Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2018/08/18

Sabtu, 18 Agustus 2018 (Minggu ke-12 sesudah Pentakosta)

1 Petrus 4:7-11
Berilah Tumpangan!

Pada tahun 70 M, Bait Allah di Yerusalem dihancurkan oleh kekaisaran Romawi. Hidup jemaat dipenuhi dengan berbagai kesengsaraan. Petrus, yang melihat semua kejadian itu sebagai waktu kedatangan Tuhan sudah dekat, justru menasihati jemaat Kristus untuk tetap tenang dan berdoa (7).

Viktor Frankl, seorang neurolog dan psikiater yang selamat dari kamp konsentrasi Nazi di Jerman, mengamati bahwa kerohanian yang mendalam dapat muncul dalam kenyataan pada kamp konsentrasi Nazi yang mematikan. Sebab, dalam kesengsaraan yang berat Frankl mampu menyelami kondisi jiwanya lebih mendalam. Hal yang sama juga dilakukan oleh Petrus. Dia mendorong agar jemaat saling mengasihi dan melayani dengan kekuatan dari Allah, bukan ketika Gereja dalam kondisi aman dan tenteram, melainkan saat banyak kesengsaraan.

Dalam hal ini, Petrus tidak berbicara tentang kasih hanya sebatas teori belaka. Ia memberikan nasihat yang sangat konkret, yakni memberikan tumpangan (9). Dalam dunia kuno, jika seseorang memberikan tumpangan kepada orang asing, maka tindakannya dianggap sebagai kebaikan moral yang sangat tinggi. Sehingga ketika orang yang bermalam menerima perlakuan jahat seperti di Sodom (Kej. 19) atau pada suku Benyamin (Hak. 19), maka kisah itu menjadi sangat menggemparkan. Sebaliknya, kisah Rahab yang menjamu pengintai Israel (Yos. 2:1-21) atau perempuan Sunem yang menjamu Elisa (2Raj. 4:8-10) merupakan contoh kebaikan moral yang tinggi. Ibrani 13:2 mengatakan bahwa ketika memberi tumpangan bisa saja tanpa sadar orang percaya sedang menjamu malaikat.

Memang kesengsaraan dan kesusahan hidup bisa datang tiba-tiba dan di luar kontrol kita. Namun, kita dapat selalu bergantung kepada Allah untuk tetap tenang, berdoa, dan saling melayani. Saat umat Tuhan saling mengasihi, maka Allah sungguh-sungguh hadir di tengah umat-Nya.

Doa: Ajar kami Tuhan untuk menjamu orang-orang yang datang di tengah-tengah kesulitan hidup. [IM]


Baca Gali Alkitab 7

1 Petrus 3:1-7

Pertobatan salah seorang dalam pasangan suami istri yang belum percaya berpotensi menghadirkan masalah serius. Mengapa? Karena panggilan untuk beriman kepada Kristus adalah panggilan untuk suatu perubahan hidup, maka bisa muncul pertanyaan: Apakah identitas baru di dalam Kristus memengaruhi hubunganku dengan pasanganku yang belum percaya? Apakah otoritasku jadi lebih tinggi karena aku telah dilahirkan baru sementara pasanganku belum percaya?

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa makna kata "Demikian juga..." di ayat 1?
2. Apakah kesamaan makna kata "tunduk" (1) dalam bacaan ini dengan yang terdapat dalam 1Ptr. 2:13-15?
3. Mengapa istri harus tunduk kepada suami, walaupun si suami tidak taat kepada Firman? (1-2) Menurut Anda, bagaimana kondisi pada saat itu sehingga Petrus memberikan nasihat ini?
4. Menurut Petrus, terletak di manakah sesungguhnya kecantikan para perempuan pengikut Kristus? (3-5)
5. Apakah yang dapat diteladani dari Sara? (6)
6. Bagaimanakah para suami harus memperlakukan istrinya? (7)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa atau siapakah ladang misi seorang istri yang bersuamikan orang yang belum percaya? Bagaimana caranya?
2. Meski suami tidak taat pada Firman, istri harus tunduk kepada suami. Dari ketiadaan syarat tentang suami macam apa yang patut dihormati, apa yang dapat kita pelajari?

Apa respons Anda?
1. Entahkah Anda menikah atau tidak, sikap apakah yang Anda ingin bangun dalam relasi dengan lawan jenis?
2. Apa signifikansi pengajaran Petrus di masa kini?

Pokok Doa:
Agar suami isteri Kristen memahami peranan dan menyadari bahwa Kristus adalah Kepala rumah tangga.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org