WAWASAN WANITA
Mengajarkan Karakter kepada Anak-Anak
Apakah Anda ingin anak-anak Anda bertumbuh menjadi laki-laki dan perempuan muda yang integritasnya membuat mereka bersinar seperti bintang? Apakah Anda ingin anak-anak Anda memiliki karakter hebat, tetapi Anda tidak tahu bagaimana menolong mereka menjadi semua yang Anda (dan juga Tuhan) inginkan?
Ingat, mata-mata kecil itu sedang mengawasi, jadi tunjukkan dengan contoh.
Ketika saya menjadi seorang guru SD, saya ingin siswa kelas 2 saya memahami hubungan antara perilaku buruk dan konsekuensi. Jadi, daripada memberi tahu mereka, "Jika kalian berperilaku buruk, akan ada konsekuensi" (yang mungkin pernah mereka dengar satu juta kali), saya pikir saya akan menceritakan sebuah cerita yang cerdik. Jadi, saya menggunakan sedikit analogi tentang menanam benih. "Jika kalian menanam benih yang buruk, kalian akan mendapatkan rumput liar. Jika kalian menanam benih yang baik, kalian akan mendapatkan hasil panen yang baik." Lalu, saya mengatakan bahwa itu sama dengan melakukan hal yang salah -- itu seperti menanam benih yang buruk yang akan menghasilkan rumput liar jahat dalam kehidupan kita.
Saya tidak tahu apakah mereka mengerti apa yang saya katakan sampai minggu depannya.
Saat saya melaju di jalan dalam perjalanan ke sekolah hari Senin berikutnya, saya bergumul dalam hati. Ya, saya tahu batas kecepatan di sini, tetapi saya terlambat, dan jika saya tidak cepat-cepat, saya tidak akan sampai ke sekolah tepat waktu. Saya berharap tidak akan ada yang melihat ketika saya tancap gas.
Whooooo! Whoooooo! Whooooo! Terang lampu mobil polisi memantul di kaca spion. Otot perut saya menegang. Ah, sialan! Sekarang, saya akan mendapatkan tiket tilang dan saya benar-benar akan terlambat! Setelah beberapa saat, saya melaju pergi dengan slip merah muda kecil yang mengundang saya ke gedung pengadilan.
Betapa memalukan! Saya pikir. Saya berharap tidak ada yang melihat.
Sore itu, ketika murid-murid seni kelas 2 saya masuk ke dalam kelas, tidak ada keraguan bahwa mereka memahami hubungan antara menanam benih buruk dan konsekuensi -- dan bahwa mereka telah melihat saya ditilang. "Nona Schutte menanam benih buruk! Nona Schutte menanam benih buruk!" teriak mereka.
Aduh!
Saya langsung teringat bahwa karakter harus dicontohkan dan bahkan jika kita berpikir tidak ada yang memperhatikan ketika kita ngebut, curang dengan pajak kita, berbohong kepada seseorang di telepon, membatalkan janji ketika kita tidak seharusnya melakukannya, mengaku sakit saat kita sebenarnya tidak, seseorang biasanya memperhatikan -- dan "orang-orang" tersebut sering kali adalah anak-anak kecil dalam hidup kita.
Dalam buku mereka, "How to Raise Totally Awesome Kids" [Cara Membesarkan Anak-Anak yang Benar-Benar Mengagumkan - Red.], Dr. Chuck Borsellino dan istrinya Jenni menulis, "Ajarkan dengan memberikan contoh. Contohkan apa yang Anda inginkan. Bagi anak-anak kita, untuk mengembangkan karakter dan integritas, mereka pertama kali harus melihat integritas karakter kita."
Periksa keyakinan Anda karena mereka menentukan perilaku Anda.
Ketika saya berusia tujuh tahun, kakak perempuan saya dan saya mendengar bahwa sirkus akan datang ke kota kecil kami di Idaho, sebelah selatan. Kami tidak sabar menunggu. Ketika hari besar itu tiba, kami berjalan ke lapangan sepak bola SMA setengah mil jauhnya, menemukan tempat duduk yang tinggi di bangku-bangku dan menunggu pertunjukan dimulai. Saya tidak ingat apa-apa tentang sirkus itu, kecuali satu insiden menakutkan.
Di tengah acara itu, para pelatih binatang mengeluarkan gorila jantan besar dalam kandang. Kemudian, salah satu dari orang-orang itu dengan hati-hati membuka kandang untuk membiarkan binatang hitam itu keluar. Saya takjub. Baru saja saya melongok karena terhalang gadis di depan saya untuk melihat apa yang akan dia lakukan, gorila itu melompati pagar kawat dan berlari menaiki bangku-bangku. Anak-anak menjerit dan menyebar ketika gorila itu berlari lurus ke arah saya. Terbelalak dan ketakutan, saya melesat pergi tepat pada waktunya. Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan saudari saya dan saya tidak peduli. Saya hanya ingin ibu saya. Saya juga tidak yakin bagaimana saya sampai ke jalan di bawah, tetapi saya ingat berlari secepat yang saya bisa sepanjang perjalanan pulang.
Pada usia tiga puluhan awal, ketakutan di memori saya berubah menjadi tawa geli ketika saya mengingat kembali insiden itu dan menyadari bahwa gorila itu bukanlah gorila sungguhan, itu hanya seorang pria dalam kostum gorila.
Cerita lucu ini mengungkapkan kebenaran yang mendalam: kita akan selalu bertindak berdasarkan apa yang kita percaya. Jika kita percaya kita akan gagal di suatu pekerjaan, kita akan bertindak sesuai dengan itu; jika kita berpikir Allah tidak mengasihi kita, hidup kita akan mencerminkan kebohongan itu; dan jika kita mengira gorila itu sungguhan, kita akan menjerit dan berlari sepanjang perjalanan pulang.
Jadi, apa hubungannya dengan mencontohkan karakter kepada anak-anak Anda? Jika kita ingin menjadi contoh yang baik bagi anak-anak kita, kita harus memiliki sistem keyakinan yang tepat di dalam sehingga "mencontohkan perilaku luar" kita bisa efektif. Jika tidak, kita hanya akan terus berkata, "Lakukan seperti yang saya katakan, tidak seperti yang saya lakukan," dan tidak ada seorang anak hidup yang akan menghormatinya, atau akan ingin belajar darinya. Ingat, karakter yang baik lebih tertangkap daripada ketika itu diajarkan. Itu berarti, karena Anda menjalani karakter saleh di hadapan anak-anak Anda, mereka secara alami akan mendapatkan lebih daripada jika Anda hanya memberi tahu mereka seperti apa yang seharusnya terlihat.
Berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu Anda menjalani karakter ilahi di depan anak-anak Anda:
- Tetap dekat dengan Tuhan.
- Lakukan dukungan dari hati Anda dan motivasi secara teratur.
- Akuilah dosa-dosa Anda kepada Kristus dan orang lain.
- Miliki catatan untuk tetap terhubung dengan apa yang memotivasi Anda.
- Berbicara dengan teman yang bisa dipercaya tentang pergumulan rohani dan emosional Anda.
Anak-anak Anda akan senang dengan yang Anda lakukan.
Ingat tidak ada orangtua yang sempurna.
Karena saya seorang idealis, saya sering berpikir bahwa saya akan melompat-lompat dan berteriak lebih daripada kebanyakan orang ketika saya masuk ke surga. Cita-cita saya akhirnya akan terwujud. Akan ada kasih yang sempurna, kedamaian yang sempurna, sukacita yang sempurna, ketetapan yang sempurna, dan orang yang sempurna. Namun, sampai saat itu, sementara kita berusaha untuk mengajarkan karakter kepada anak-anak kita, kita harus ingat bahwa tidak ada orang yang sempurna, dan itu berarti tidak ada orangtua yang sempurna. Mengingat hal tersebut akan berguna ketika Anda gagal dan tidak mencontohkan karakter dengan sempurna. Bersedia dengan rendah hati mengakuinya dan meminta maaf -- dari anak Anda yang tersinggung, serta dari Allah. Sebuah pengakuan dan permintaan maaf yang tulus berpengaruh jauh bagi hati seorang anak.
Dan, meskipun tidak ada orangtua yang sempurna, kita melayani Bapa Surgawi sempurna, yang selalu bersedia untuk mengampuni dan terus mengajarkan kepada kita karakter ilahi sementara kita meneruskannya ke anak-anak kita. (t/Jing-Jing)
|