Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-sh/2025/08/01 |
|
![]() |
|
Jumat, 1 Agustus 2025 (Minggu ke-7 sesudah Pentakosta)
|
|
Adakah hubungan istimewa antara Tuhan dan makanan? Bukankah persoalan rohani seperti Injil dan iman jauh lebih penting daripada persoalan fisik seperti makanan? Mengapa ketersediaan makanan diperhatikan oleh Tuhan Yesus? Bacaan hari ini menarik jika dibaca dalam perspektif ini. Orang banyak yang mengikuti Yesus memang bermotivasi untuk mendapat makanan rohani, yakni ajaran firman-Nya tentang Kerajaan Allah (11), tetapi makanan fisik tetaplah kebutuhan yang tak bisa dipungkiri. Mereka sudah lama berada di sana, dan tidak ada makanan yang bisa diperoleh di tempat itu. Inilah sebabnya para murid meminta Yesus supaya mereka pergi dan mencari makanan sendiri (12). Saat situasi seperti itu, Tuhan Yesus malah berkata bahwa mereka harus memberi makan kepada orang banyak. Para murid jelas tidak sanggup, yang ada pada mereka hanyalah lima roti dan dua ikan (13). Dari sinilah Tuhan Yesus melayani mereka sekaligus mengenalkan diri-Nya yang mahakuasa. Hanya dengan lima roti dan dua ikan, lima ribu laki-laki mendapatkan kepuasan yang tidak hanya cukup, tetapi sampai melimpah (14, 17). Hal ini terjadi setelah Tuhan Yesus menengadah ke langit, mengucap syukur, memecah-mecahkan roti dan ikan, lalu memberikannya untuk dibagikan (16). Ini adalah tindakan yang menegaskan bahwa makanan fisik pun datangnya dari Allah, dan bahwa makanan itu tidak lain adalah pemberian dari Allah Yang Mahakuasa. Dari makanan sehari-hari, kita pun mengenal Tuhan. Dengan makan, kita tidak sekadar menghilangkan rasa lapar, tetapi pada saat yang sama kita menghayati betapa berkuasanya Allah untuk memenuhi setiap kebutuhan manusia, baik rohani maupun fisik. Dari sini pula terpuaskan kebutuhan kita akan jaminan keselamatan. Jika Tuhanlah yang memberi kita makan untuk hidup fana di dunia ini, Tuhanlah juga yang menyediakan hidup kekal di dalam Kerajaan Alah. Inilah sebabnya, kita patutnya selalu mengucap syukur dan memuliakan Tuhan dalam segala sesuatu, termasuk dalam hal yang sederhana seperti makanan. [SET]
Mari memberkati para hamba Tuhan dan narapidana di banyak daerah
|
|
![]() |
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |