Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2012/09/07 |
|
Jumat, 7 September 2012
|
|
Judul: Salib Kristus yang mulia Apa sajakah nilai-nilai lama yang harus kita tinggalkan? Kita dipanggil untuk tidak lagi hidup demi perut. Perut adalah lambang kepuasan hidup jasmani, ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai Kerajaan Surga. Karena kebutuhan makanan adalah kebutuhan yang paling mendasar dalam hidup manusia, maka jika manusia memuaskan perutnya saja, dapat diartikan bahwa ia hidup dengan tujuan yang sangat rendah. Bila hidup oleh dan untuk perut, juga dikendalikan oleh pikiran-pikiran duniawi, maka hasil semuanya itu adalah aib semata (19). Dunia memandang Salib sebagai hal yang rendah sedangkan Surga memandang Salib sebagai hal yang mulia. Pikiran duniawi memandang penjara Paulus sebagai sesuatu yang hina, sedangkan pikiran surgawi memandang sengsara penjara seperti yang Paulus alami sebagai jalan salib yang mulia. Lebih jauh lagi, pikiran surgawi melihat kehinaan tubuh dan penderitaan yang dialami di dunia sebagai sesuatu yang akan diubah menjadi kemuliaan di dalam kuasa kebangkitan Kristus. Pesan-pesan inilah yang diberikan Paulus kepada jemaat di Filipi supaya tidak tawar hati melihat pemenjaraan dirinya. Paulus senantiasa mendorong segenap jemaat untuk tetap teguh di dalam Tuhan meskipun mereka mengalami situasi yang sulit (4:1). Kita juga harus tetap teguh di dalam iman walaupun situasi yang kita hadapi tidak menentu. Kita harus selalu ingat bahwa penderitaan yang kita alami sekarang ini adalah suatu proses menuju pemuliaan di surga kelak. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |