Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2017/07/28

Jumat, 28 Juli 2017 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)

Filemon 1:17-25
Nasihat Paulus

Oscar Wilde pernah mengatakan, "Setiap orang suci memiliki masa lalu dan setiap orang berdosa memiliki masa depan." Ucapannya dapat dipakai untuk menerjemahkan isi surat Paulus kepada Filemon (17-19). Dalam suratnya, Paulus ingin menjadi penengah antara Onesimus dan Filemon.

Memang ada masalah serius dalam relasi tuan dan budak. Sebagai seorang budak, Onesimus telah melarikan diri dari tuannya. Ia telah mengambil barang yang menjadi kepunyaan tuannya, Filemon. Menurut konteks saat itu, budak seperti ini sudah tidak berguna lagi dan pantas dihukum mati. Namun bagi Paulus, seorang yang melakukan kesalahan fatal di masa lalu masih dapat berubah dan berguna dalam Kristus. Keyakinan inilah yang mendorong Paulus mengambil risiko dengan cara membebankan semua kesalahan Onesimus pada dirinya. Bahkan Paulus mau membayar segala utang Onesimus kepada tuannya. Lebih dari itu, Paulus menginginkan Filemon mau menerima kembali Onesimus sebagai saudara seiman dalam Kristus (16-20).

Setiap orang pernah melakukan kesalahan atau pun kekeliruan pada masa lalunya, namun ia juga wajib diberi kesempatan untuk membangun dan menata masa depannya. Pertama, ia harus mendapat pengampunan dan penerimaan (17). Kedua, ia patut diberi kepercayaan (19). Semangat ini yang mendorong Paulus berani menjadikan reputasi dan integritas dirinya sebagai jaminan atas berbagai kerugian yang disebabkan oleh Onesimus pada masa lampau.

Sering kali kita melihat seseorang berdasarkan perbuatan masa lalunya. Lalu, kita mulai mengungkit-ungkit satu per satu kisah orang tersebut. Akibatnya, kita tidak akan bisa menerima keberadaan orang tersebut, apalagi memberinya kesempatan untuk berubah. Keteladanan yang diperlihatkan Paulus menjadi pembelajaran kita, yakni: melihat segala sesuatu dari kacamata Kristus. Karena kita adalah orang berdosa. Tetapi dalam Kristus, setiap orang mendapatkan kesempatan untuk diampuni dan diubah menjadi manusia baru. [LL]

Pengantar Kitab Ibrani

Meski hingga kini kita belum bisa memastikan identitas penulis Surat kepada Orang Ibrani ini, namun kita bisa memperkirakan bahwa penulisnya adalah seorang ahli yang mempunyai pengetahuan tentang adat istiadat Yahudi dan budaya, juga sastra, Yunani. Tampak jelas, para penerima surat sedang mengalami penganiayaan sebagai akibat dari iman mereka kepada Yesus Kristus. Dan ada kecenderungan umat percaya -- dalam rangka menghindari penyiksaan -- untuk meninggalkan iman Kristen mereka dan kembali ke agama Yahudi.

Itulah sebabnya, mengapa penulis -- yang tampaknya begitu memiliki otoritas di dalam gerejanya -- menggunakan kutipan Perjanjian Lama beserta para tokohnya yang begitu dikenal pembaca suratnya. Tujuannya memang cuma satu agar para pembaca suratnya tetap menjadi Kristen.

Surat yang juga dikutip oleh para pemimpin gereja mula-mula -- seperti Klement dari Roma dan Hermas dari Roma sebelum akhir abad pertama Masehi -- dimulai dengan "Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada" (Ibr. 1:1-2). Dengan cara demikian penulis Surat Ibrani langsung menegaskan bahwa Yesus lebih unggul ketimbang para nabi Perjanjian Lama yang mereka kenal. Yesus Kristus adalah puncak penyataan Allah.

Penulis juga mengemukakan bahwa Yesus lebih mulia dari siapa pun karena melalui kematian-Nya, yang sekali untuk selama-lamanya, Ia memungkinkan manusia menerima pengampunan, hidup dalam keselamatan, dan menjadi umat Allah.

Karena itulah, setelah mengulas tentang saksi-saksi iman, penulis Surat Ibrani mendorong pembacanya untuk tetap beriman kepada Yesus Kristus. Dia menegaskan umat untuk mengejar kekudusan dan tidak menjauhkan diri dari kasih karunia Allah (lih. Ibr. 12:4-5). Ia juga mengajak umat menyenangkan hati Allah dengan menjaga bibir dan selalu memberikan bantuan (lih. Ibr. 13:15-16).

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org