Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2011/08/12 |
|
Jumat, 12 Agustus 2011
|
|
Judul: Urgensi ketaatan Hamba Abraham memahami arti sebuah ketaatan dan urgensinya. Setelah keluarga Ribka mengizinkan ia membawa pergi Ribka, keesokan paginya sang hamba meminta supaya ia boleh pulang (54). Ketika saudara dan ibu Ribka ingin menahan dia, dia bersikeras untuk pulang (56). Karena keteguhan hati sang hamba, maka saudara dan ibu Ribka kemudian menanyai Ribka. Ternyata Ribka bersedia pergi dengan hamba Abraham tersebut (58). Dengan pergi meninggalkan kampung halaman dan rumah orang tuanya, sesungguhnya Ribka mengikuti ketaatan Abraham ketika Allah memanggil dia meninggalkan negerinya, sanak saudaranya, dan rumah bapanya (Kej. 12:1). Kita dapat melihat bahwa dengan sengaja penulis Kitab Kejadian menunjukkan bahwa Ribka mengikuti jejak Abraham karena berkat yang diberikan oleh saudara Ribka merupakan berkat yang sama seperti yang telah Allah berikan kepada Abraham: "Saudara kami, semoga engkau menjadi beribu-ribu laksa, dan moga-moga keturunanmu menduduki kota-kota musuhnya" (60; bnd. Kej. 22:17). Ketaatan yang ditunda adalah ketaatan yang tidak berarti dan dapat disamakan dengan ketidaktaatan. Sebab itu marilah kita belajar dari hamba Abraham dan Ribka yang mengerti bahwa ketaatan terhadap perintah Tuhan adalah urgen, jadi harus langsung kita kerjakan. Kesempatan tidak selalu menanti kita, demikian pula kesempatan untuk taat tidak selalu terbuka bagi kita. Diskusi renungan ini di Facebook:
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |