Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/09/29 |
|
![]() |
|
Senin, 29 September 2025 (Minggu ke-16 sesudah Pentakosta)
|
|
Di dalam budaya kapitalisme industri, manusia sama seperti alam dianggap sebagai sumber daya. Karenanya ada istilah sumber daya alam dan sumber daya manusia. Tidaklah heran di dalam budaya ini sesama diperlakukan seperti alat untuk keuntungan diri. Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala digambarkan seperti pekerja kebun angur yang tidak tahu diuntung. Mereka menganiaya hamba pemilik yang meminta bagian tuan yang empunya kebun (10). Kesabaran tuan pemilik kebun terlihat ketika sampai tiga kali mengutus hambanya (tiga: gambaran genap, sempurna; 12). Tak berhenti di sini, bahkan sang tuan mengutus anak yang sangat dikasihinya karena berpikir para petani ini bisa menjadi segan (13). Ironisnya, mereka membunuh anak itu tanpa perasaan (15). Cerita tragis ini adalah peringatan Yesus kepada ahli-ahli Taurat dan Imam-imam kepala (19). Dengan peringatan ini, Yesus rindu mereka dapat berefleksi dan bertobat. Ini adalah teguran kasih, namun sangat keras atas mereka para pemimpin agama, yang melihat kepemilikan lebih penting daripada hidup dan nyawa sesama. Untuk kepemilikan ini, mereka rela menyakiti sesama manusia, bahkan membunuh orang yang tidak berdosa. Yesus tegas menyatakan akan ada penghakiman yang besar bagi orang-orang tersebut jika tidak bertobat. Sayangnya, apa yang diperbuat Yesus sama sekali tidak mengorek hati nurani mereka, justru hasrat meniadakan Yesus menjadi makin besar (19). Hukum Taurat yang menekankan kasih kepada sesama, tidak lagi bersuara di hati mereka. Apakah Saudara dan saya memperlakukan sesama kita hanya sebagai alat atau benda yang bisa digunakan untuk keuntungan diri kita pribadi? Sesama kita bukanlah sesuatu, tetapi seseorang yang Tuhan ciptakan untuk kita kasihi dan untuk mengasihi kita. Mari minta kepekaan untuk terus berhati-hati dan tidak terpengaruh ketika hidup di dalam zaman yang memperlakukan orang seperti alat atau benda demi kepentingan diri. Ingatlah bahwa manusia, sesama kita, jauh lebih berharga daripada sebuah benda! [JHN]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |