DUNIA WANITA
Ketekunan: Cinta Tiada Akhir
Ketika Courtney naik ke atas panggung untuk menerima gelar sarjananya, kerumunan kecil di aula meledak dengan suara sorak-sorai. Suaminya, Stan, bersorak dengan keras, berdiri dengan kedua tangannya di atas. Saat keluar panggung, Courtney melihat, menunjuk ke arah Stan, dan memberi kecupan jauh.
Itu mewakili semuanya!
Mereka berdua tahu bahwa momen itu merupakan sebuah kemenangan bersama untuk mereka, puncak dari "serangkaian tindakan yang mantap dan gigih..., terlepas dari kesulitan dan keputusasaan" (perseverance, kamus Webster). Sembari menulis tugas-tugas dan menyelesaikan magang, Courtney bekerja paruh waktu, membagikan rasa kepedulian pada anak mereka yang berumur 18 bulan bersama dengan Stan, yang bekerja dalam satu setengah pekerjaan (satu pekerjaan penuh waktu dan satu pekerjaan paruh waktu - Red.) untuk memenuhi kebutuhan.
Ketika mereka menikah, mereka setuju untuk saling mendukung dalam menyelesaikan rencana pendidikan dan karier mereka. Namun, mereka tidak menduga akan adanya risiko secara keuangan atau emosional: hari-hari tanpa sebuah percakapan yang layak, akhir pekan tanpa waktu untuk relaksasi dan keintiman, sedikit uang untuk baju dan hiburan, periode kebencian, dan mengasihani diri sendiri. Courtney dan Stan menghadapi tantangan tak terduga secara bersama-sama, tetapi mereka berhasil dalam memenuhi mimpi mereka untuk masa depan yang lebih baik.
Stan dan Courtney adalah contoh dari ketekunan. Begitu juga dengan Dick dan Nancy, yang disebabkan oleh kondisi stroke Dick dengan mengubah gaya hidup secara radikal, dan ada pula Imelda dan Jose, yang bekerja siang malam selama tiga tahun untuk memulai bisnis kecil mereka.
Dengan angka perceraian mencapai hampir 50% (di Amerika Serikat -- Red.), merupakan hal yang menginspirasi untuk bertemu dengan pasangan yang berjuang, menghadapi kesulitan dan mengatasinya dengan kebersamaan yang kuat dan dengan berkomitmen pada pernikahan mereka. Apa yang membuat ketekunan menjadi mungkin untuk sebagian orang dan tidak bagi yang lain? Apakah itu hanya karena mereka berani menghadapinya, atau adakah formula ajaib untuk menantang pasangan hidup menjadi lebih kuat?
Setiap pasangan yang pernah saya kenal memiliki waktu-waktu saat mereka dikecewakan, marah, depresi, lelah, atau hanya emosi yang datar, yang siap untuk menyerah. Bisa jadi itu masalah uang, pekerjaan, anak-anak, alkohol, rumah, olahraga, seks, atau hukum. Mengapa beberapa pasangan bertekun dan yang lainnya menyerah untuk mencoba suatu hal berjalan dengan baik?
Ketika saya berbicara, baik dengan pasangan yang baru dan yang sudah lama menikah, ada tiga hal yang tampaknya ada dalam para pasangan yang bertekun dalam masa sulit.
Yang pertama adalah kemauan untuk berharap. Harapan dalam pernikahan berarti percaya pada masa depan bersama, tetapi yang belum terlihat. Harapan merupakan suatu hal yang lebih dari sekadar rasa optimis. Harapan dengan bertekun adalah sebuah orientasi roh yang timbul dari sebuah sumber yang melampaui kita. Untuk bertahan, para pasangan membutuhkan sebuah visi yang positif untuk berjalan dalam situasi yang sekarang terlihat suram.
Ketika Amy sedang beristirahat total pada masa akhir kehamilannya dan Tom mengerjakan semua pekerjaan yang biasanya dikerjakan Amy, harapan mereka pada kemungkinan untuk memiliki bayi yang sehat membuat mereka mampu melewatinya. Ketika Dick tidak bisa berjalan setelah terkena stroke, ia dan Nancy mengharapkan waktu-waktu yang indah pada masa mendatang bersama dengan cucu-cucu mereka. Alkitab menegaskan pentingnya sebuah harapan. "Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Akan tetapi pengharapan yang terlihat, bukan lagi pengharapan; sebab siapakah yang berharap atas sesuatu yang sudah dilihatnya? Akan tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun." (Roma 8:24-25, AYT)
Kunci yang kedua untuk ketekunan adalah kemauan kedua belah pihak untuk berkorban demi masa depan yang lebih baik. Sementara Courtney bekerja pada sore hari, Stan merelakan kegiatannya bermain poker bersama teman-temannya demi menjaga anak mereka. Tidak ada perjalanan, konser mahal atau botol anggur bermerek selama melanjutkan jenjang sekolah.
Peneliti pernikahan yang terkemuka, Scott Stanley, dalam studi tentang pengorbanan dalam pernikahan menunjukkan bahwa ketika kedua pasangan mau berkorban, itu merupakan cara yang ampuh untuk mengungkapkan rasa cinta satu sama lain. Pengorbanan berbicara bahwa apa yang baik untukmu adalah juga penting bagi saya. Saya mencintaimu dan saya mau memberikan waktu dan energi saya demi kebaikanmu. Bagi Imelda dan Jose, itu berarti tidak memiliki baju-baju yang baru atau perabotan yang baik selama hampir tiga tahun sehingga semua sumber penghasilan mereka dapat diinvestasikan dalam pertumbuhan bisnis yang bisa mendukung keluarga mereka pada masa yang akan datang.
Karakteristik yang ketiga dari pasangan yang bertekun adalah iman yang berada di dalam diri mereka, di dalam satu sama lain, dan di dalam Allah. Hingga mereka menghadapi kesulitan, Patrice dan Sheldon tidak sadar bahwa Allah bersama-sama dengan mereka dalam hubungan pernikahan mereka. Namun, ketika beban menjadi berat, mereka mulai meminta pertolongan Allah untuk memberi jalan keluar pada pertengkaran dan argumen pahit di antara mereka. Kemudian, mereka mengalami perubahan melalui doa dan keyakinan pada kekuatan Allah yang ada di dalam mereka.
"Hal itu tidak seperti ledakan petir atau yang lainnya," komentar Sheldon. "Saya telah berdoa meminta pertolongan ketika bekerja dan berolahraga, jadi saya mulai berdoa untuk meminta pertolongan di rumah. Kemudian, kami mulai berdoa bersama. Hal itu menuntun kami untuk belajar berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang baru. Pelan-pelan, kami menyadari bahwa kami tidak bisa mengatasi masalah ini dengan diri kami sendiri karena kami adalah salah satu bagian dari masalah tersebut." Bahkan, ketika kita hanya memiliki iman yang kecil pada diri kita maupun pada Allah, doa dapat menopang kita.
Perayaan kelulusan Courtney dan Stan, seperti halnya keberhasilan Jose dan Imelda pada ketekunan dalam masa yang sukar, secara langsung berhubungan pada janji yang mereka buat pada hari pernikahan mereka untuk saling mencintai dan menghormati untuk selamanya. Saat ini, ketika banyak orang telah kehilangan rasa percaya diri dalam cinta pernikahan, mereka membuktikan bahwa hal itu mungkin!
Ketika para pasangan bertekun, mereka membawa kasih yang teguh dan unik ini ke dalam keluarga mereka, komunitas mereka, dan ke dalam dunia. Hal ini mendorong mereka untuk melihat bahwa kasih yang dibicarakan oleh Rasul Paulus dalam surat Korintus merupakan sesuatu yang mungkin bagi kita semua: "Kasih itu tahan menanggung segala sesuatu, mempercayai segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak pernah berakhir" (1 Korintus 12:7-8, AYT). (t/Illene)
Download Audio
|