Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/03/07

Kamis, 7 Maret 2013

Matius 22:23-33
Buta terhadap kebenaran

Judul: Buta terhadap kebenaran
Ada empat orang buta yang meraba seekor gajah. Ada yang meraba ekornya, kakinya, belalainya, dan badannya.Mereka berdebat mati-matian tentang makhluk bernama gajah.Masing-masing bersikeras dengan pendiriannya dan merasa benar. Demikian halnya dengan orang-orang Saduki yang buta terhadap kebenaran tentang kebangkitan. Apa yang menyebabkan mereka buta terhadap kebenaran?

Pertama, karena berpegang pada ajaran yang salah (23).Orang-orang Saduki tidak percaya bahkan menertawakan kebangkitan orang mati. Orang Saduki bercerita tentang seorang perempuan yang menikah lalu suaminya mati. Dasar cerita ini memang ada di PL yang disebut sebagai hukum levirat (Ul. 25). Hukum ini digunakan untuk memelihara keturunan orang yang telah meninggal. Cerita yang disampaikan oleh orang Saduki dibuat-buat, karena sebetulnya dua saudara sudah cukup untuk menunjukkan maksud mereka.Mereka sengaja membuat cerita sampai tujuh saudara untuk menunjukkan bahwa ajaran tentang kebangkitan orang mati itu tidak masuk akal. Orang Saduki ingin memaksa Yesus menjawab apa yang menjadi pendirian mereka.

Kedua, karena tidak mengerti Kitab Suci dan kuasa Allah (29). Orang Saduki tidak mengerti kebenaran firman Allah sehingga mereka tersesat. Mereka juga tidak mengerti kuasa Allah dengan menganggap kebangkitan sebagai kemustahilan. Mereka tidak percaya bahwa Allah bisa melakukan hal itu karena mereka bersandar pada logika. Yesus membongkar kesalahan orang Saduki dengan mengutip Keluaran 3:6 yang merupakan bagian Alkitab yang juga dipercayai orang Saduki. Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Allah orang hidup dan bukan Allah orang mati. Bagi Musa, Allah adalah Allah yang hidup. Mereka sudah mati secara fisik, tetapi tetap hidup, maka Allah adalah Allah mereka yang hidup sampai selama-lamanya.

Bukalah diri untuk kebenaran, karena bagi orang percaya, kematian bukanlah akhir dari hidup namun justru merupakan awal kehidupan yang sebenarnya bersama Allah di dalam kekekalan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/03/07/

 

Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
melalui edisi Santapan Harian yang kami kirim secara rutin +/- 10.000 eks.
Kirim dukungan Anda ke: BCA 106.30066.22 Yay Pancar Pijar Alkitab.

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org