangan istri Lot, 
   menuntunnya keluar kota. Di sana, tangan yang semula dipegang itu dilepaskan. 
   Entah berapa jauh melangkah, istri Lot tak dapat menahan diri. Ia menoleh ke 
   belakang, walaupun malaikat Tuhan sudah memperingatkan Lot dan keluarganya agar 
   jangan menoleh ke belakang (Kejadian 19:17, 19:26). Tujuan manusia mengikut 
   Yesus Kristus adalah untuk beroleh hidup yang kekal (2 Timotius 4:7; Matius 
   24:13). 
   Pada titik tertentu, Tuhan akan melepaskan tangan kita dan Ia ingin agar 
   umat-Nya dapat menggunakan mata rohani untuk memandang ke arah pegunungan. 
   Manusia dewasa tidak perlu lagi dituntun, tetapi bisa berjalan sendiri mengikuti 
   jejak Yesus.

c. Tidak Merindukan Tanah Air yang Baru
   Istri Lot lebih merindukan Sodom dibandingkan dengan tanah air yang ditawarkan 
   oleh Tuhan. Kerinduannya begitu menyala-nyala sehingga ia tidak tahan untuk 
   tidak melayangkan pandangan terakhir pada Kota Sodom yang akan ditinggalkannya, 
   walaupun itu harus mengabaikan perintah Tuhan. Ia menginginkan kehidupan yang 
   baru, tetapi sekaligus tidak mau melepaskan Sodom (1 Yohanes 2:15; Ibrani 11:14-
   16).

2. Debora (Hakim-Hakim 4:4)

Pada masa hakim-hakim, orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. 
Lalu, TUHAN menyerahkan Bangsa Israel ke dalam tangan Yabin, Raja Kanaan. Dua 
puluh tahun lamanya, Yabin memerintah dan menindas umat Tuhan. Oleh anugerah dan 
kemurahan-Nya, Tuhan memilih seorang perempuan untuk menjadi hakim di Israel: 
Debora. Selain sebagai hakim, Debora juga adalah seorang nabiah dan seorang 
istri. Suaminya bernama Lapidot (Hakim-Hakim 4:4). Hal yang patut untuk diingat 
dari Debora antara lain:

a. Dapat Mengatur Waktu
   Debora biasa duduk di bawah pohon korma antara Rama dan Betel di pegunungan 
   Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya (Hakim-Hakim 
   4:5). 
   Ia juga ikut memimpin peperangan ke Kedesy bersama-sama dengan Barak 
   (Hakim-Hakim 4:9-10).

   Setiap manusia memiliki waktu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 
   hari dalam sebulan. Orang tua atau orang muda, laki-laki atau perempuan, kaya 
   atau miskin, bodoh atau berhikmat, semuanya punya waktu yang sama. Debora mesti 
   mengatur waktunya untuk melakukan banyak hal. Menghakimi banyak perkara yang 
   diajukan oleh orang Israel; memberikan dukungan kepada Barak dalam peperangan 
   melawan orang Kanaan; memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada Lapidot, 
   sebagai seorang istri yang merupakan penolong bagi suaminya.

   Ada orang yang merasa kekurangan waktu, sedangkan yang lain merasa kelebihan 
   waktu sehingga hidup jadi membosankan. Ada orang yang suka membuang-buang waktu, 
   yang lain mengisi waktunya dengan mengerjakan hal-hal yang tidak berguna (1 
   Korintus 10:23; Efesus 5:16). Ada perbedaan yang jelas antara waktu dan uang. 
   Uang yang hilang dapat dicari kembali; tetapi waktu yang hilang tidak mungkin 
   didapatkan lagi (Pengkhotbah 12:10). Debora menggunakan waktunya untuk 
   keluarganya, bangsanya, dan Tuhannya sebegitu rupa, sehingga hidupnya menjadi 
   bermakna dan berharga.

b. Dapat Menundukkan Diri
   Siapakah Lapidot? Alkitab tidak memberikan penjelasan lebih jauh tentang suami 
   Debora ini. Mungkin, ia adalah orang Israel biasa saja. Ia bisa saja seorang 
   peternak, petani, atau pedagang. Sebaliknya, Alkitab berbicara banyak tentang 
   Debora. Ia adalah satu-satunya hakim perempuan yang dicatat Alkitab, seorang 
   komandan perang (Hakim-Hakim 4:14) yang pandai menyanyi, (Hakim-Hakim 5:1) dan 
   disegani oleh Bangsa Israel (Hakim-Hakim 4:8).

   Tentu tidak mudah bagi Lapidot untuk hidup "di bawah bayang-bayang istrinya". 
   Jabatan, kedudukan, dan peranan istrinya begitu besar di mata umat Israel. Dan 
   bagi Debora sendiri, tentu sangat mudah untuk "meninggikan diri" di hadapan 
   suaminya. Tunduk kepada suami adalah perintah Tuhan. Sebagai seorang yang takut 
   akan Tuhan, dapat diyakini bahwa itulah yang Debora lakukan (Efesus 5:22-23; 
   Kolose 3:18).

c. Dapat Menilai Orang
   Ada banyak suku Israel yang terlibat dalam peperangan melawan Yabin. Suku Efraim 
   datang ke lembah, juga Suku Benyamin, Manasye (Makhir), dan Zebulon. Para 
   pemimpin Suku Isakhar menyertai Debora, sebagaimana Suku Naftali menyertai Barak 
   (Hakim-Hakim 5:14-15a). Debora melihat bahwa Suku Ruben tidak ambil bagian 
   memerangi Bangsa Kanaan karena punya banyak pertimbangan. Orang Gilead (termasuk 
   dalam Suku Manasye), Suku Dan, Suku Asyer, juga terhitung sebagai golongan yang 
   tidak ikut berperang.

   Diperlukan kemampuan untuk menilai orang, mana yang mau ikut berperang demi 
   Kristus dan mana yang tidak. Dibutuhkan banyak orang seperti Paulus, yang mau 
   melakukan peperangan yang baik (2 Timotius 4:7) dan mau ikut menderita sebagai 
   prajurit yang baik dari Kristus (2 Timotius 2:3). Mereka yang rela untuk 
   berperang demi Kristus perlu dilatih, dididik, dan dilibatkan dalam peperangan 
   rohani (1 Korintus 2:15).

d. Dapat Merasakan Penyertaan Tuhan
   Orang Kanaan dengan 900 kereta besi merupakan lawan yang sukar untuk dikalahkan, 
   apalagi oleh umat Israel yang tidak bersatu padu menghadapi musuh; tiga setengah 
   suku Israel enggan berperang. Akan tetapi, Debora berkata kepada Barak: ".... 
   Bersiaplah, sebab inilah harinya TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. 
   Bukankah TUHAN telah maju di depan engkau?" (Hakim-Hakim 4:14) Dalam peperangan 
   itu, Tuhan turut berperang (Hakim-Hakim 4:15). Debora melihat bahwa kemenangan 
   yang diraih Bangsa Israel adalah karena campur tangan Tuhan, yang menguasai 
   seluruh alam semesta (Hakim-Hakim 5:20-21; Zakharia 4:6; Mazmur 124:8). 
   Kemenangan atas Yabin, Raja Kanaan, memberikan keamanan kepada negeri Israel 
   selama 40 tahun.

3. Sara (Kejadian 23:1-2)

Sara berusia 127 tahun saat meninggal, 37 tahun setelah melahirkan Ishak 
(Kejadian 17:17, 21:5). Ia tidak sempat melihat anak tunggalnya menikah dengan 
Ribka, sebab Ishak menikah saat berumur 40 tahun (Kejadian 25:20). Kematian Sara 
ditangisi dan diratapi oleh Abraham, suaminya, karena merasakan suatu kehilangan 
besar. Hal yang patut untuk diingat dari Sara:

a. Mengikuti Suami
   Sara mengikuti Abraham dari Ur-Kasdim sampai ke Haran, kemudian ke tanah Kanaan. 
   Karena terjadi bencana kelaparan, Abraham meninggalkan Kanaan menuju Mesir. Dari 
   Mesir, Sara mengiringi suaminya kembali ke tanah Kanaan. Suka dan duka silih 
   berganti dialami Sara dalam menyertai suaminya sepanjang ribuan kilometer 
   (Kejadian 11:31, 12:4- 6, 12:10-11, 13:1-3).

b. Mendukung Suami
   Tuhan menyuruh Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran di tanah 
   Moria (Kejadian 22:2). Dapat dipastikan Abraham memberitahukan hal itu kepada 
   Sara. Apa tanggapan Sara berkenaan dengan hal tersebut? Kita bisa menduga 
   pastilah dukungan karena esok paginya Abraham pergi dengan dua orang bujangnya 
   dan juga dengan Ishak.

   Tuhan menyediakan seorang istri bagi seorang laki-laki untuk menjadi penolong 
   (pendukung) di dalam kelemahan, kesulitan, kebimbangan, dan kesakitan. Ketika 
   Abraham berada dalam kebimbangan berkenaan dengan perintah Tuhan, Sara tampil 
   memberikan dukungan. Hidup manusia tidak selamanya mudah dan lancar; ada kalanya 
   menghadapi berbagai keadaan yang pelik, sulit, ataupun rumit. Alangkah 
   bahagianya seorang suami yang memiliki istri yang dapat mendukung dirinya dalam 
   berbagai situasi.

c. Menerima Gaya Hidup Suami
   Oleh berkat Tuhan, Abraham menjadi seorang yang kaya (Kejadian 13:2, 24:34-35). 
   Dalam kekayaannya itu, Abraham tetap tinggal di dalam kemah (Ibrani 11:9). 
   Namun, Sara tidak menuntut agar suaminya membangun rumah yang megah. Ia 
   menikmati gaya hidup sederhana yang dijalani suaminya. Sara menyadari 
   keberadaannya di bumi ini hanyalah sebagai pengembara. Rumah yang sejati adalah 
   surga, yang kelak akan dinikmatinya (Ibrani 11:11-16). Istri yang bijak akan 
   mendukung gaya hidup suami yang sesuai dengan ajaran Tuhan.

Diambil dan disunting dari:
Judul majalah: Warta Sejati Edisi 48/I Tahun 2006
Penulis: Yvonne Chan
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia
Halaman: 29 -- 35


STOP PRESS: DAPATKAN POKOK DOA SELAMA BULAN PUASA: "MENGASIHI BANGSA DALAM DOA"!

Apakah Anda terbeban untuk menanam lutut Anda bagi bangsa-bangsa yang belum 
mengenal Kristus? Kami mengajak Anda bersatu hati untuk berdoa bagi saudara-
saudara kita, khususnya bagi mereka yang akan melaksanakan ibadah puasa.

Jika Anda rindu untuk turut ambil bagian berdoa bagi bangsa, kami akan 
mengirimkan pokok-pokok doa dalam versi e-mail untuk menjadi pokok doa kita 
bersama. Untuk berlangganan, silakan kirimkan e-mail ke: ==> 
< subscribe-i-kan-buah-doa(at)hub.xc.org >

Bagi Anda yang ingin agar teman-teman Anda pun bisa ikut berdoa dengan memakai 
bahan pokok doa ini, silakan kirimkan alamat e-mail mereka ke Redaksi e-Doa di: 
< doa(at)sabda.org >

Marilah kita bersama berpuasa dan berdoa untuk Indonesia agar tangan Tuhan yang 
penuh kuasa memulihkan bangsa kita untuk hormat dan kemuliaan bagi nama-Nya. 
Selamat menjadi "penggerak doa" di mana pun Anda berada dan biarlah karya Tuhan 
terjadi di antara umat-Nya, khususnya bangsa Indonesia. Selamat berdoa.


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org