Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-wanita/101

e-Wanita edisi 101 (7-2-2013)

Kasih

_____________e-Wanita -- Buletin Bulanan Wanita Kristen_______________
                              TOPIK: Kasih
                       Edisi 101/Februari 2013

e-Wanita -- Kasih
Edisi 101/Februari 2013

Salam kasih,

Secara umum, bulan Februari diidentikkan dengan bulan kasih sayang 
atau bulan penuh cinta. Berbagai kalangan, khususnya anak-anak remaja 
dan pemuda, memanfaatkan momen ini untuk mengungkapkan/mengekspresikan 
isi hatinya kepada orang-orang yang disayangi. Ada yang memberikan 
satu buket bunga, sekotak cokelat, menyiapkan makan malam romantis, 
dan seterusnya. Meskipun demikian, ada juga beberapa kalangan yang 
kurang setuju dengan pemikiran dan praktik pengungkapan rasa sayang 
yang secara khusus dilakukan pada tanggal 14 Februari. Lantas, 
bagaimana kita seharusnya menunjukkan kasih yang Tuhan Yesus ajarkan 
dan berikan kepada kita? Tentu kita tidak hanya memberikannya pada 
satu hari tertentu saja, namun setiap saat, bukan? Tidak mengapa 
apabila kita pun memberikan sesuatu kepada seseorang yang kita sayangi 
pada bulan Februari, tetapi kasih kita tidak akan berhenti di sana. 
Allah adalah Kasih. Jadi, jika kita tinggal di dalam Dia dan Dia di 
dalam kita, kasih Allah akan selalu terpancar melalui hidup kita 
setiap hari.

Simaklah seluruh sajian redaksi sehubungan dengan hari Kasih Sayang. 
Di dalamnya, Anda dapat membaca artikel yang berjudul "Ungkapan Kasih 
pada Hari Valentine" dan "Kasih Mengalahkan Maut". Selamat menyimak.

Pemimpin Redaksi e-Wanita,
S. Setyawati
< setya(at)in-christ.net >
< http://wanita.sabda.org/ >


        DUNIA WANITA 1: UNGKAPAN KASIH DI HARI VALENTINE

Bulan Februari merupakan bulan ketika banyak orang memikirkan tentang 
cinta. Kita melihat pernak-pernik kartu bernuansa cinta diperlihatkan 
secara mencolok di toko-toko. Belum lagi bunga, permen cokelat, dan 
berbagai hadiah yang sengaja disiapkan untuk diberikan kepada mereka 
yang dekat di hati. Semua itu seolah-olah mengajak kita untuk membeli 
dan memberikannya kepada orang yang kita cintai. Tetapi, dari mana 
datangnya gagasan mengungkapkan cinta pada hari-hari khusus ini?

Sesuai tradisi, gagasan ini berawal pada masa kekaisaran Roma, di 
bawah pemerintahan Claudius II, yang memerintah hanya selama 2 tahun 
(268 -- 270 SM). Claudius adalah seorang prajurit kerajaan yang keras 
dan tegas. Ia memerlukan sejumlah besar tentara untuk melindungi 
kerajaannya, tetapi sulit untuk merekrut prajurit. Legenda mengisahkan 
bahwa Claudius melarang orang untuk menikah, dengan pemikiran bahwa 
pria bujangan yang tidak terikat oleh istri dan anak akan lebih mudah 
direkrut menjadi prajurit.

Tentu dapat dibayangkan bagaimana reaksi penolakan rakyatnya terhadap 
kebijakan tersebut. Seorang Imam bernama Valentine melanggar peraturan 
kerajaan dan tetap menikahkan pasangan-pasangan muda. Ia ditangkap, 
dimasukkan ke penjara, dan dihukum mati. Selama dalam penjara, banyak 
sahabat mengungkapkan kasih mereka dan mendukung pendiriannya dengan 
cara melempar bunga ke dalam penjara untuk memberi semangat.

Anak perempuan sipir penjara adalah wanita yang buta, tetapi Allah 
membuat mukjizat melalui Valentine sehingga penglihatannya kembali 
pulih. Setelah itu, anak perempuan itu sering mengunjungi Valentine 
selama ia dipenjara. Malam sebelum Valentine dieksekusi (14 Februari 
270 SM), ia menulis surat yang ia tanda tangani sendiri, "Cinta dari 
Valentinemu". Kata-kata ini tetap bergema hingga saat ini.

Tradisi mencoba memberi makna terhadap kebiasaan ini. Tradisi 
menyatakan kepada kita bahwa Valentine rela dipenjara dan mati untuk 
menegakkan kesucian perkawinan, memenuhi mandat Allah bagi pasangan 
yang saling mengasihi. Akan tetapi, itu tidak didasarkan pada sumber 
kebenaran yang sesungguhnya, yaitu Alkitab, yang berguna untuk 
mengembangkan iman kita (2 Timotius 3:16). Sementara itu, apa yang 
dilakukan Kristus lebih dari yang dilakukan Valentine. Ia bersedia 
mati untuk memulihkan kembali persekutuan antara manusia dan Allah 
(1 Yohanes 4:8; Yohanes 3:16).



Ada banyak cara yang dapat kita lakukan untuk memperlihatkan rasa 
hormat kita kepada Allah karena kasih karunia-Nya yang besar bagi 
kita. Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Cara terbaik untuk menerima karunia keselamatan adalah dengan 
   menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat Anda. Dengan demikian, 
   Anda dapat hidup dalam iman yang baru.

2. Bantulah orang yang kesepian atau kunjungilah orang-orang yang 
   lebih tua. Contohnya, sekali-kali, ajaklah mereka pergi ketika Anda 
   mengunjungi toko dan belikanlah beberapa barang yang mereka 
   perlukan.

3. Sampaikan ucapan terima kasih kepada guru sekolah minggu anak Anda, 
   dan jangan lupa menunjukkan penghargaan terhadap gembala jemaat dan 
   istrinya.

4. Perhatikan mereka yang tersisih dari pergaulan di gereja, dan 
   cobalah untuk lebih banyak berbincang-bincang dan mengenal mereka 
   lebih jauh. Sesekali, undanglah mereka makan bersama.

5. Belilah hadiah kecil untuk pasangan dan anak Anda untuk mengatakan 
   "Aku mencintaimu."

Kita masih dapat mendaftarkan lebih banyak lagi cara mengungkapkan 
kasih kepada sesama, sebagai ungkapan terima kasih kita kepada Tuhan. 
Cobalah pikirkan cara-cara lain dalam mengungkapkan kasih Allah pada 
hari Valentine.

Diambil dan disunting dari:
Judul majalah: Kalam Hidup, Februari 2007
Penulis      : Norays
Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman      : 8 -- 9


            DUNIA WANITA 2: KASIH MENGALAHKAN MAUT

Dalam Yohanes 8:1-11, para Farisi dan ahli Taurat sengaja mengajak 
Yesus melakukan perdebatan, dengan menempatkan seorang wanita yang 
telah melakukan perzinaan. Kasus tersebut diangkat ke permukaan oleh 
para ahli Taurat dan Farisi dengan tujuan untuk menjebak Yesus, agar 
Ia melakukan suatu kesalahan dalam mempraktikkan hukum Taurat 
(Yohanes 8:6). Dari kisah ini, kita melihat betapa besar hikmat yang 
dimiliki oleh Yesus, sehingga masalah yang sangat rumit itu tidak 
sampai membuat-Nya melakukan suatu kesalahan, tetapi sebaliknya, 
menghasilkan suatu keputusan yang jelas bagaimana hukum kasih harus
ditegakkan.

Praktik hukum Taurat yang kaku dan kejam, oleh Yesus diganti dengan 
praktik hukum kasih yang berdasarkan atas kasih dan karunia Allah. 
Yesus hendak memperlihatkan suatu lembaran hukum yang baru kepada para 
praktisi hukum Taurat. Itulah sebabnya, dalam rangkaian khotbah-Nya di 
bukit, Ia datang bukan untuk merombak hukum Taurat, melainkan 
menggenapinya (Matius 5:17). Menurut para ahli Taurat dan Farisi, 
hukuman yang pas dijatuhkan ke atas seorang wanita yang tertangkap 
basah melakukan zina, ialah dilempari dengan batu sampai mati. Dasar 
hukumnya jelas, hukum Taurat Musa.

Namun, pertanyaan yang mungkin muncul di sini adalah bagaimana dengan 
pria yang berzina dengan wanita itu? Mengapa Tuhan Yesus tidak 
menanyakan kepada para rohaniwan yang menangkap basah wanita itu, di 
mana pelaku prianya? Yang jelas, Yesus tidak memerhatikan kejanggalan 
fakta itu. Sebab, walaupun kedua pelaku ditempatkan di hadapan-Nya 
sekalipun, Yesus tidak akan mempraktikkan hukum Musa (Imamat 20:10; 
Ulangan 22:24).

Hukum Taurat biasanya hanya melihat hal-hal yang bersifat lahiriah. 
Artinya, seseorang dianggap bersih apabila tidak melakukan perzinaan. 
Tetapi, hukum kasih yang sedang Yesus tegakkan dan praktikkan melihat 
sampai ke dalam hati manusia. Walaupun dalam perbuatan nyata seseorang 
tidak melakukan perbuatan zina atau dosa lainnya, belum tentu di dalam 
hatinya ia bersih dari dosa zina (Matius 5:28).

Selain itu, hal menarik lainnya dari kisah ini adalah ketika wanita 
itu tertangkap basah melakukan perzinaan, berarti prianya juga 
tertangkap. Tetapi, mengapa hanya pelaku wanita yang "dipajang" di 
tengah-tengah orang banyak saat itu? Apakah pelaku pria telah 
melarikan diri, atau telah dilempari dengan batu sampai mati terlebih 
dulu oleh masyarakat yang main hakim sendiri, atau mungkin saja 
sengaja dilindungi dengan berbagai alasan?

Jika memang pelaku pria sengaja "diamankan" di belakang layar, berarti 
pelaku wanitalah yang menanggung rasa malu dua kali lipat: untuk 
dirinya dan untuk pelaku pria. Atau, mungkin ada kaitannya dengan 
perlakuan umum yang didasarkan pada budaya masa itu, bahwa kaum Hawa 
dianggap warga kelas dua. Jika dugaan itu benar, berarti wanita ini 
menjadi korban ketidakadilan dan praktik diskriminasi.

Tanpa memihak kaum Hawa, di mana pun di seluruh penjuru dunia ini, 
umumnya dalam kasus pelanggaran seksual, wanitalah yang lebih banyak 
menanggung akibatnya. Apabila terjadi perkosaan terhadap gadis berusia 
belasan tahun, gadis itulah yang menanggung akibat buruknya, baik 
secara fisik, sosial, dan psikologis. Contoh lain, apabila seorang 
gadis hamil sebelum menikah dan prianya tidak mau bertanggung jawab, 
maka gadis itulah yang menanggung akibatnya.

Itulah kenyataan pahit yang dialami oleh wanita pelaku zina, yang 
ditempatkan di hadapan umum untuk dijadikan bahan diskusi hukum. Yesus 
tahu persis betapa malunya wanita yang "dipajang" di hadapan banyak 
orang pada waktu itu. Namun, Yesus tidak menempatkan diri-Nya sebagai 
hakim yang akan menjatuhkan vonis ke atas wanita berdosa itu, 
melainkan Yesus lebih berperan sebagai hakim pembela, Ia tidak 
berkompromi dengan dosa.

Yesus tidak langsung berbicara untuk menanggapi para rohaniwan itu, 
yang bertindak sebagai polisi dan sekaligus jaksa penuntut umum, yang 
mendasarkan dakwaan dan tuntutan mereka terhadap tertuduh menurut 
hukum Musa, agar Yesus menjatuhkan vonis hukuman mati. Yesus pun tidak 
diam seribu bahasa. Sambil menulis di tanah dengan jari-Nya, Ia pun 
bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, "Barangsiapa di antara 
kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu 
kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7) Mendengar jawaban itu, mereka 
semua terdiam dan akhirnya mundur seorang demi seorang.

Pertanyaannya, mengapa Yesus tidak mau melempari wanita itu dengan 
batu sampai mati, sesuai dengan ketentuan hukum Musa? Jawabannya 
adalah karena Yesus datang bukan untuk menghakimi, melainkan untuk 
mencurahkan kasih-Nya kepada manusia berdosa. Yesus memandang wanita 
yang diperlakukan secara tidak etis dengan penuh kasih dan belas 
kasihan. Setelah berhadapan hanya empat mata dengan wanita itu, dengan 
kasih dan penuh perhatian, Yesus mulai memberikan bimbingan dan 
bertanya secara khusus kepadanya (Yohanes 8:10-11). Kasih benar-benar 
menang atas maut. Kasih bukan mengutamakan hukuman, melainkan 
mengharapkan pertobatan dan pembaruan hati. Kasih Kristus yang 
menginginkan adanya pertobatan dan pembaruan dari dalam (hati), 
disampaikan dengan suara yang lemah lembut.

Prinsip pertobatan yang sejati adalah apabila seseorang telah menyesal 
dan berpaling dari dosa ke jalan yang benar, si petobat harus memunyai 
komitmen untuk tidak lagi melakukan dosa yang sama. Yesus ingin agar 
si wanita berdosa, sejak hari itu menjalani lembaran hidup yang baru. 
Lembaran hidup baru itu bukan berada di bawah kekejaman hukum Taurat, 
melainkan berada di ruang lingkup kasih karunia Allah.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah: Kalam Hidup, Oktober 2007
Penulis      : Soelaiman Sanda
Penerbit     : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2007
Halaman      : 11 -- 15


               STOP PRESS: IKUTILAH! KELAS DISKUSI 
           DASAR-DASAR IMAN KRISTEN (DIK) PERIODE MEI/JUNI 2013 

Apakah Anda rindu mempelajari pokok-pokok penting seputar iman Kristen 
bersama rekan-rekan seiman dari berbagai penjuru melalui dunia maya?

Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) < http://ylsa.org > mengundang Anda untuk 
bergabung di kelas diskusi Dasar-Dasar Iman Kristen Mei/Juni 2013 yang 
diselenggarakan oleh Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam (PESTA) 
< http://pesta.org >. Dalam kelas ini setiap peserta akan belajar 
bersama secara khusus tentang penciptaan manusia, kejatuhan manusia 
dalam dosa, rencana keselamatan Allah melalui Yesus Kristus, dan hidup 
baru dalam Kristus. Pelajaran-pelajaran ini sangat berguna, baik orang 
Kristen lama maupun baru, untuk memiliki dasar-dasar iman kepercayaan 
yang teguh sesuai dengan kebenaran Alkitab.

Diskusi akan dilakukan melalui milis diskusi (email) dan berlangsung 
mulai 08 Mei - 18 Juni 2013. Pendaftaran dibuka mulai hari ini dan 
segera hubungi Admin PESTA di < kusuma(at)in-christ.net >. Secepatnya, 
kami akan mengirimkan bahan DIK untuk dikerjakan setiap peserta 
sebagai tugas tertulis.

Peserta kelas hanya dibatasi untuk 20 orang saja. Karena itu, 
daftarkanlah diri Anda sekarang juga!


Kontak: wanita(at)sabda.org
Redaksi: S. Setyawati, N. Risanti, dan Novita Y.
Berlangganan: subscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-wanita(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-wanita/arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org