Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/11/12 |
|
Sabtu, 12 November 2011
|
|
Judul: Tunduk dan mengasihi Paulus kemudian mengambil konteks pernikahan untuk memberikan contoh situasi bagaimana orang percaya harus merendahkan diri satu sama lain. Pernikahan Kristen memiliki komitmen, kewajiban, dan tugas bagi dua pihak yang terikat dalam lembaga itu. Lembaga pernikahan sebenarnya merupakan perlambang dari hubungan antara Kristus dan gereja-Nya. Seorang istri harus tunduk kepada suaminya sebagai kepala dalam pernikahan mereka. Artinya, ia harus menempatkan diri di bawah kepemimpinan suaminya. Gambaran tentang tunduknya istri kepada suami adalah tunduknya gereja kepada Yesus, yang adalah Kepala gereja. Maka sang suami harus menggambarkan kepemimpinan Kristus atas gereja dengan menunjukkan kasih dan pengurbanan diri (25). Kita tahu bahwa Kristus mengurbankan diri-Nya di salib bagi keselamatan dan pengudusan umat, yaitu gereja (26-27). Maka Paulus menyebutkan bahwa kasih suami kepada istri harus sama seperti kasihnya kepada tubuhnya sendiri (28). Paulus menegaskan bahwa kasih suami terhadap istri seharusnya merefleksikan kesatuan Kristus dan gereja-Nya. Karena itu kepemimpinan suami harus bersifat melayani, bukan otoriter atas nama statusnya sebagai pemimpin. Maka suami dan istri harus merendahkan diri satu sama lain dalam takut akan Tuhan. Suami dan istri harus melihat keberadaan mereka bukan dari sudut pandang yang individualistis, tetapi sebagai satu kesatuan. Kiranya Tuhan menolong setiap suami dan istri dalam rumah tangga Kristen untuk berperan dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |