Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2006/10/22 |
|
Minggu, 22 Oktober 2006
|
|
Judul: Buta dan tuli hati! Bagaimana rasanya menasihati orang yang keras kepala, tidak mau mendengar pandangan orang lain, dan terus-menerus merasa diri benar? Pasti kita akan capai hati dan pegal mulut, tanpa hasil. Membaca perikop ini, membuat saya berpikir seberapa panjang sabarkah Tuhan terhadap kebebalan umat-Nya? Sikap keras kepala yang diperlihatkan Israel sungguh-sungguh keterlaluan. Sikap mereka ini sangat tidak masuk akal. Pertama, mereka tidak memiliki rasa takut sama sekali terhadap kemahakuasaan Allah yang telah dinyatakan-Nya melalui menciptakan alam dan mengendalikan kekuatan-kekuatan alam yang begitu menakutkan manusia (22). Sebenarnya, pengendalian atas kedahsyatan alam ini menyatakan perlindungan Allah atas mereka. Demikian pula Allah memakai alam, menurunkan hujan untuk memberikan kesejahteraan kepada manusia agar manusia bisa menikmati hidup ini (24). Akan tetapi, sedikit pun manusia tidak merasa berhutang kepada Allah. Kedua, mereka tidak sedikit pun memperlihatkan kesadaran bermoral sebagai umat Allah yang telah ditebus dan dikuduskan. Itu nyata dari tindakan mereka yang memeras dan menindas sesama (26-28). Ketiga, bahkan di kalangan rohaniwan pun tidak ada kesadaran religi yang tulus. Para nabi dan imam tidak menyuarakan firman Tuhan malahan memutarbalikkannya untuk kesenangan manusia (31). Hukuman Tuhan yang akan menimpa Israel begitu dahsyat dan tak terelakkan (29). Allah bukan hanya terluka oleh dosa-dosa penyembahan berhala dan dosa-dosa perorangan. Kasih dan keadilan-Nya juga peka terhadap dosa-dosa Israel yang dilakukan orang besar dan orang kaya terhadap orang kecil dan orang miskin. Allah ingin agar dalam setiap masyarakat terdapat keadilan dan kepedulian. Renungkan: Sudah waktunya bagi Gereja dan orang percaya di Indonesia juga bertobat dari ketidakpedulian dan ketidakmerataan sosial!
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |