Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2013/09/27 |
|
Jumat, 27 September 2013
|
|
Judul: Betapa kelamnya natur manusia Pada masa kekacauan sosial seperti ini, ibadah kepada Tuhan seringkali bersifat superfisial, sulit menarik garis yang tegas sejauh mana bangsa Israel terdorong oleh motivasi untuk menegakkan kekudusan Tuhan dan sejauh mana amarah mereka terbakar nafsu dan gejolak massa. Mungkin sekali kita menyaksikan kombinasi dari keduanya. Jelas ada motivasi untuk menegur penduduk Gibea Benyamin atas dosa yang mereka lakukan, tetapi setelah mereka berhasil memukul kalah suku Benyamin, mulai ayat 26 kita tidak lagi menemukan rujukan kepada Tuhan dan bagaimana kehendak-Nya dicari dalam menuntaskan peperangan ini. Ini bukan orang-orang yang tidak pernah melihat karya besar Allah! Mereka angkatan cucunya Musa dan Harun; sebagian lahir di padang gurun, kebanyakan adalah saksi hidup bagaimana Tuhan memimpin mereka masuk ke tanah perjanjian. Kita sekali lagi diingatkan betapa kelam natur manusia dan tak pernah terpuaskannya kerongkongan hawa nafsu kita, menyedot sekeliling kita pada kehancuran. Perikop ini adalah bukti atas apa yang kelak dituliskan Rasul Paulus dalam Roma 3:9-20. Natur dosa itu begitu kuat, sehingga kalau bukan Allah sendiri yang berinisiatif untuk menyelamatkan kita dari cengkeraman maut; jangankan menggapai keselamatan, bahkan keluar dari cengkeraman maut pun tidak akan terbersit dalam hati kita. Syukur kepada Allah, Kristus menebus kita dari natur dan hidup yang kelam! Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |