Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2016/11/26

Sabtu, 26 November 2016 (Minggu ke-28 sesudah Pentakosta)

Pengkhotbah 2:1-26
Kenikmatan dalam Jerih Payah

Dari dahulu sampai sekarang, kita sering kali mengeluh betapa lelahnya menghadapi kesulitan hidup. Tetapi, nas hari merupakan kabar baik. Mari kita perhatikan apa yang ditemukan Pengkhotbah!

Sosok Pengkhotbah adalah Raja Salomo, anak Daud. Ia sangat kaya dan berdaya upaya mencari kunci kehidupan melalui semua kesenangan yang dapat dibeli dengan harta (4-8). Kata "bagiku" muncul 8x dalam bahasa Ibraninya: mendirikan "bagiku" rumah-rumah, menanami "bagiku" kebun-kebun anggur; . . . mengumpulkan "bagiku" perak dan emas, mencari "bagiku" biduan-biduan dan biduanita-biduanita. Hal itu memperlihatkan bahwa ia melakukannya untuk kesenangan diri belaka. Pada saat yang sama, semua yang dilakukannya berdasarkan akal budi (3) dan hikmatnya (9).

Dalam pencarian arti hidup melalui semua kesenangan, Pengkhotbah melihat bahwa semuanya sia-sia dan usaha menjaring angin (11). Artinya, ia tidak dapat menemukan arti hidup yang sejati melalui semua kesenangan tersebut. Tetapi, ia menemukan sesuatu dari hasil uji coba tersebut, yaitu hatinya bersukacita karena segala jerih payahnya dan itulah buah segala jerih lelahnya (10). Walau ia tidak mendapatkan arti hidup yang sejati dari semua eksperimen terhadap kesenangannya, setidaknya ia telah menyelidiki apa yang baik untuk dilakukan oleh manusia (3). Akhirnya, ia dapat menikmati jerih payahnya (10).

Dalam hal ini, Pengkhotbah menyimpulkan bahwa ada buah dalam jerih payah hidupnya. Artinya, dalam jerih payah ada kenikmatan dan rasa manis yang diperoleh Pengkhotbah. Seharusnya hal itu merupakan penemuan yang menggembirakan manusia. Meski Tuhan menghukum manusia akan keberdosaannya, Ia juga memampukan manusia dapat menikmati hasil jerih lelahnya (bdk. 2:24-25, 3:12-13).

Ketika kita merasa letih lesu, jangan lupa bahwa ada kenikmatan dalam jerih payah tersebut. Ada rasa puas dan kenikmatan setelah kita melakukan sesuatu yang baik. Marilah kita belajar untuk merasakan kenikmatan dari hasil kerja keras tersebut. [IT]


Baca Gali Alkitab 4

Pengkhotbah 2:1-26

Pengkhotbah merupakan pribadi yang memiliki hikmat Allah. Dengan hikmat-Nya, ia mencoba untuk menemukan makna hidup sejati dari segala kesenangan duniawi. Ia menghayati kesenangan hidup yang dicari dan didambakan oleh semua orang. Kesimpulan dari semua petualangan hidupnya adalah kenikmatan palsu dan kesia-sian hidup. Hanya di dalam Allah, seseorang beroleh arti hidup yang sejati.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang dikatakan oleh Pengkhotbah dalam hatinya (1-2)?
2. Apa yang dilakukan Pengkhotbah tentang hidupnya (3-8)?
3. Apa tujuan Pengkhotbah melakukan semuanya itu (9-10)?
4. Apa yang ditemukannya melalui hasil pengamatan dan pengalaman hidup (11-14)?
5. Apa refleksi yang dilakukannya (15-19)?
6. Apa yang dirasakan oleh Pengkhotbah dan apa alasannya (20-23)?
7. Apa kesimpulan yang dipahami oleh Pengkhotbah (24-26)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apa perbedaan mendasar antara orang berhikmat dan orang bodoh saat mereka memandang kesenangan hidup?
2. Kenikmatan hidup yang bagaimana dapat disebut kebahagiaan sejati?

Apa respons Anda?
1. Apa yang terjadi saat seseorang terjerumus dalam kesenangan duniawi? Pengakuan dosa yang seperti apakah yang Anda katakan kepada Allah?
2. Apa tekad Anda untuk hidup di hadapan Allah?

Pokok Doa:
Agar para pemimpin bangsa dan gereja peka terhadap kehendak Tuhan dan menjadi teladan yang baik.

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org